Bagaimana cara melakukan identifikasi risiko dengan teknik ishikawa diagram?

Ishikawa diagram atau lebih dikenal dengan fishbone diagram yang diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengendalian kualitas dari Jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas dasar (7 basic quality tools). Fishbone diagram digunakan ketika kita ingin mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah dan terutama ketika sebuah team cenderung jatuh berpikir pada rutinitas. Apa saja langkah-langkah yang diperlukan untuk mengidentifikasi risiko dengan menggunakan teknik ishikawa diagram?

Ishikawa diagram (fishbone diagram) digunakan untuk mengidentifikasi berbagai sebab dari suatu efek atau masalah dan menganalisanya dengan cara brainstorming. Masalah akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan, dan sebagainya. Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming.

Pembuatan fishbone diagram kemungkinan akan menghabiskan waktu sekitar 30-60 menit dengan peserta terdiri dari orang-orang yang kira-kira mengerti/paham tentang masalah yang terjadi, dan tunjuklah satu orang pencatat untuk mengisi fishbone diagram. Berikut adalah langkah-langkah dalam membuat fishbone diagram:

  1. Menyepakati pernyataan masalah
    Hal pertama yang dilakukan adalah menyepakati sebuah pernyataan masalah (problem statement). Pernyataan masalah ini diinterpretasikan sebagai “effect”, atau secara visual dalam fishbone seperti “kepala ikan”.
    1

  2. Mengidentifikasi kategori-kategori
    Dari garis horisontal utama, buat garis diagonal yang menjadi “cabang”. Setiap cabang mewakili “sebab utama” dari masalah yang ditulis. Sebab ini diinterpretasikan sebagai “cause”, atau secara visual dalam fishbone seperti “tulang ikan”. Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa sehingga masuk akal dengan situasi. Kategori-kategori ini adalah 6M (Machine, Method, Material, Man Power/Mind Power, Measurement, dan Mileu/Mother Nature), 8P (Produk, Price, Place, Promotion, People, Process, Physical Evidence, dan Productivity & Quality), dan kategori 5S (Surroundings, Suppliers, Systems, Skills, dan Safety). Kategori-kategori ini hanya merupakan contoh, jumlah kategori biasanya terdapat sekitar 4 sampai 6 kategori.
    2

  3. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara brainstorming
    Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming. Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama di mana sebab tersebut harus ditempatkan dalam fishbone diagram, yaitu tentukan di bawah kategori yang mana gagasan tersebut harus ditempatkan, misal: “Mengapa bahaya potensial? Penyebab: Karyawan tidak mengikuti prosedur!” Karena penyebabnya karyawan (manusia), maka diletakkan di bawah “Man” begitu seterusnya. Satu sebab bisa ditulis di beberapa tempat jika sebab tersebut berhubungan dengan beberapa kategori.
    3

  4. Mengkaji dan menyepakati sebab-sebab yang paling mungkin
    Setelah setiap kategori diisi carilah sebab yang paling mungkin di antara semua sebab-sebab dan sub-subnya. Jika ada sebab-sebab yang muncul pada lebih dari satu kategori, kemungkinan merupakan petunjuk sebab yang paling mungkin. Kaji kembali sebab-sebab yang telah didaftarkan (sebab yang tampaknya paling memungkinkan) dan tanyakan , “Mengapa ini sebabnya?”. Tanyakan “Mengapa ?” sampai saat pertanyaan itu tidak bisa dijawab lagi. Kalau sudah sampai ke situ sebab pokok telah terindentifikasi. Kemudian lingkari sebab yang tampaknya paling memungkin pada fishbone diagram.
    4

Langkah-langkah diatas meruoakan salah satu contoh yang cukup sederhana dalam mengidentifikasi resiko dengan menggunakan fishbone diagram.

Sumber 1
Sumber 2