Bagaimana Cara Budidaya Tanaman Hias Krisan dengan Baik dan Benar?

Tanaman krisan yang juga biasa dikenal dengan tanaman seruni atau aster merupakan tanaman hias yang berasal dari daratan Cina. Tanaman krisan biasanya juga dijuluki dengan sebutan bunga emas (Golden Flower). Sebab, krisan memiliki warna dan bentuk bunga yang sangat menarik dan indah. Sehingga, krisan termasuk ke dalam kelompok tanaman hias bunga. Di Indonesia, saat ini krisan adalah tanaman hias paling populer. Selain memiliki bunga yang kaya akan warna, krisan juga dapat tetap segar dan tahan lama selama 10 hari. Sehingga prospek budidaya krisan sebagai tanaman hias menjadi sangat cerah. Lalu, bagaimanakah cara budidaya tanaman krisan dengan baik dan benar agar dapat menjadikannya sebagai peluang bisnis?

1 Like

Sebelum melakukan budidaya tanaman krisan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui syarat tumbuh tanaman krisan itu sendiri. Tanaman krisan sangat cocok dibudidayakan di daerah dengan ketinggian 700-1.200 mdpl. Tanah yang ideal untuk membudidayakan tanaman krisan adalah tanah dengan tekstur liat berpasir, gembur, subur, memiliki drainase yang baik, memiliki pH 5,5-7, dan bebas dari hama dan penyakit. Selain itu, tanaman krisan akan tumbuh dengan baik di area yang memiliki suhu 20-24°C dengan pencahayaan yang tidak berlebihan atau cukup. Tanaman krisan termasuk ke dalam tanaman bunga semusim, dimana pertumbuhan dan waktu panennya diharapkan serempak. Adapun beberapa spesies krisan yang dikenal di kalangan masyarakat adalah Chrysantemum morifolium, Chrysantemum indicum, Chrysantemum roseum, Chrysantemum maximum, Chrysantemum coccineun. Dimana klasifikasi tanaman krisan adalah sebagai berikut.

Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dycotiledonae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Chrysanthemum
Species : Chrysanthemum sp.

Adapun langkah-langkah dalam budidaya tanaman krisan dengan baik dan benar berdasarkan buku Titiek Widyawati yang berjudul “Teknologi Budidaya Tanaman Hias Agribisnis” adalah sebagai berikut:

1. Penyiapan Lahan

Budidaya tanaman krisan yang dilakukan langsung di tanah, langkah pertama yang harus dilakukan adalah pengolahan tanah. Tanah yang diolah adalahh tanah bagian atas (top soil) hingga kedalaman 30 cm. pengolahan tanah dilakukan agar tanah yang akan ditanami menjadi gembur dan aerasinya baik. Sehingga, pertumbuhan akar tanaman akan menjadi baik. Selain itu, pegolahan tanah juga bertujuan untuk membersihkan gulma. Setelah melakukan pengolahan tanah, kemudian dibuat bedengan dan menaburkan pupuk kandang sebagai pupuk dasar secara merata. Setelah pemberian pupuk, selanjutnya adalah menyiram bedengan tersebut dengan air.

Budidaya tanaman krisan yang dilakukan di dalam pot, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyediakan media tanam yang cocok untuk pertumbuhan tanaman krisan. Media tanam tersebut harus memiliki sifat fisik dan kimiawi yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman krisan dengan baik. Selain itu, media tanam yang digunakan juga harus bebas dari hama dan penyakit, subur, memiliki pH netral, gembur, dan dapat menahan air.

Contohnya, menanam krisan di dalam pot berdiameter 15 cm dan tiinggi 12,5 cm menggunakan kombinasi sekam bakar, sabut kelapa, dan pupuk dengan perbandingan 1:1:1. Setelah mengisi pot dengan media tanam tersebut, kemudian tanaman disusun dengan rapi, disiram, serta diberikan proteksi dasar. Dimana proteksi dasar yang dilakukan adalah menjauhkan pot berisi tanaman tersebut dari daerah yang dapat menjadi potensi hama dan gulma.

2. Penyiapan Bibit

Adapun dalam penyiapan bibit krisan, dapat dilakukan dengan 3 cara antara lain:

  • Menggunakan anakan
  • Melakukan Stek Pucuk
    Langkah-langkah dalam melakukan stek pucuk tanaman krisan adalah sebagai berikut:
  1. Tentukan tanaman yang cukup umur dan sehat
  2. Pilih tunas pucuk yang sehat, memiliki diameter pangkal 3-5 mm, dengan 3 helai daun dewasa berwarna hijau terang.
  3. Potong pucuk tersebut, kemudian bungkus dengan beberapa lapis kertas tisu dan masukkan ke dalam kantong plastic. Idealnya, satu kantong plastic dapat berisi 50 stek.
  4. Kemudian, semaikan dalam ruangan dingin (suhu 4°C) dengan kelembaban 30%. Tujuannya adalah agar pucuk krisan tersebut dapat tetap segar selama 3-4 minggu.
  5. Selanjutnya, stek tersebut dapat ditumbuhkan di tempat pembibitan. Sebelum ditanam, sebaiknya stek dicelupkan ke dalam IBA untuk mempercepat pertumbuhan akar.
  6. Media tanam yang dapat digunakan untuk pembibitan adalah arang sekam dengan ketebalam 15 cm.
  7. Sirami bibit tanaman krisan 2-3 kali seminggu.
  8. Bibit siap ditanam setelah berumur 2 minggu.
  • Bibit Kultur Jaringan
    Langkah-langkah dalam melakukan penyiapan bibit melalui kultur jaringan, antara lain:
  1. Ambil mata tunas (eksplan) menggunakan silet.
  2. Sterilisasikan mata tunas dengan sublimat (HgCl) selama 10 menit.
  3. Bilas mata tunas tersebut dengan air suling yang steril.
  4. Tanam dengan medium MS yang berbentuk padat.

3. Pembuatan Naungan

Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan naungan adalah tidak sampai mengurangi sirku;asi udara, dapat memberikan intensitas cahaya matahari yang cukup, memiliki konstruksi yang cukup kuat, dan memiliki temperature bawah naungan yang tidak berbeda jauh dengan di luar naungan. Pemberiann naungan pada budiaya tanaman krisan ditujukan agar tanaman tidak terkena hujan. Sebab, bunga krisan mudah sekali busuk dan rusak apabila terkena air hujan. Adapun bentuk dan ukuran naungan dapat menyesuaikan budget yang dimiliki. Secara umum, ukuran naungan adalah dengan panjang 27-75 m, lebar 10-30 m, dan tinggi 1,8-8 m. Pembuatan naungan dapat menggunakan kerangka dari kayu dan bambu atau dari bambu saja. Sedangkan penutup naungan pada umumnya berupa plastic bening dengan ketebalan yang bervariasi (UV 6%, UV 12%). Bentuk penaungan yang baik dapat berupa tunnel, rumah kaca, maupun sere.

4. Penanaman

  • Penanaman di Lahan
    Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:
  1. Siram lahan yang telah disiapkan sampai basah ke dalam tanah.
  2. Semprot lahan tersebut dengan herbisida pra tumbuh. Tujuannya agar tanaman tidak didahuluui dengan tumbuhnya gulma.
  3. Celupkan stek ke dalam IBA untuk merangsang pertumbuhan akar stek.
  4. Penanaman yang baik adalah dengan menanam 64 bibit/m2 luas bedengan. Dimana bibit di tanam sedalam 1-2 cm. ukuran 64 bibit ini apabila lubang tanam atau net sebesar 12,5 Ă— 12,5 cm.
  • Penanaman di dalam Pot
    Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:
  1. Seleksi bibit dengan tinggi yang sama, memiliki perakaran bagus, dan sehat.
  2. Bawalah bibit menggunakan tray menuju tempat penanaman.
  3. Siram pot yang telah berisi media tanam sampai jenuh air.
  4. Buatlah 6 lubang tanam, dengan aturan 5 lubang di pinggir dan 1 lubang di tengah. Dimana jarak antar lubang sebesar 4 cm dan jarak lubang pinggir dengan pinggir pot sebesar 2 cm. Lubang dapat dibuat menggunakan kayu runcing yang memiliki panjang 10 cm dan diameter 1,5 cm.
  5. Tancapkan bibit krisan tepat di tengah lubang tanam yang telah dibuat.

5. Pemeliharaan Tanaman

Adapun langkah-langkah dalam memelihara tanaman krisan adalah sebagai berikut.

  • Penyiraman
    Penyiraman sangat diperlukan di fase awal pertumbuhan tanaman krisan. Sebab, kurangnya air pada fase awal pertumbuhan dapat menyebabkan produktivitas tanaman yang rendah.

  • Penyiangan
    Penyiangan dilakukan pada 2 minggu setelah tanam dengan cara mencabut gulma yang ada di sekitatr tanaman. Penyiangan dapat dilakukan secara kondisional sesuai dengan kondisi lahan. Dimana gulma yang biasanya mengganggu tanaman krisan adalah jenis rumput-rumputan.

  • Perompesan Daun
    Perompesan daun dilakukan dengan membuang daun pada bagian bawah tanaman hingga mencapai tinggi 15 cm dari tanah. Tujuannya adalah untuk memperbaiki sirkulasi udara dan mencegah tanaman menjadi terlalu rimbun. Sebab, tanaman yang terlalu rimbun dapat meingkatkan tingkat kelembaban. Sehingga hama dan penyakit akan mudah menyerang tanaman.

  • Penyinaran Tambahan
    Tanaman krisan termasuk ke dalam tanaman hari pendek. Sehingga penyinaran tambahan di malam hari dapat dilakukan untuk merangsang pertumbuhan vegetative. Penyinaran tambahan dilakukan sejak bibit ditanam dengan memasang instalasi lampu yang dipasang sebelum kegiatan penanaman. Lampu pijar atau TL yang biasa digunakan untuk penyinaran tambahan biasanya memiliki daya 75-100 watt. Sedangkan jumlah lampu yang dibutuhkan tergantung dari jumlah bedengan. Dimana lampu dipasang di antara 2 bedengan dengan ketinggian 2-2,5 m dari tanah.

  • Pinching
    Pinching dilakukan pada tanaman krisan yang ditanam di dalam pot. Pinching merupakan kegiatan membuang tuas pucuk antara 0,5-2,5 cm dan dilakukan secara manual dengan tangan. Phincing cukup dilakukan sekali saat bibit berumur 9 hari setelah tanam.

  • Pewiwilan
    Pewiwilan dapat dilakukan saat tanaman berumur 8-10 minggu. Pewiwilan dilakukan dengan membuang tunas utama yang tumbuh di tengah atau menonjol. Tujuannya adalah agar bunga lateral dapat tumbuh dengan baik dan memiliki ukuran yang seragam.

  • Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZAT)
    Pemberian ZAT dimaksudkan agar bunga mekar serempak derta menghambat pertumbuhan tanaman. Pemberian ZAT dilakuakn saat tanaman berumur 7-8 minggu. Dimana pemberian dilakukan 1-2 kali, yaitu pada saat calon tangkai bunga sepanjang 1 dan saat pembungaan belum serempak.

  • Pemupukan
    Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk kandang dan diberikan saat melakukan pengolahan tanah atau penyiapan media tanam. Sedangkan pemupukan susulan untuk budidaya tanaman krisan di lahan dapat dilakukan setelah tanaman berumur 8 hari setelah tanam dan 6 minggu. Pada umumnya, pupuk yang diberikann adalah NPK dengan cara disebar. Pada penanaman krisan di pot, pemupukan susulan dapat dilaukan dengan memberikan pupuk di sekitar tanaman atau menggunakan pupuk cair.

6. Pengendalian Hama dan Penyakit

Adapun hama yang sering menyerang tanaman krisan adalah:

  1. Hama Kutu Daun/Aphids (Myzus persicae)
    Hama ini menyerang tanaman muda dan hidup secara berkoloni. Gejala tanaman yang diserang hama kutu daun adalah adanya kutu di pucuk tanaman dan permukaan bawah daun. Hama kutu daun muncul karena kelembaban yang tinggi. Pengendaliannya dilakukan dengan melakukan penyemprotan insektisida.
  2. Penggorok Daun /Leaf miner (Liriomyza sp.)
    Penggorok daun menyerang tanaman dengan menggorok daun hingga tampak garis putih yang tidak beraturan pada daun dan terlihat transparan. Penggorok daun banyak muncul saat musim kemarau. Pengendaliannya yaitu dengan melakukan perompesan daun yang terserang dan menyemprot pestisida.
  3. Hama Thrips (Frankliniella occidentalis)
    Adapun bagian yang diserang oleh hama thrips adalah pucuk daun, mahkota dan kelopak bunga. Hama thrips muncul karena cuaca yang panas dan kelembaban yang tinggi. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan penyemprotan insektisida.
    Sedangkan penyakit yang menyerang tanaman krisan adalah sebagai berikut.
  4. Penyakit Karat
    Penyakit karat disebabkan karena cendawn Puccinia sp. Penyakit ini akan muncul jika kelembaban terlalu tinggi dan cuaca yang berubah-ubah. Gejalanya, adanya bercak putih pada daun yang berubah menjadi kuning kecoklatan. Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan perompesan daun yang sakit, menjaga sirkulasi udara dan kebersihan, penyemprotan fungisida, dan memushahkan tanaman yang sakit berat.
  5. Penyakit Busuk Akar
    Penyakit busuk akar disebabkan karena cendawan Phytium sp. Gejalanya, membusuknya akar dan pangkal batang di dekat permukaan tanah, tanaman menjadi pendek, warnanya pucar, hingga layu. Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan sterilisasi lahan dan penyemprotan pestisida.
  6. Penyakit Busuk Batang
    Penyakit busuk batang disebabkan karena jamur Rhizoctonia sp. Gejalanya, batang pada garis permukaan tanah menjadi busuk. Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan memusnahkan tanaman yang terserang dan penyemprotan fungisida.

Tindakan pencegahan hama dan penyakit tanaman dalam budidaya krisan dapat dilakukan dengan cara membersihkan lingkungan budidaya, mengontrol tingkat serangan, sterilisasi lahan, menjaga sirkulasi udara, dan pemberian pestisida. Pemberian pestisida pada tahap preventif dilakukan saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (MST), kemudian dilakukan dengan range waktu 1 minggu sekali sampai 1 minggu setelah panen.

Penyemprotan insektisida dan fungisida dapat menggunakan Confidon, Samite, Saprol, Nuvantop, Trigard, dan Proclem. Namun, penyemprotan harus dilakukan sesuai dengan tingkat keparahan serangan dan sesuai rekomendasi.

7. Pemanenan

Pemanenan dilakukan saat tanaman berumur 90 hari setelah tanam (HST). Namun, pada kondisi tertentu tanaman krisan baru bisa dipanen data berumur lebih dari 100 HST. Waktu terbaik untuk melakukan pemanenan adalah pagi hari pukul 06.00-09.00 WIB dengan memilik tanaman yang siap panen. Frekuensi pemanenan adalah 1 kali seminggu dengan lama panen 2-4 minggu. Kegiatan panen dilakukan dengan mencabut bunga beserta akarnya, kemudian pangkalnya dipotong menggunakan gunting. Dimana bunga yang dipanen memiliki tingkat kemekaran bunga 60%. Setelah itu, bunga dikumpulkan dengan jumlah 10-20 tangkai dan dibungkus menjadi satu menggunakan kain dengan jumlah 100—200 tangkai. Kemudian bunga dimasukkan ke dalam ember yang berisi air dan siap diangkut ke tempat pasca panen.

  • Pemanenan untuk jenis bunga spray dilakukan pada bunga yang sudah mekar dengan mahkota bunga yang sudah membuka seluruhnya. Kriterianya adalah bunga yang mekar mencapai 75-88% dari seluruh bunga.
  • pemanenan untuk bunga tipe standar dilakukan pada bunga yang berumur 9-12 MST. Di mana kemekaran bunga mencapai 50-60%.
Referensi

Wisyastuti, Titiek. (2018). Teknologi Budidaya Tanaman Hias Agribisnis. Yogyakarta: CV Mine.

1 Like

Krisan atau dalam nama latinnya Chrysanthemum merupakan jenis bunga hias yang banyak sekali ragam spesiesnya. Tanamankrisan dapat dengan mudah kita jumpai tumbuh dan diperjualbelikan di daerah-daerah dataran tinggi dan bersuhu rendah. Tanaman krisan ini memang dapat dijadikan sebagai sarana atau sumber untuk memperoleh penghasilan oleh yang lumayan menjanjikan bagi para petani bunga, tanaman ini mampu sehingga dapat menghasilkan bunga yang setiap kali dapat tumbuh lagi,meskipun sebelumnya tangkai-tangkai dari bunga tanaman ini telah dipotong. Krisan atau seruni disebut juga sebagai bunga emas (golden flower) mulai dikenal di Indonesia setelah dibawa oleh para pendatang dari daratan Eropa. Karena bunganya yang cantik dan beragam menjadikan bunga potong ini mulai dikembangkan dan dibudayakan.
jenis-krisan

Berikut merupakan cara budidaya tanaman krisan :

Tempat Penanaman
Pembuatan Rumah Lindung : Kerangka rumah lindung pertanaman krisan dapat terbuat dari bambu atau kayu dengan atap plastik UV. Bagian samping rumah lindung tertutupi dengan kasa/paranet 65 % (atau insect screen). Ketinggian jajar rumah lindung minimal 3 m dari atas permukaan tanah.

Pengolahan Tanah

  • Tanah diolah sempurna dengan mencangkul lapisan tanah dengan kedalaman 20 - 25 cm. Sisa kotoran dan gulma dibuang keluar areal pertanaman. Tanah dikeringanginkan selama 2 - 3 minggu tanpa diberi air. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan efek solarisasi cahaya matahari terhadap areal pertanaman. Setelah itu, tanah dicangkul kembali dan sisa gulma yang masih tumbuh dibuang.

  • Bedengan-bedengan pertanaman dibuat dengan mencangkul tanah dengan mencampurkan humus bambu/sekam yang telah terdekomposisi sempurna sebanyak kurang lebih 1 karung/m2, dan kapur pertanian dengan dosis 1 - 3 ton/ha atau 100 - 300 g/m2. Ukuran bedengan pertanaman dalam rumah lindung adalah sebagai berikut :

    1. Lebar bedengan adalah 120 cm (1,2 m) dengan panjang searah (disesuaikan) dengan panjang rumah lindung.
    2. Jarak antar bedengan adalah 40 - 50 cm.
    3. Tinggi bedengan adalah 20 - 25 cm.

Pemupukan

  1. Seiring dengan pengolahan tanah dan pembentukan bedengan, aplikasi pupuk dasar dapat dilakukan dengan menggunakan:
    • Pupuk kandang yang telah matang sempurna sebanyak 30 ton/ha atau 3 kg/m2.
    • Pupuk kimia berupa Urea dengan dosis 250 kg/ha atau 25 g/m2, SP 36 sebanyak 40 kg/ha atau 40 g/m2, dan KCl sebanyak 350 kg/ha atau 35 g/m2. Atau NPK (16:16:16) 1 ton/ha (100 g/m2).
  2. Pemupukan lanjutan dilakukan pada saat tanaman berumur 2, 4 dan 6 minggu dengan menggunakan Urea sebanyak 1,5 - 2 g/m2 dan KNO3 sebanyak 6 g/m2.
  3. Pemupukan lanjutan berikutnya diberikan setelah tanaman berumur 8 minggu berupa Urea sebanyak 1,5 g/m2, KNO3 sebanyak 6 g/m2 dan SP 36 sebanyak 3 g/m2.
  4. Pupuk daun diaplikasikan mulai saat tanam hingga satu minggu menjelang panen dengan frekuensi 2 kali seminggu sesuai dosis anjuran dalam kemasan.

Bahan Tanam/Benih
Bahan tanam berupa stek yang telah berakar yang seragam dan telah melalui proses pengakaran 12 - 18 hari.

Penanaman
Penanaman dilakukan pagi atau sore hari dimana kondisi belum/tidak lagi panas karena terik matahari untuk mencegah kematian tanaman yang tinggi. Stek-stek berakar ditanam pada lahan bedengan dengan kerapatan tanam 100/m2 atau dengan jarak tanam 10 x 10 cm.

Pemberian air

  • Sehari sebelum tanam, bedengan sebaiknya diberi air hingga basah (dileb) tapi tidak menggenang.
  • Setelah penanaman, air diberikan setiap hari hingga tanaman berumur 10 - 14 hari atau tergantung kondisi kelembaban tanah untuk menghindarkan kematian tanaman muda.
  • Setelah tanaman berumur 14 hari, penyiraman dapat dilakukan 2 - 3 hari sekali tergantung kondisi pertanaman.

Pemberian Jaring Penegak Tanaman

  • Jaring penegak tanaman berfungsi untuk membantu tumbuh tegaknya tanaman/agar tidak roboh.
  • Jaring penegak terbuat dari tambang plastik dengan ukuran lobang 10 x 10 cm memanjang searah panjang bedengan.
  • jaring penegak biasannya dipasang sebelum penanaman dan dan perlahan-lahan dinaikkan seiring dengan tinggi tanaman.

Pemberian Cahaya Tambahan

  • Pemberian cahaya tambahan dilakukan pada malam hari selama 4 - 5 jam/hari, mulai pukul 22.00 hingga 03.00.
  • Pemberian cahaya tambahan dilakukan setiap hari dari awal tanam hingga tanaman berumur 30 hari atau bila ketinggian tanaman telah mencapai 50 - 55 cm, tergantung jenis varietas. Apabila tinggi mencapai 50 cm lampu dapat dimatikan, dan jika tanaman belum mencapai 50 cm maka periode pencahayaan dapat ditambah hingga tanaman mencapai 50 cm.
  • Setelah 30 hari, pemberian cahaya tambahan pada malam hari dihentikan.
  • Rangkaian titik-titik lampu untuk aplikasi pemberian cahaya tambahan adalah:
  • Jarak titik lampu dari bedengan (ketinggian lampu dari bedengan) adalah 1,5 m.
  • Jarak antar lampu dalam bedengan adalah 2 m.
  • Lampu yang dipergunakan adalah lampu LED warna kuning dengan kekuatan 18 (setara 75 watt) atau 23 (setara 100 watt) watt/titik atau jenis lampu lain yang mempunyai intensitas cahaya yang sama.

Pengendalian Hama dan Penyakit

  • Penyemprotan fungisida (Daconil, Antracol, Dithane M 45 atau Score) rutin 2 kali seminggu untuk penyakit karat dan bercak daun sesuai dosis anjuran dalam kemasan.
  • Penyemprotan insekstisida (Agrimec, Confidor dan Decis) rutin 2 kali seminggu untuk hama ulat, tungau atau kutu daun sesuai dosis anjuran dalam kemasan.
  • Sangat dianjurkan pemakaian fungisida dan insektisida yang berselang-seling jenisnya pada setiap kali penyemprotan.
  • Bila saat tanam ditemukan adanya serangan ulat tanah atau siput telanjang, maka perlu diberi umpan bekatul yang dicampur dengan gula merah dan insektisida. Pemberian umpan ini perlu dipastikan efektifitas umpan tersebut.

Perompesan

  • Perompesan dilakukan untuk menghilangkan tunas-tunas lateral kecil yang tumbuh pada buku-buku batang bagian bawah.
  • Pada krisan tipe standar, bunga yang tumbuh pada apikal dibiarkan tumbuh membesar. Sedangkan bakal-bakal bunga yang tumbuh pada ketiak daun pada buku-buku batang bawah dibuang agar tidak mengganggu pertumbuhan bunga yang dipelihara.

Panen

  • Pada bunga krisan tipe spray, kriteria waktu panen adalah bila 70 persen bunga telah mekar.
  • Panen dilakukan pagi hari, dimana tanaman dalam stadia vigor dan turgiditas yang tinggi.
  • Panen dilakukan dengan memotong batang tanaman kira-kira 5 cm dari atas permukaan tanah dengan menggunakan gunting potong.
  • Pada bunga krisan tipe standar, bunga dibungkus dengan menggunakan kertas seperti corong dengan bagian atas corong terbuka untuk menghidarkan kerusakan bunga saat panen dan proses pasca panen.
  • Setelah dipotong, tanaman harus segera diletakkan pada ember yang telah berisi air dan ditempatkan pada tempat yang teduh untuk menghindarkan kelayuan dini tanaman.

Pasca Panen

  • Ember-ember yang telah berisi tangkai-tangkai bunga dibawa ke ruang sortasi.
  • Sortasi dilakukan untuk membuang bagian tanaman seperti daun atau ranting yang rusak secara fisik akibat perlakuan saat panen maupun akibat serangan organisme pengganggu tanaman.
  • Bunga-bunga tersebut dikelompokkan sesuai dengan kualitas dan keseragaman bunga.
  • Tangkai-tangkai bunga itu kemudian diikat dengan menggunakan karet pada bagian pangkalnya. Satu ikatan berisi 10 tangkai bunga dan kemudian dibungkus dengan kertas seperti corong dengan bagian atas terbuka untuk mempertahankan kesegaran bunga.
  • Bunga-bunga inipun sudah siap dipasarkanatau dikirim ke tempat penampungan atau langsung ke konsumen.
Referensi

balithi.litbang.pertanian.go.id

Nuryanto, Hery. 2007. Budidaya Tanaman Krisan. Bekasi : Ganesa Exact

1 Like

Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain Seruni atau Bunga emas ( Golden Flower ) berasal dari dataran Cina. Krisan kuning berasal dari dataran Cina, dikenal dengan Chrysanthenumindicum (kuning), Chrysanthe num morifolium (ungu dan pink) dan Chrysanthenum daisy (bulat, ponpon). Berikut merupakan klasifikasi botani tanaman hias krisan:

  • Divisi : Spermathophyta
  • Sub Divisi : Angiospermae
  • Famili : Asteraceae
  • Genus : Chrysanthemum
  • Species : Chrysanthenum morifolium Ramat, Chrysanthenum indicum, Chrysanthenum daisy.

Jenis dan varietas tanaman krisan di Indonesia umumnya hibrida berasal dari Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Krisan yang ditanam di Indonesia terdiri atas:

  1. Krisan lokal (krisan kuno) : Berasal dari luar negri, tetapi telah lama dan beradaptasi di Indoenesia maka dianggap sebagai krisan lokal. Ciri-cirinya antara lain sifat hidup di hari netral dan siklus hidup antara 7-12 bulan dalam satu kali penanaman.
  2. Krisan introduksi (krisan modern atau krisan hibrida) : Hidupnya berhari pendek dan bersifat sebagai tanaman annual. Contoh krisan ini adalah C. indicum hybr. Dark Flamingo; C. i.hybr. Dolaroid; C. i. Hybr. Indianapolis (berbunga kuning) Cossa, Clingo, Fleyer (berbunga putih), Alexandra Van Zaal (berbunga merah) dan Pink Pingpong (berbunga pink).
  3. Krisan produk Indonesia : Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas telah melepas varietas krisan buatan Indonesia yaitu varietas Balithi 27.108, 13.97, 27.177, 28.7 dan 30.13A.

Berikut merupakan pedoman budidaya tanaman krisan:

  1. Pembibitan
    • Persyaratan Bibit : Bibit diambil dari induk sehat, berkualitas prima, daya tumbuh tanaman kuat, bebas dari hama dan penyakit dan komersial di pasar.
    • Penyiapan Bibit : Pembibitan krisan dilakukan dengan cara vegetatif yaitu dengan anakan, setek pucuk dan kultur jaringan
      • Bibit asal stek pucuk : Tentukan tanaman yang sehat dan cukup umur. Pilih tunas pucuk yang tumbuh sehat, diameter pangkal 3-5 mm, panjang 5 cm, mempunyai 3 helai daun dewasa berwarna hijau terang, potong pucuk tersebut, langsung semaikan atau disimpan dalam ruangan dingin bersuhu udara 4 derajat C, dengan kelembaban 30 % agar tetap tahan segar selama 3-4 minggu. Cara penyimpanan stek adalah dibungkus dengan beberapa lapis kertas tisu, kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik rata-rata 50 stek
      • Penyiapan bibit dengan kultur jaringan : tentukan mata tunas atau eksplan dan ambil dengan pisau silet, stelisasi mata tunas dengan sublimat 0,04 % (HgCL) selama 10 menit, kemudian bilas dengan air suling steril. Lakukan penanaman dalam medium MS (murasic and scop isinya unsure makro dan mikro, vitamin, sukrosa dan agar) berbentuk padat.
      • Penyiapan bibit pada skala komersial dilakukan dengan dua tahap yaitu:
        • Stok tanaman induk : Fungsinya untuk memproduksi bagian vegetatif sebanyak mungkin sebagai bahan tanaman Ditanam di areal khusus terpisah dari areal budidaya. Jumlah stok tanaman induk disesuaikan dengan kebutuhan bibit yang telah direncanakan. Tiap tanaman induk menghasilkan 10 stek per bulan, dan selama 4-6 bulan dipelihara memproduksi sekitar 40-60 stek pucuk. Pemeliharaan kondisi lingkungan berhari panjang dengan penambahan cahaya 4 jam/hari mulai 23.30–03.00 lampu pencahayaan.
        • Perbanyakan vegetatif tanaman induk
          • Pemangkasan pucuk, dilakukan pada umur 2 minggu setelah bibit ditanam, dengan cara memangkas atau membuang pucuk yang sedang tumbuh sepanjang 0,5-1 cm.
          • Penumbuhan cabang primer. Perlakuan pinching dapat merangsang pertumbuhan tunas ketiak sebanyak 2-4 tunas. Tunas ketiak daun dibiarkan tumbuh sepanjang 15-20 cm atau disebut cabang primer.
          • Penumbuhan cabang sekunder. Pada tiap ujung primer dilakukan pemangkasan pucuk sepanjang 0,5-1 cm, pelihara tiap cabang sekunder hingga tumbuh sepanjang 10-15 cm
  2. Teknik Penyemaian Bibit
    • Penyemaian di bak : Siapkan tempat atau lahan pesemaian berupa bak-bak berukuran lebar 80 cm, kedalaman 25 cm, panjang disesuaikan dengan kebutuhan dan sebaiknya bak berkaki tinggi. Bak dilubangi untuk drainase yang berlebihan. Medium semai berupa pasir steril hingga cukup penuh. Semaikan setek pucuk dengan jarak 3 cm x 3 cm dan kedalaman 1-2 cm. Setelah tanam pasang sungkup plastik yang transparan di seluruh permukaan.
    • Penyemaian kultur jaringan : Bibit mini dalam botol dipindahkan ke pesemaian beisi medium berpasir steril dan bersungkup plastik tembus cahaya.
  3. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
    • Pemeliharaan untuk stek pucuk yaitu penyiraman dengan sprayer 2-3 kali sehari, pasang bola lampu untuk pertumbuhan vegetatif, penyemprotan pestisida apabila tanaman di serang hama atau penyakit. Buka sungkup pesemaian pada sore hari dan malam hari, terutama pada beberapa hari sebelum pindah ke lapangan. Pemeliharaan pada kultur jaringan dilakukan di ruangan aseptik, setelah bibir berukuran cukup besar, diadaptasikan secara bertahap ke lapangan terbuka
    • Pemindahan Bibit : Bibit stek pucuk siap dipindahtanamkan ke kebun pada umur 10-14 hari setelah semai dan bibit dari kultur jaringan bibit siap pindah yang sudah berdaun 5-7 helai dan setinggi 7,5-10 cm.
  4. Pengolahan Media Tanam
    • Pembentukan Bedengan : Olah tanah dengan menggunakan cangkul sedalam 30 cm hingga gembur, keringanginkan selama 15 hari. Gemburkan yang kedua kalinya sambil dibersihkan dari gulma dan bentuk bedengan dengan lebar 100-120 cm, tinggi 20- 30 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antara bedengan 30-40 cm
    • Pengapuran : Tanah yang mempunyai pH > 5,5, perlu diberi pengapuran berupa kapur pertanian misalnya dengan dolomit, kalsit, zeagro. Dosis tergantung pH tanah. Kebutuhan dolomit pada pH 5 = 5,02 ton/ha, pH 5,2 = 4,08 ton/ha, pH 5,3 = 3,60 ton/ha, pH 5,4 = 3,12 ton/ha. Pengapuran dilakukan dengan cara disebar merata pada permukaan bedengan
  5. Teknik Penanaman
    • Teknik Penanaman Bunga Potong
      • Penentuan Pola Tanam. : Tanaman bunga krisan merupakan tanaman yang dapat dibudidayakan secara monokultur.
      • Pembuatan Lubang Tanam : Jarak lubang tanam 10 cm x 10 cm, 20 cm x 20 cm. Lubang tanam dengan cara ditugal. Penanaman biasanya disesuaikan dengan waktu panen yaitu pada hari-hari besar. Waktu tanam yang baik antara pagi atau sore hari
      • Pupuk Dasar : Furadan 3G sebanyak 6-10 butir perlubang. Campuran pupuk ZA 75 gram ditambah TSP 75 gram ditambah KCl 25gram (3:3:1)/m2 luas tanam, diberikan merata pada tanah sambil diaduk
      • Cara Penanaman : Ambil bibit satu per satu dari wadah penampungan bibit, urug dengan tanah tipis agar perakaran bibit krisan tidak terkena langsung dengan furadan 3G. Tanamkan bibit krisan satu per satu pada lubang yang telah disiapkan sedalam 1-2 cm, sambil memadatkan tanah pelan-pelan dekat pangkal batang bibit. Setelah penanaman siram dengan air dan pasang naungan sementara dari sungkup plastik transparan
    • Teknik Penanaman untuk Memperpendek Batang : Penanaman dilakukan sama dengan untuk bunga potong biasa, tetapi dengan menambah cahaya agar tangkai menjadi pendek.
      • Pengaturan dan Penambahan Cahaya : Dilakukan sampai batas tertentu dengan ketinggian tanaman yang dinginkan. Misalnya, bila diinginkan bunga krisan bertangkai 70 cm, maka penambahan cahaya sejak ketinggian 50-60 cm. Lampu dimatikan. Periode berikutnya beralih ke generatif. Tangkai bunga memanjang mencapai 80 cm. Bila dipanen tangkainya 70 cm, maka tangkai bunga yang tersisa adalah 10 cm pada tanaman. Total lama penyinaran sejak bibit ditanam sampai periode generatif antara 12-15 minggu tergantung varietas krisan. Cara pengaturan dan penambahan cahaya yaitu dengan pola byarpet, yaitu pencahayaan malam selama 5 menit lalu dimatikan selama 1 menit dilakukan secara berulang-ulang hingga mencapai 30 menit. Cara lain pengaturan dan penambahan cahaya adalah dengan memasang lampu TL pada tengah malam mulai pukul 22.30-01.00.
      • Pemupukan : Waktu pemupukan dimulai umur 1 bulan setelah tanam, kemudian diulang kontinue dan periodik seminggu sekali, dan akhirnya sebulan sekali. Jenis dan dosis pupuk yang diberikan pada fase vegetatif yaitu Urea 200 gram ditambah ZA 200 gram ditambah KNO3 100 gram per m 2 luas lahan. Pada fase Generatif digunakan pupuk Urea 10 gram ditambah TSP 10 gram ditambah KNO3 25 gram per m 2 luas lahan, cara pemberiannya dengan disebar dalam larikan atau lubang ditugal samping kiri dan samping kanan.
      • Pembuangan Titik Tumbuh : Waktu pembuangan titik tumbuh adalah pada umur 10-14 hari setelah tanam, dengan cara memotes ujung tanam sepanjang 5 cm
      • Penjarangan Bunga : Jika ingin mendapatkan bunga yang besar, dalam 1 tangkai bunga hanya dibiarkan satu bakal bunga yang tumbuh
    • Teknik Penanaman untuk Bunga Pot : Sebanyak 5-7 Bibit yang telah berakar ditanam di dalam pot yang berisi media sabut kelapa (hancur) atau campuran tanah dan sekam padi (1:1). Untuk memperpendek batang, pot-pot ini ditumbuhkan selama 2 minggu dengan penyinaran 16 jam/hari. Untuk merangsang pembungaan, pot-pot kemudian diberi pencahayaan pendek dengan cara menutupnya di dalam kubung dari jam 16.00-22.00. Selama pertumbuhan tanaman diberi pupuk cair multihara lengkap. Pembungaan ini dapat pula dipacu dengan menambahkan hormon tumbuh giberelin sebanyak 500 ppm pada saat penyinaran pendek. Untuk mendapatkan bunga yang besar dan jumlahnya sedikit, bakal bunga dari setiap batang perlu diperjarang dengan hanya menyisakan satu kuncup bunga. Dengan cara ini akan didapatkan krisan pot dengan 5-7 bunga yang mekar bersamaan
  6. Pemeliharaan Tanaman
    • Penjarangan dan Penyulaman : Waktu penyulaman seawal mungkin yaitu 10-15 hari setelah tanam. Penyulaman dilakukan dengan cara mengganti bibit yang mati atau layu permanen dengan bibit yang baru
    • Penyiangan : Waktu penyiangan dan penggemburan tanah umumnya 2 minggu setelah tanam. Penyiangan dengan cangkul atau kored dengan hati-hati membersihkan rumput-rumput liar
    • Pengairan dan Penyiraman : Pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari, pengairan dilakukan kontinu 1-2 kali sehari, tergantung cuaca atau medium tumbuh. Pengairan dilakukan dengan cara mengabutkan air atau sistem irigasi tetes hingga tanah basah
  7. Hama dan Penyakit
    • Ulat tanah ( Agrotis ipsilon)
      • Gejala: memakan dan memotong ujung batang tanaman muda, sehingga pucuk dan tangkai terkulai.
      • Pengendalian: mencari dan mengumpulkan ulat pada senja hari dan semprot dengan insektisida.
    • Thrips ( Thrips tabacci )
      • Gejala: pucuk dan tunas-tunas samping berwarna keperak-perakan atau kekuning-kuningan seperti perunggu, terutama pada permukaan bawah daun
      • Pengendalian: mengatur waktu tanam yang baik, memasang perangkap berupa lembar kertas kuning yang mengandung perekat, misalnya IATP buatan Taiwan
    • Tungau merah ( Tetranycus sp)
      • Gejala: daun yang terserang berwarna kuning kecoklat-coklatan, terpelintir, menebal, dan bercak-bercak kuning sampai coklat.
      • Pengendalian: memotong bagian tanaman yang terserang berat dan dibakar dan penyemprotan pestisida
    • Penggerek daun ( Liriomyza sp)
      • Gejala: daun menggulung seperti terowongan kecil, berwarna putih keabu-abuan yang mengelilingi permukaan daun
      • Pengendalian: memotong daun yang terserang, penggiliran tanaman, dengan aplikasi insektisida
    • Karat/Rust
      • Penyebab: jamur Puccinia sp. karat hitam disebakan oleh cendawan P. chrysantemi, karat putih disebabkan oleh P horiana P.Henn
      • Gejala: pada sisi bawah daun terdapat bintil-bintil coklat/hitam dan terjadi lekukan-lekukan mendalam yang berwarna pucat pada permukaan daun bagian atas. Bila serangan hebat meyebabkan terhambatnya pertumbuhan bunga
      • Pengendalian: menanam bibit yang tahan hama dan penyakit, perompesan daun yang sakit, memperlebar jarak tanam dan penyemprotan insektisida
    • Tepung oidium
      • Penyebab: jamur Oidium chrysatheemi
      • Gejala: permukaan daun tertutup dengan lapisan tepung putih. Pada serangan hebat daun pucat dan mengering
      • Pengendalian: memotong/memangkas daun tanaman yang sakit dan penyemprotan fungisida
    • Virus kerdil dan mozaik
      • Penyebab: virus kerdil krisan, Chrysanhenumum stunt Virus dan Virus Mozaoik Lunak Krisan ( Chrysanthemum Mild Mosaic Virus).
      • Gejala: tanaman tumbuhnya kerdil, tidak membentuk tunas samping, berbunga lebih awal daripada tanaman sehat, warna bunganya menjadi pucat.
      • Penyakit kerdil ditularkan oleh alat-alat pertanian yang tercemar penyakit dan pekerja kebun
      • Virus mosaik menyebabkan daun belang hijau dan kuning, kadang-kadang bergaris-garis
      • Pengendalian: menggunakan bibit bebas virus, mencabut tanaman yang sakit, menggunakan alat-alat pertanian yang bersih dan penyemprotan insektisida untuk pengendalian vektor virus
Referensi

Wiraatmaja, I. W. (2016). Teknologi Budidaya Tanaman Hias. Fakultas Pertanian Universitas Unud.

1 Like