Karl Heinrich Marx, adalah nama asli dari Karl Marx. Di lahirkan pada tanggal 5 Mei 1818 di sebuah kota kecil yang indah bernama Trier, Rheinland perbatasan Jerman barat yang waktu itu termasuk Prussia. Dimana kota ini berhasil bertahan hidup dari tatanan lama, tak tersentuh oleh revolusi besar sosial dan ekonomi yang tengah merubah bentuk dunia beradab.
Sekitar lima belas tahun sebelumnya, kota ini di kuasai perancis dan oleh Napoleon di masukkan ke dalam Confederation of The Rhine (Konfedersi sungai Rhine). Yang setelah sepuluh tahun kekalahan Napoleon, kota ini kemudian oleh kongres Wina di serahkan kepada Kerajaan Prussia yang kala itu tengah berkembang pesat.
Ayahnya bernama Herschel seorang pengacara yahudi yang pada tahun 1817 berganti agama ke Kristen Protestan Liberal, padahal kota Trier waktu itu seluruhnya Katolik. Kemungkinan besar ini dilakukannya untuk menjadi seorang pegawai negeri/notaris di Prussia Yang berhaluan Protestan. Kemudian setelah di baptis, Ia berganti nama menjadi Heinrich Marx. Hal itu di sebabkan pada tahun sebelumnya, 1816 muncul Undang-Undang Anti Yahudi yang menyababkan mata pencahariannya sebagai pengacara terputus.
Pada waktu itu kebanyakan orang yahudi memilih berpindah agama atau berbondong-bondong kembali ke Gheto (perkampungan yahudi) untuk mengisolir diri. Ayah Marx adalah seorang pria yang sederhana, serius, terpelajar, tetapi tidak kentara cerdas dan tidak pula luar biasa peka. Juga memiliki sifat yang lembut, malu-malu dan akomodatif sebagai seorang murid dari Leibnitz, Voltaire, Lessing dan Immanuel Kant. Ayah Marx Meninggal pada tahun 1838.
Ibunya bernama Henrietta Philips Marx dari keluarga Yahudi Hungaria yang menetap di Negeri Belanda dimana bapaknya menjadi seorang Rabi. Seorang wanita yang tak berpendidikan yang hanya larut pada pekerjaan rumah tangga. Sangat sedikit sekali referensi tentang kehidupan awal-awal Marx di Trier, kecuali pada waktu di sekolah menengah setempat, dimana Marx di puji atas kesopanan dan kerajinannya serta nada-nada terhormat dalam essai-essai yang di buatnya dalam topik agama dan moral.
Marx muda sangat pandai dalam soal Teologi dan Matematika, namun lebih cendrung menyukai sastra dan seni. Hal ini kemungkinan besar di pengaruhi oleh dua orang, pertama ayahnya sendiri dan kedua oleh tetangganya seorang pejabat pemerintah prussia terkemuka dan bagian dari anggota terpelajar kelas atas jerman yang liberal bernama Freiherr Ludwig von Westphalen dan sangat dekat dengan ayahnya. Westphalen sangat tertarik pada kemampuan Marx muda yang luar biasa dan keterbukaanya juga semangatnya, sehingga ia mendorong Marx untuk banyak membaca buku dan meminjaminnya banyak sekali literatur-literatur. Darinya Marx banyak belajar tentang Dante, Shakespeare, Homer dan Tragedian-tragedian Yunani.
Menghabiskan banyak sekali waktu senjannya dengan mendengar Westphalen bercerita tentang Cervantes. Westphalen sendiri pada akhirnya menjadi Mertua Marx. yaitu pada tahun 1837 ketika Marx memintainya restu untuk menikahi salah satu putrinya yang dengan sangat mudah didapat Marx.
Marx menamatkan sekolah menengahnya di Trier pada usia tujuh belas tahun. Dan atas saran ayahnya pada musim gugur tahun 1835 menjadi Mahasiswa Fakultas Hukum di Universitas Bonn. Kehidupan Karl Marx di Universitas Bonn seperti mahasiswa jerman pada umumnya, dia hidup boros dan senang hura-hura sambil memainkan peran aktiv dalam masyarakat intelektual Universitas, juga menulis puisi-puisi Byronik, sesekali terjerumus utang dan pernah setidaknya sekali di tahan pihak berwenang karena sikapnya yang suka sekali memberontak.
Lalu pada akhir semester musim panas tahun 1836 dia mengundurkan diri dan meninggalkan Bonn. Pada musim gugur di tahun yang sama dia pindah ke Univeritas Berlin. Ini menjadi tanda terjadinya krisis yang tajam dalam hidupnya. Berlin pada waktu itu adalah kota besar dan padat, modern, keras dan buruk, pretensius, dan amat sangat serius. Berlin juga menjadi pusat Birokrasi kerajaan Prussia dan tempat berkumpul dan bertemunya Intelektual-intelektual radikal yang membentuk oposisi karena tidak puas terhadap jalannya Birokrasi. Berbeda jauh dari Bonn yang terbilang terpencil dan tenang. Namun di Berlin Marx sangat menyenangi hidupnya dan menikmatinya kadang secara berlebih.
Di Universitas Berlin, Marx mengawali karier akademiknya juga sebagai mahasiswa Fakultas Hukum. Dengan mengikuti kuliah-kuliah Savigny tentang yurisprudensi dan kuliah-kuliah Eduard Gans tentang Hukum Kriminal.
Savigny adalah pendiri dan teoris terbesar aliran Historis Yurisprudensi dan seorang antiliberal yang matang dan fanatik. Seorang penolak teori hak-hak alami dan teori utilitarianisme, juga pendukung utama teori interpretasi hukum secara historis.
Mungkin ini adalah kontak pertama Karl Marx atas metode penelitian sejarah yang baru Dimana ia mengikuti kuliah-kuliah Savigny selama dua semester secara teratur. Eduard Gans adalah pribadi yang lain lagi, seorang Profesor hukum kriminal dan seorang radikal humanitarian yang menjadi salah satu murid kesayangan Hegel. Pengaruh Gans sangat besar bagi pribadi Marx.
Pada waktu itu di Univeritas Berlin, pengaruh filsafat Hegel sangat kuat dan kentara. Pada ruang-ruang umum dan sudut-sudut kampus, filsafat Hegelian sangat umum didiskusikan. Pengaruh itu juga merasuk pada diri Marx, sehingga dia akhirnya memutuskan diri untuk menjadi seorang Hegelian muda yang sangat antusias dan bersemangat. Didalam sebuah surat yang panjang dan akrab yang di tujukan kepada ayahnya dia menulis bagaimana usaha-usahanya menghabiskan beberapa malam tanpa tidur dan berhari-hari dalam pergulatannya mengembangkan sebuah sistem tandingan. Ayahnya kemudian mengirimi surat balasan yang sama panjangnya dan kebapakan, memintanya untuk tidak membuang-buang waktunya dalam spekulasi-spekulasi metafisika sementara dia mempunyai karir yang harus dipikirkan. Kata-kata ayahnya itu seperti masuk pada telinga orang tuli, Marx sudah bertekad bulat untuk menyelami habis-habisan karya Hegel dan memtuskan untuk meninggalkan sekolah Hukumnya dan sepenuhnya larut dalam filsafat. Baginya saat itu tidak ada subjek lain yang memiliki cukup signifikansi kontemporer selain filsafat.
Marx berencana menjadi seorang dosen filsafat dan bersama Bauer meluncurkan sebuah kampanye ateistik yang garang yang akan mengakhiri sikap bermain-main yang berbahaya terhadap doktrin-doktrin berbahaya.
Kemudian dia melengkapinya dengan menjadi anggota Doktorklub (klub sarjana), sebuah perkumpulan yang beranggotakan intelektual-intelektual universitas yang berpikiran bebas, yang secara teratur mengadakan pertemuan-pertemuan di ruang-ruang penyimpanan bir di bawah tanah, menulis syair-syair yang berbau menentang, mengaku amat sangat membenci raja, gereja, borjuasi dan terutama tanpa henti-hentinya berdebat tentang masalah-masalah teologi Hegelian.
Marx juga sering bergentayangan di ruang-ruang sosial dan pertunjukan-pertunjukan sastra, bertemu dengan Bettina von Arnim, kawan Beethoven dan Gothe. Usia Marx waktu itu dua puluh empat tahun, seorang filsuf amatir yang tidak punya pekerjaan tetap, namun di hormati di kalangan maju karena kepakaran dan kekuatan-kekuatannya sebagai seorang kontroversialis yang ironis dan garang.
Ayahnya yang ketakutan atas aktivitas intelektul anaknya sering mengirimnya surat yang berisi nasehat-nasehat penuh kasih dan memintanya untuk memikirkan masa depannya dengan mempersiapkan diri untuk menjadi pengacara atau pegawai negeri. Yang di balas Marx dengan jawaban yang menyenangkan sambil meneruskan kehidupannya. Marx waktu itu memiliki banyak pengagum, salah satunya Moses Hess, seorang radikalis yang menggambarkan Marx dalam salah satu suratnya yang di tujukan pada kawan sesama radikalnya, berbunyi :
“Dialah yang terbesar, mungkin satu-satunya filsuf sejati yang sekarang hidup dan sebentar lagi akan… menarik mata seluruh jerman… Dr. Marx-itulah nama idola saya- masih sangat muda (paling banyak umurnya adalah dua puluh empat tahun) dan akan memberi coup de gracebagi agama dan politik lama. Dia memadukan filsafat yang paling dalam dengan kecerdasan yang tajam menggigit. Bayangkan Rousseau, Heine dan Hegel menyatu dalam diri satu orang -saya bilang “menyatu” bukan di tumpuk bersama-sama menjadi satu tumpukan- maka anda akan punya seorang Dr. Marx.”
Pada tahun 1841 Marx di promosikan menjadi Doktor filsafat oleh Universitas Jena dengan Disertasi tentang filsafat Demokritus dan Epikurus. Tahun 1842 merupakan pengalaman pertama Marx terjun di dunia politik praktis, yaitu ketika dia menjadi chief editor (penyunting kepala) sebuah koran bernama Rheinische Zeitun di daerah bernama Koln. Dia memimpin korannya dengan berani, intoleransi yang besar, sifat diktator yang di sukai bawahannya dan menulis sebanyak mungkin apa yang di inginkan di korannya.
Dari sebuah koran yang agak liberal dengan cepat menjadi koran yang radikal. Lebih terang-terangan mempublikasikan kebenciannya terhadap pemerintahan Prussia daripada koran Jerman lainnya. Melakukan serangan-serangan terhadap badan sensor Prussia, menghujat kelas pemilik tanah pada umumnya, jug melakukan serangan-serangan terhadap masalah-masalah ekonomi-politik diantaranya kondisi yang menyedihkan yang dialami rakyat kecil penanam anggur di Moselle dan hukuman keras yang di berlakukan terhadap pencurian-pencurian kayu-kayu busuk atau kayu sisa hutan-hutan yang dilakukan orang-orang miskin.
Hal ini membuatnya semakin terkenal di Jerman dan memaksa pemerintah Prussia untuk memberikan perhatian atas sikapnya. Rheinische Zeitung-pun di bredel oleh pemerintah pada bulan April tahun 1843 tanpa pemberitahuan, dan Karl Marx kembali luntang-lantung. Satu tahun sudah cukup membuatnya menjadi jurnalis politik brillian dengan pandangan-pandangan bereputasi buruk.
Untuk mengisi kekosongannya, ia tanpa lelah mulai mempelajari bahasa Perancis dengan membaca karya-karya sosialis-sosialis Perancis, seperti Fourier, Proudhon, Dezami, Cabet dan Leroux. Juga mempelajari sejarah kontemporer Jerman dan Perancis dan membaca Prince karya Machiavelli yang terkenal itu. Kemudian Marx juga mulai terpengaruh oleh sebuah buku berjudul Theses on the Hegelian Philosopy karya Ludwig Feurbach yang dikirimkan padanya untuk diulas.
Feurbach sendiri adalah salah satu pengarang-pengarang yang tidak jarang ditemui dalam sejarah pemikiran, yang betapapun biasa-biasa saja, kadang-kadang mampu memberi seberkas cahaya bagi orang-orang jenius, cahaya yang membakar bara dalam sekam. Lalu pada bulan April 1843, Karl Marx menikahi seorang gadis bangsawan muda nan cantik bernama Jenny von Westphalen. Yang tidak di setujui oleh sebagian besar anggota keluarga Jenny. Sang perempuan muda yang serius dan romantis ini sangat mencintai dan setia terhadap Marx, terlebih Marx baginya mampu membukakan dunia baru. Dan dia mempersembahkan seluruh keberadaannya untuk hidup dan pekerjaan suaminya.
Jenny tidak hanya sekedar mencintai, tapi mengagumi, mempercayai dan secara intelektual dan emosional sepenuhnya di dominasi oleh Marx. Sebaliknya, Karl Marx bersandar padanya tanpa ragu terutama pada saat-saat krisis dan menderita dalam hidupnya, juga memuja kecantikan, kelahiran dan kecerdasan istrinya. Pada tahun-tahun selanjutnya ketika mereka jatuh miskin, Jenny menunjukkan heroisme moral yang sangat besar dalam mempertahankan dan melindungi keluarga dan rumah tangganya. Yang dengan sendirinya membuat Marx dapat melangsungkan pekerjaanya.
Beberapa bulan kemudian, yaitu pada bulan November 1843. Marx dan Jenny memutuskan untuk pindah ke Perancis. Ada dua Alasan kepindahan Marx waktu itu, pertama Jerman baginya sudah bukan tempat yang layak untuknya berbicara secara terbuka mengenai topik-topik seserius apapun. Baginya,Teman-teman lamanya di Berlin sudah menjadi sekumpulan intelektual munafik yang berharap menutup-nutupi kemiskinan dan kekacauan pemikiran mereka dengan bahasa yang sok garang dan kehidupan pribadi yang penuh skandal.
Seperti isi dalam suratnya kepada salah satu kawannya yang berada di Perancis:
“Atmosfer disini benar-benar terlalu tidak bisa ditolerir dan mencekik, tidak mudah untuk berjuang meski untuk sebuah kemerdekaan sekalipun, dengan hanya bersenjatakan peniti, dan bukannya pedang: saya bosan dengan kemunafikan dan kebodohan ini. Dengan sikap kasar para petugas. Saya sudah lelah karena harus membungkuk dan memberi salam dan menciptakan kata-kata yang aman dan tak berbahaya. Di Jerman tidak ada suatupun yang bisa saya lakukan. Di Jerman orang hanya bisa menipu dirinya sendiri.”
Alasan kedua kepindahannya, di Jerman dia tidak memiliki sumber penghasilan yang tetap. Tidak ada yang menahannya, ayahnya sudah meninggal dan dia sudah tidak peduli lagi pada kelurganya. Selama hidup, Karl Marx sangat membenci dua fenomena: hidup yang kacau dan sikap sok yang di lebih-lebihkan. Dari Jerman dia dan Jenny mengahabiskan waktu dua hari perjalanan untuk sampai di Paris.
Reputasinya sebagai seorang jurnalis yang mempunyai pena yang tajam mendahuluinya sampai kesana. Dua tahun kemudian dia di kenal oleh seluruh polisi di berbagai negara sebagai komunis revolusioner yang tak kenal kompromi, musuh bebuyutan, liberalis reformis, pemimpin gerakan subversif dengan jaringan internasional yang menyandang nama buruk. Di Parislah dia mengalami transformasi intelektualnya yang terakhir. Sampai pada posisi yang jelas secara personal dan politik: sisa hidupnya di persembahkannya untuk mengembangkan dan merealisasikan tujuan hidupnya dalam praktek. Tahun 1843 sampai tahun 1845 adalah tahun paling menentukan dalam hidupnya.
Paris pada pertengahan abad ke-19 adalah suatu fenomena yang tidak ada tandingannya di seluruh Eropa. Terkenal dengan keterbukaan intelektualnya yang luas dan berada di bawah kekuasaan monarki Louis Philippe yang toleran. Sebagian besar penyair, pelukis, musisi, penulis, reformis, teoritikus dan orang-orang buangan baru yang muncul dari wilayah-wilayah kekuasaan raja dan kaisar, koloni-koloni Italia, Hungaria, Polandia, Rusia dan Jerman tumbuh subur dan berkumpul dalam atmosfer yang penuh simpati dan kekaguman universal di ibu kota Perancis, Paris.
Inilah dekade Dimana lalu lintas internasional yang lebih kaya dalam berbagai gagasan, teori, sentimen pribadi, orang dengan talenta lebih beraneka ragam, lebih mencolok, lebih pandai berkumpul pada tempat yang sama, saling menarik, menolak dan mengubah satu sama lain lebih banyak daripada masa-masa sebelumnya sejak Renaissance. Mereka membentuk komunitas-komunitas internasional, menulis pamflet-pamflet, mengadakan rapat-rapat, memasuki konspirasi-konspirasi, berbicara dan berargumentasi tanpa akhir dalam rumah-rumah pribadi, jalanan-jalanan, kafe-kafe dan berbagai pesta publik: suasananya begitu bagus dan penuh optimistik.
Akan tetapi Karl Marx sangat tidak terpengaruh oleh lingkungan Paris yang sedemikian dinamis. Dia tidak datang ke Paris untuk mencari pengalaman baru. Dia tipe laki-laki yang tidak emosional dan cenderung frigid. Yang lebih suka menentukan bentuk hidupnya sendiri, dan tidak mempercayai semua bentuk antusiasme, terutama antusiasme yang bersandar pada ungkapan-ungkapan yang gagah berani. Ia memilih Paris ketimbang Brussel atau kota-kota lain di Switzerland karena alasan yang lebih praktis dan khusus.
Di Paris dia menghabiskan siang dan malamnya dalam suatu kegila-gilaan membaca buku, seperti pada waktu peralihannya menuju Hegelinisme di Berlin. Mengisi buku catatannya dengan ringkasan-ringkasan, abstraksi-abstraksi dan komentar-komentar yang panjang dari doktrin-doktrin ekonomi dan politik para pemikir Perancis dan Inggris. Dia juga membaca pikiran- pikiran para ekonom seperti Quesnay, Adam Smith, Sismondi, Ricardo, Say, Proudhon dan para pengikut mereka.
Pada tahun 1845 Marx di usir dari Paris oleh pemerintahan Guizot atas permintaan raja Prussia. Bersama istri dan putrinya yang berusia satu tahun dia pergi ke Brussel. Di Brussel inilah tulisan Marx dan Engels yang paling terkenal Manifesto Komunis di tulis. Tiga tahun kemudian. Tahun 1848 Marx di usir juga dari Belgia dan pindah ke London. Pada tahun yang sama dia juga kembali lagi ke Jerman dan
mendirikan sebuah koran harian.
Pada tahun itu terjadi revolusi yang menyapu ke London.33 Dia tiba di London pada tanggal 24 Agustus 1849. Keluarganya menyusul sebulan kemudian. Dan disusul Engels yang tiba di London pada bulan November. Di inggris dia berharap hanya untuk tinggal beberapa minggu bahkan beberapa bulan, namun kenyataannya dia tinggal di sana sampai akhir hayatnya.
Dari pembuangannya di Inggris, Marx masih terus menjalin komunikasi dengan para buruh dan pimpinan mereka di seluruh Benua Eropa. Membuat organisasi-organisasi gerakan yang cabang-cabang sayap gerakannya tersebar luas di negara-negara Eropa. Sebagai contoh pada tahun 1864 wakil-wakil Buruh dari berbagai partai nasional mendirikan Asosiasi Buruh Internasional (workers‟ internationale) yang di kenal dengan nama Internasionale Pertama. Dan Marx menduduki salah satu dewan pimpinannya. Ia sering di kunjungi untuk di mintai nasehat. Walaupun pada akhirnya gerakan ini bubar karena konflik internal.
Kemudian pada tahun 1867 Marx menerbitkan Bukunya yang tebal dan Monumental Das Kapital jilid pertama. Meskipun oleh kawan-kawannya di kritik karena terlalu kering dan tidak jelas maksudnya, buku ini membuatnya semakin terkenal diantara para pimpinan buruh di seluruh Eropa.
Di Inggris pula Marx mengalami nasib yang menyedihkan sampai tutup usia pda tahun 1883. Dia jatuh miskin dan tidak mempunyai pekerjaan tetap. Dia tidak memiliki sumber keuangan yang teratur. Sumber pemasukan keuangannya hanya pada artikel-artikel yang sesekali di muat di beberapa koran. Dan bantuan uang bulanan yang di kirim secara teratur oleh Engles sejak tahun 1860 yang orang tuanya memiliki pabrik pemintalan kapas di Manchester. Engeles adalah pendukung utama Marx secara material maupun intelektual. Jasanya sangat besar bagi Marx dan dia juga setia kepadanya. Keluarga yang sedang tumbuh ini mengalami banyak penghinaan yang tak terlukiskan, mula-mula keluarga ini berpindah dari satu pondokan ke pondokan yang lain. Dari Chelsea ke Leichester Square lalu kemudian ke daerah kumuh penuh penyakit di Soho.
Seringkali mereka tidak mempunyai uang untuk membayar pedagang dan keluarga itu harus menahan lapar sampai mendapat pinjaman atau sampai datangnya uang kiriman dari Engles yang sedikit meringankan. Bahkan kadang-kadang mereka harus menggadaikan seluruh pakaian, perabotan dan harus duduk berjam-jam tanpa lampu dan makanan. Selama tahun-tahun ini, ketiga orang anaknya, dua orang anak laki-lakinya bernama Guido dan Edgar, dan putrinya Franziska meninggal. Di sebabkan oleh kondisi lingkungan dan keuangan keluarga ini. Bahkan ketika Franziska meninggal, Marx sama sekali tidak mempunyai uang untuk membeli Peti mati.
Namun gaya dan cara hidup Marx hampir tidak berubah sama sekali. Ia bangun pada jam tujuh, minum beberapa cangkir kopi pahit, kemudian masuk ke ruang belajarnya. Di sana ia membaca dan menulis sampai pukul dua siang. Lalu menyelesaikan makan siangnya dengan cepat untuk kemudian kembali ke ruang belajarnya sampai makan malam tiba yang dilakukannya bersama keluarganya. Setelah itu kadang dia berjalan ke luar lingkungannya di Hampstead Heath atau kembali bekerja di ruang belajarnya sampai pukul dua atau tiga dini hari. Terkadang juga dia sering melakukan kunjungan harian ke ruang baca museum Inggris yang dilakukannya mulai dari pukul sembilan pagi sampai tutup pada pukul tujuh malam.
Ia selalu banyak membaca, terutama menjelang akhir hidupnya tingkat membacanya semakin meningkat. Dia benar-benar mengalami kegilaan Bibliomania (keranjingan buku). Dalam sepuluh tahun terakhir masa hidupnya dia mulai mempelajari bahasa-bahasa yang benar-benar baru. Salah satunya bahasa Turki dengan tujuan nyata untuk mempelajari keadaan pertanian-pertanian di negara itu. Ia menaruh harapan besar bagi kaum petani Turki untuk menjadi suatu kekuatan demokrasi yang mengacau di timur dekat.
Kerja yang berlebih dan hidup dalam kemiskinan pada akhirnya telah mengurangi kekuatannya: ia kelelahan, sering sakit dan waktunya mulai tersita oleh masalah kesehatannya. Kondisi fisiknya mulai benar-benar menurun dengan cepat ketika pada tahun 1881 Jenny Marx (istrinya) meninggal karena kanker yang sudah lama di derita dan menyiksanya. “bersamaan dengan kematian Jenny, sang Moor juga telah Mati”, ungkap Engles. Kemudian pada tahun 1882 setelah musim dingin, Dokternya mengirim Marx ke kota Algiers untuk penyembuhan sakit radang selaput dada (pleurisy) yang menggerogotinya. Nampaknya nasib menyedihkan selalu membayangi Karl Marx, pada tahun itu juga dia mendapat berita tentang kematian putri tertuanya Jenny Lounguet yang belum lama dikunjunginya di rumahnya di Paris.
Dia akhirnya benar-benar tumbang dan tak bisa pulih dari pukulan bertubi-tubi yang di deritanya. Sebuah Abses telah tumbuh di jantungnya dan pada tanggal 14 maret 1883 dia meninggal dalam tidurnya, dalam keadaan duduk di kursi ruang belajarnya. Ia di kuburkan di samping isterinya Jenny. Hanya delapan orang yang berdiri menghadiri acara pekuburannya di pemakaman Highgate, terdiri dari beberapa anggota keluarganya, beberapa teman pribadinya, wakil para pekerja dari berbagai negeri dan Freidrich Engles yang memberikan sebuah pidato penguburan yang mengharukan dan meyakinkan:
“Misi hidupnya adalah untuk menyumbang dengan satu atau cara lainnya untuk menggulingkan masyarakat kapitalis… untuk menyumbang bagi pembebasan kaum proletariat masa kini yang untuk pertama kalinya di sadarkan oleh Marx akan kedudukan dan kebutuhan-kebutuhan mereka, akan kondisi-kondisi yang memungkinkan mereka mendapatkan kebebasannya. Perjuangan adalah salah satu unsur Marx. Dan dia berjuang dengan suatu semangat, suatu kegigihan dan suatu keberhasilan yang hanya sedikit orang yang dapat menymainya… dan karenanya menjadi orang yang paling di benci dan paling banyak di fitnah pada masanya… ia meninggal, di cintai, di puja dan di tangisi oleh berjuta-juta teman-teman pekerja yang revolusioner dari pertambangan-pertambangan di Siberia sampai pantai-pantai di California, di semua tempat di Eropa dan Amerika… namanya dan karyanya akan terus abadi sepanjang zaman.”
Popularitas Karl Marx terus semakin meningkat setelah kematiannya, sejalan dengan pengaruh revolusioner dari ajaran-ajarannya yang menjadi semakin terlihat jelas di seluruh benua di Dunia. Pada saat ini, sekitar seabad sesudah kematian Marx, jumlah manusia yang sedikitnya terpengaruh oleh ajaran Karl Marx dan Marxisme sudah mendekati angka 1,3 miliar orang banyaknya.
Referensi :
- Isaiah Berlin, Karl Marx His Life and Environment, Terj, Eri Setiyawati Alkhatab dan Silvester G. Sukun, (Cet, 1: Surabaya: Pustaka Promethea, 2000).
- Franz Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx.
- Karl Marx, Das Kapital: Kritik der Politischen Oekonomie, Terj. Oey Hay Djoen, Volume I (Cet, 1: Jakarta; Hasta Mitra, 2004).