Bagaimana biografi Ayatullah Khomeini ?

Sayyid Ayatollah Ruhollah Khomeini (lahir di Khomein, Provinsi Markazi, 24 September 1902 – meninggal di Tehran, Iran, 3 Juni 1989 pada umur 86 tahun) ialah tokoh Revolusi Iran dan merupakan Pemimpin Agung Iran pertama.

Bagaimana biografi Ayatullâh Khomeini ?

Ayatullâh Khomeini merupakan tokoh revolusi yang terjadi di Iran pada tahun 1979. Terjadinya revolusi di Iran tidak hanya karena peran Khomeini, ada beberapa tokoh lainnya seperti Ayatullâh Murtadlo Muthahari, Dr. Ali Syari’ati, Ayatullâh Montazeri dan beberapa tokoh lainnya. Namun, sosok Ayatullâh Khomeini-lah yang menjadi simbol perlawanan para mullâh dan rakyat Iran terhadap rezim Pahlevi.

Sosok Khomeini yang sederhana dan bersahaja dalam kesehariannya ini mempunyai nama lengkap (baca; gelar) Ayatullâh al-‘Udzma Sayyid Ruhullâh al- Musawi al-Khomeini, lahir pada 24 September 1902 M atau 20 Jumadil Tsâni 1320 H di kota Khumayn yang dulu disebut Kamareh, 349 km barat daya kota Teheran. Tanggal kelahiran Khomeini sama dengan istri terkasih Imam ‘Ali bin Abi Thalib putri Nabi Muhammad SAW, Sayyidah Fatimah Az-Zahrah – dalam kepercayaan Syi’ah salah satu empat belas manusia suci.

Di Iran ada “ tradisi ” nama seseorang sama dengan kota kelahiran dengan tambahan “i” dibelakangnya. Seperti Rafsanjani yang lahir di kota Rafsanjan, Tehrani lahir dikota Teheran, Mahallati lahir di Mahallat dan sebagainya. Adapun gelar “Sayyid” menunjukkan bahwa orang tersebut mempunyai garis keturunan dengan Nabi Muhammad SAW.

Ayatullâh Sayyid Musthofa al-Musavi al-Khomeini adalah ayah Ayatullâh Khomeini seorang ulama yang disegani oleh masyarakat, begitu juga dengan kakek dan ayah kakeknya yakni Sayyid Ahmad Hindi dan Sayyid Din ‘Ali Syah. Ibunya Hajar Aqha Khanom adalah cucu Ayatullâh Aqha Mirza Ahmad Khwansari penulis kitab Zubdah A-Tashanif dan seorang guru di Najf dan Karbala.

Masa Kecil


Khomeini sejak kecil sudah menunjukkan kepribadiannya yang kuat. Sikapnya menghormati terhadap orang yang lebih tua khususnya terhadap kedua orang tuanya. Selain itu juga Khomeini juga seorang anak yang sholeh, pemberani, dan tanggung jawab. Di usianya yang masih remaja, Khomeini sangat suka melakukan kajian sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW bersama teman-temannya.

Kematian ayahnya karena dibunuh oleh dinas Dinasti Qajar saat menuju ibukota propinsi Arak untuk melaporkan kondisi kota Khomeyn yang tidak aman kepada gubernur Adhu al Sulthon. Setelah ayahnya Sayyid Musthafa meninggal, Khomeini diasuh oleh ibunya dan bibinya dari pihak ayah, Sahiba Khanom. Beberapa tahun kemudian keduanya meninggal dan Khomeini bersama kakaknya Sayyid Nur

Sayyid Musthafa dikenal sebagai seorang mullâh yang menyuarakan hak-hak orang kecil dan penentang rezim “khan” yang dikenal menindas rakyat.

Pendidikan Khomeini dimulai dari belajar di sekolah tradisional Maktab Khaneh – sekolah tradisional untuk anak-anak- milik Akhund Mulla Abu al-Qasim. Selian di Maktab Khaneh yang mempelajari Syair Persia, Kaligrafi ( khatt-e nasta’liq ) dan Bahasa Arab, Khomeini juga belajar kepada sepupu ayahnya Syekh Ja’far mengenai bahasa Arab. Kemudian melanjutkan kepada pamannya dari pihak ibunya Mirza Muhammad Mahdi belajar Jami’ Muqaddimat buku tentang logika dan bahasa Arab disaat umurnya masih tujuh tahun.

Di usianya yang ke-16, Ibunya meninggal dunia, tak lama kemudian bibinya meninggal. Kemudian pengasuhannya di bawah kakak kandungnya Ayatullah Pasandideh. Walaupun menjadi yatim piatu, pendidikan Khomeini tidak terhenti. Khomeini kemudian memperdalam pelajaran dengan ipar lelakinya Mirza Ridla Najaff, dan diteruskan mengakaji kitab Muhawwal karya al-Suyuti dengan kakaknya Ayatullâh Pasandideh. Ketika Khomeini berumur 17 tahun, Ayatullâh Pasandideh mengirim Khomeini ke Arak untuk belajar kepada Syaikh Abd al-Karim Ha’iri selama satu tahun. Empat bulan kemudian, Khomeini pergi ke Qum mengikuti

Syaikh Ha’iri yang pindah atas undangan para ulama dan masyarakat Qum, Khomeini tinggal di Madrasah Dar al-Syifa. Masa awal di kota Qum inilah, Khomeini menjadi saksi sejarah runtuhnya Dinasti Qajar dan digantikan Dinasti Pahlevi dibawah kekuasaan Reza Khan dibantu Inggris tahun 1925 M. Walaupun umur Khomeini relatif muda, namun Khomeini sudah memahami realitas politik yang terjadi di Iran, dengan runtuhnya Dinasti Qajar digantikan dengan Dinasti Pahlevi.

Di kota Qum inilah, Khomeini banyak belajar dengan para mullâh atau ulama yang ada di kota tersebut, yang kemudian membentuk kepribadian Khomeini menjadi agung. Para ulama yang menjadi guru Khomeini antara lain : Ayatullâh Mirza Ali Akbar Yazdi, Ayatullâh Mirza Aqa Jayad Maliki Tabrizi, Ayatullâh Hajj Syaikh Abbas Qummi, Ayatullâh Sayyid Abul al Qasim Dehkurdi Isfahani, Ayatullâh Ali Syahabi guru utama Khomeini dibidang tasawuf. Di kota Qum, Khomeini salah satu murid yang berhasil belajar dengan baik. Kesukaannya membaca membuat Khomeini menjadi orang yang kritis dan peka terhadap kondisi sosial yang ada disekelilingnya.

image

Karir


Karir Khomeini sebagai guru di kota Qum saat umurnya 27 tahun. Pelajaran yang disampaikan kepada murid-muridnya adalah filsafat dan tasawuf. Pelajaran filsafat diberikan kepada muridnya yang telah mempunyai kematangan intelektual dan kedewasaan spiritual. Sedangkan pelajaran tasawuf hanya di berikan kepada murid-muridnya secara privat dan hanya beberapa murid terpilih. Ayatullâh Hasan Ali Muntazari dan Ayatullâh Muthahari pernah mendapatkan pelajaran tasawuf dari Khomeini.

Dari kedua mata pelajaran yang diajarkan oleh Khomeini inilah ; Khomeini menjadi salah satu guru yang masyhur di kota Qum. Karena Khomeini menguasai dan mengajarkan dengan metode yang baik dalam dua pelajaran tersebut. Bagi Ali Khamenei, Khomeini adalah seorang faqih, ahli ushul, filosof, arif, guru etika, sastrawan, yang semuanya menyatu dalam dirinya. Selain itu juga ia adalah seorang pemikir yang bertakwa, seorang intelektual yang saleh, seorang negarawan-filosof, seorang mukmin yang tercerahkan, seorang sufi yang berani dan waspada, seorang yang adil, dan seorang mujahid yang tidak cinta diri.

Di usianya yang ke 30 tahun, Khomeini menikah dan dikaruniai dua orang putra dan tiga putri. Putra pertama bernama Musthofa Khomeini dan menjadi tangan kanan Khomeini meninggal secara misterius. Putra kedua bernama Ahmad Khomeini yang kemudian menggantikan posisi sang kakak dalam membantu perjuangan sang ayah dan salah satu pendiri Republik Islam Iran. Salah satu putrinya Zahra Mustafawi seorang doktor filsafat dan dosen di salah satu universitas di Iran.

Khomeini salah satu mullâh Iran yang kritis terhadap kondisi Iran dibawah rezim Pahlevi. Kekritisan Khomeini terlihat dalam pidato dan tulisan-tulisannya yang berkaitan dengan politik dan sejarah Islam. Menurut Riza Sihbudi, diusir dan dipenjaranya Khomeini oleh Syah Iran menjadikan Khomeini seorang yang mempunyai kepribadian yang sangat kokoh, tegas, dan berani.

Sebagai orang yang vokal terhadap rezim Pahlevi, Khomeini beberapa kali ditahan tanpa pengadilan dan diasingkan oleh rezim Pahlevi ke Turki selama 11 bulan, kemudian di Najaf Iraq, dan terakhir di Neauphle-le-Chateau Prancis. Selama dalam pengasingan tulisan dan pidato-pidato Khomeini direkam dan sebarluaskan ke seluruh Iran. Pengasingan Khomeini di Prancis, menjadi sebuah catatan penting, karena di Prancis inilah, Khomeini menyusun strategi untuk mengambil alih kekuasaan dari Reza Pahlevi.

Februari 1979 kondisi Iran carut marut dan Reza Pahlevi sebagai penguasa Iran tidak mampu mengendalikan kondisi nasional dan akhirnya meninggalkan Iran. Dengan kondisi tersebut, Khomeini kembali ke Iran dan memobilisir rakyat Iran untuk menggulingkan rezim Pahlevi yang tidak berpihak kepada rakyat.

Khomeini bersama dengan para mullâh, kelompok-kelompok nasionalis, kelompok kiri dan rakyat Iran berhasil menggulingkan rezim Pahlevi dengan revolusi yang terjadi tahun 11 Februari 1979. Adanya revolusi ini sistem pemerintahan monarki yang di gunakan Pahlevi dalam memimpin diganti dengan sistem Republik

Akhir Hayat


Berkeluh kesah kepada manusia akan membuat diri semakin lemah, berkeluh kesah kepada Allah SWT akan membuat diri semakin kuat - Imam Khomeini

Islam, dan Khomeini merupakan salah satu tokoh yang membidani berdirinya republik islam dan sistem Wilâyah Faqîih sebagai sistem pemerintahan di Iran. Sebagai seorang Imam atau pemimpin, Khomeini sangat sederhana dalam kesehariannya. Dalam penuturan Riza Sihbudi saat melakukan kunjungan ke Iran dan melihat langsung rumah Khomeini, “Sewaktu saya ke Iran sempat melihat rumah beliau (baca;Khomeini) di pinggir kota Qum, yang sangat sederhana sekali. Imam Khomeini tak punya pemilikan pribadi kecuali buku-buku. Beberapa alat kecil untuk keperluan hidup sehari-hari yang ada di rumahnya adalah milik istrinya”.

Minggu terakhir di bulan Mei 1989 para dokter di rumah sakit Teheran bekerja keras mengobati pemimpin besar revolusi Islam Iran yang mengalami pendarahan di lambung, dengan ridlo Allah SWT, sang Imam berhasil menjalani operasi dengan lancar. Hari Ahad 3 Juni 1989 M atau 29 Syawal 1409 H Allah SWT menghendaki Ayatulah Khomeini untuk kembali kepada-Nya, seluruh rakyat Iran dan masyarakat muslim se-dunia berkabung dengan kembalinya sang Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran yang di semayamkan di dekat pemakaman Behesyte Zahra selatan Teheran.

Referensi
  • Noor Arif Maulana, Revolusi Islam Iran dan Relasi Vilayat-i Faqih, (Jogjakarta: Kreasi Wacana, 2003).
  • Riza Sihbudi, Biografi Politik Imam Khomeini, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996).
  • Didin Saefuddin. Biografi Intelektual 17 Tokoh ; Pemikiran Modern dan Postmodern Islam , (Jakarta: Grasindo, 2003).
  • Ayatullâh Ali Khamenei, “Pesan Rahbar Pada kelahiran Bapak Revolusi Islam, Imam Khomeini”, Syi’ar , edisi Rabi’ al-Awwal 1425H.