Bagaimana Asuhan Gizi pada Penyakit Kurang Energi Protein?

image

Bagaimana Asuhan Gizi pada Penyakit Kurang Energi Protein?

Asesmen

Untuk menegakkan diagnosis medis dan diagnosis gizi, asesmen yang penting dilakukan pada anak dengan penyakit Kurang Energi dan Protein adalah :

Pemeriksaan fisik dan klinis seperti :

  • Pengukuran antropometri

  • Tanda bahaya yang penting seperti ada/tidaknya syok, letargis, muntah dan atau diare (dehidrasi), hipotermi, hipoglikemia

  • Asupan makan dengan metoda recall 24 jam

  • Pola kebiasaan makan (metode food frekuensi/diet history)

    Pengkajian data lain seperti untuk mengkaji kemungkinan faktor penyebab seperti :

  • Riwayat kehamilan & kelahiran

  • Riwayat pemberian makan

  • Riwayat imunisasi & pemberian vit. A

  • Riwayat penyakit penyerta/penyulit

  • Riwayat tumbuh kembang

  • Penyebab kematian pada saudara kandung

  • Status sosial, ekonomi dan budaya keluarga seperti misalnya pekerjaan penghasilan, pendidikan dan agama orang tua/pengasuh

Diagnosis Gizi

Untuk menegakkan diagnosis gizi yang tepat, perlu ditunjang data kajian/asesmen yang tepat dan menyeluruh dari semua aspek penyebab dan tanda-tanda masalah gizi pada anak dengan Penyakit Kurang Energi dan Protein. Penulisan diagnosis gizi dengan cara mencantumkan Problem §, etiologi atau penyebab masalah gizi (E) dan signs dan simptom (S).

Contoh diagnosis gizi pada kasus penyakit Kurang Energi dan Protein : Malnutrisi (NI-5.2) disebabkan karena asupan makan yang kurang dan kondisi diare, ditandai dengan Berat Badan/Panjang Badan menunjukkan Z score ≤ 3 SD.

Intervensi Gizi

Intervensi gizi pada pasien anak dengan penyakit Kurang Energi dan Protein diberikan berdasarkan diagnosis gizi yang ditegakkan dan diberikan dalam 3 (tiga) tahapan yaitu : a) Stabilisasi, b) Fase Transisi dan c) Fase Rehabilitasi dan secara rinci dijelaskan sebagai berikut:

1. Fase Stabilisasi Pengertian :
Pada fase ini kondisi pasien dengan Penyakit Kurang Energi dan Protein menunjukkan kondisi klinis dan metabolisme belum stabil. Untuk menstabilkan diperlukan 1-2 hari mungkin lebih bila keadaan anak terlalu buruk atau ada komplikasi berat. Pada fase ini perlu dimonitor kemungkinan terjadi reffeeding syndrome karena intervensi gizi dalam bentuk cairan yang agresif dan akan berediko menyebabkan gagal jantung. Tujuan intervensi gizi :

Pada fase ini diet yang diberikan ditujukan untuk menstabilkan status metabolik tubuh dan kondisi klinis anak.

  • Syarat pemberian diet :

    • Energi 80-100 kkal/kg Berat Badan (BB) per hari. BB yang digunakan untuk perhitungan kebutuhan energi adalah BB aktual hari itu.

    • Protein 1-1,5 gram/kg BB/hari atau 4-7.5 % total kebutuhan energi per hari. Diutamakan protein hewani, misalnya susu, daging ayam atau telur.

    • Cairan 130 ml/kg BB, 100 ml/kg BB perhari bila da edema berat.

    • Rendah laktosa.

    • Mineral mix 20 ml (8 gram)/ 1000 ml formula.

  • Cara pemberian diet :
    Untuk menghindari hipoglikemia dan beban saluran cerna, hati serta ginjal pasien, maka pemberian makanan dilakukan dengan lebih sering dan jumlah sedikit. Pada fase ini makanan formula (F75) diberikan setiap 2 jam (12 kali) atau setiap 3 jam (8 kali) dalam 24 jam. Bila anak mampu menghabiskan porsi yang diberikan maka makanan dapat diberikan setiap 4 jam (6 kali). Bila masih mendapat ASI, dapat diberikan setelah pemberian formula khusus.

2. Fase Transisi

Pada fase ini merupakan fase perpindahan pemberian makan bila pemberian makan pada fase stabilisasi tidak membuat kondisi anak bermasalah. Biasanya pada fase ini memerlukan waktu antara 3-7 hari.

  • Tujuan intervensi gizi :
    Pada fase ini intervensi gizi diberikan untuk memberikan kesempatan tubuh untuk beradaptasi terhadap pemberian energi dan protein yang semakin meningkat guna mempersiapkan anak ke fase stabilisasi.

  • Syarat pemberian diet :

    • Energi 100-150 kkal/kg BB yang digunakan untuk perhitungan adalah BB aktual hari itu.

    • Protein 2-3 gram/kg BB perhari

    • Cairan diberikan sampai 150 ml/kg BB perhari

    • Mineral mix 20 ml (8 gram) /1000 ml formula

  • Cara pemberian diet :

    • Pemberian makanan F100 dengan frekuensi sering dan porsi kecil, diberikan setiap 4 jam sekali.

    • Pada 48 jam pertama (2 hari) volume yang diberikan masih sama dengan Selanjutnya pada hari ke s fase transisi volume F 100 yang diberikan ditambah setiap hari sampai mencapai 150 ml/ kg BB perhari (150 kkal / kg BB perhari = volume minuman pada tabel pemberian F 100)

    • Bila volume ini sudah tercapai dan anak mampu menghabiskan porsinya berarti fase transisi selesai dan anak masuk ke fase rehabilitasi.

    • Bila anak masih mendapat ASI, tetap diberikan setelah anak menghabiskan porsi makanannya.

Fase Rehabilitasi

Umumnya pada fase ini nafsu anak sudah kembali dan asupan makanan sepenuhnya secara oral. Bila anak belum dapat mengonsumsi makanan sepenuhnya secara oral, maka dapat digunakan NGT. Pada fase ini biasanya berlangsung selama 2-4 minggu samapai BB/TB mencapai z score – 2 SD

Tujuan intervensi Gizi :

Tujuan intervensi gizi yang diberikan pada fase ini adalah :

  • Memberikan makanan yang adekuat untuk tumbuh kejar

  • Memotivasi anak agar dapat menghabiskan porsinya

  • Memotivasi ibu agar tetap memberikan ASI

  • Mempersiapkan ibu atau pengasuh untuk melakukan perawatan di rumah

Syarat pemberian diet :

  • Energi 150-220 kkal/kg BB perhari. BB yang digunakan untuk perhitungan kebutuhan energi adalah BB aktual hari itu.

  • Protein 4-6 gram / kg BB per hari

  • Cairan 150- 200 ml/BB perhari atau lebih sesuai kebutuhan energi

  • Mineral mix 20 ml (8 gram)/ 1000 ml formula

Cara pemberian diet :

  • Berikan F 100 dengan menambah volumenya setiap hari sampai anak tidak mampu menghabiskan porsinya tetapi tidak melebihi volume maksimum F 100 (lihat pada Tabel Petunjuk Pemberian F 100/ Buku II). Total volume F 100/ hari tersebut merupakan energi total yang dibutuhkan anak untuk tumbuh kejar yang digunakan untuk pemberian makanan selanjutnya.

  • Berdasarkan energi total tersebut maka anak secara bertahap dapat diberi makanan yang sesuai dengan BB –nya (F 100 makin dikurang dan makanan padat ditambah).

Konsistensi makanan yang diberikan berdasarkan kondisi BB anak saat itu yaitu

  1. BB < 7 kg : makanan yang diberikan F 100 ditambah makanan bayi.

  2. BB ≥ 7 kg : makanan yang diberikan F 100 ditambah makanan anak.

Bila anak masih mendapat ASI, tetap diberikan setelah anak menghabiskan porsi makanannya.