Bagaimana alur penyajian dalam tari jemparingan?

Pada prinsipnya tidak ada karya tari yang tanpa menggunakan alur cerita atau alur dramatik, sekalipun tari itu bersifat tunggal. Alur cerita atau alur dramatik dalam karya tari dibentuk dari cerita dan ritme. Bentuk alur cerita dalam karya tari yang dibentuk dari cerita, terdapat pada: dramatari/sendratari, frahmen, pethilan, wireng, dan tarian tunggal (Maryono, 2015). Lalu, Bagaimana alur penyajian dalam tari jemparingan ?

Alur sajian tari Jemparingan terdiri dari: maju beksan, beksan, beksan jurus, perangan keris, beksan ngelik, beksan panahan dan mundur beksan. Maju beksan diawali dengan Ada-ada Ngrempak, dilanjutkan Lancaran Dirga. Alur cerita yang dihadirkan dalam Ada-ada Ngrempak dan Lancaran Dirga adalah rasa semangat seorang prajurit yang semakin mantap keinginannya untuk berlatih perang dengan senjata gendhewa dan keris (Subono, 2018).

Beksan dalam tari Jemparingan secara dominan menggunakan karawitan tari dengan pola garap Ladrangan. Alur cerita yang dihadirkan dalam gendhing Ladrangan adalah seorang prajurit yang sedang belajar memahami dan mencari apa yang terkandung dalam senjatanya, yaitu gendhewa (Subono, 2018). Lebih lanjut dapat dicermati, sebelum memahami senjata gendhewa seorang prajurit harus pandai dalam memahami dirinya.

Pemahaman ini berkaitan dengan tubuh seorang prajurit, terkait dengan kekuatan, kemampuan serta kelemahan yang terdapat dalam diri atau tubuh seorang prajurit. Seorang prajurit yang mengenali diri sendiri akan mampu menghadapi segala resiko atau hadangan berupa apapun. Seorang prajurit selain mengenal diri juga harus memahami senjatanya, dalam hal ini adalah gendhewa. Senjata bagi seorang prajurit merupakan perpanjangan dari anggota tubuhnya. Dalam berlatih seorang prajurit harus memahami tentang karakteristik yang terdapat dalam gendhewa sebagai senjatanya.

Beksan jurus dan perangan keris dalam tari Jemparingan menggunakan gendhing Srepeg Jegul pelog limo, lalu kembali lagi beksan ngelik dengan gendhing Ngelik Diradhameta. Alur cerita yang dihadirkan dalam gendhing Srepeg Jegul pelog limo adalah tindakan nyata seorang prajurit setelah berlatih (Subono, 2018). Dalam aplikasi garap geraknya tindakan nyata yang dilakukan seorang prajurit adalah melakukan rangkaian jurus dan perangan. Dapat diasumsikan bahwasanya jurus itu merupakan pencak dan perangan merupakan silatnya, seperti pernyataan berikut, pencak adalah jurus-jurus dan langkah-langkah yang diajarkan menurut pola tertentu beserta segala variasinya dan silat adalah strategi, taktik penggunaannya atau seni pemakaiannya dalam sabung atau berkelahi.

Realitanya beksan jurus merupakan rangkaian gerak-gerak pencak yang divisualisasikan dengan kedua prajurit melakukan gerak secara bersamaan dengan arah hadap yang sama, sedangkan perangan keris merupakan silatnya yang divisualisasikan dengan kedua prajurit saling berpandangan atau berhadapan dan saling menyerang. Garap gendhing Srepeg Jegul pelog limo kemudian berubah menjadi Ngelik Diradhameta, yang juga merupakan perpindahan dari laras pelog ke laras slendro.

Ngelik Diradhameta, digunakan pada bagian beksan ngelik. Alur cerita yang dihadirkan adalah perenungan dan pendalaman rasa, seorang prajurit selain mampu menguasai olah fisik juga harus mampu menguasai yang bersifat nonfisik atau kanuragan (Subono, 2018). Terdapat perenungan setelah berlatih dan olah tanding, perenungan tentang jati diri sebagai seorang prajurit. Prajurit dengan kewajibannya menjaga ketentraman Negara yang trampil dalam menggunakan senjata gendhewa dan keris, yang senantiasa diasah saat berlatih dan olah tanding.

Beksan panahan dalam tari Jemparingan menggunakan gendhing Sampak Jwala. Alur cerita yang dihadirkan dalam gendhing Sampak Jwala adalah menemukan sesuatu yang senantiasa dicari atau semua sudah terwujud (Subono, 2018). Pencarian dalam proses berlatih dan perenungan serta pengendapan rasa telah terwujud dalam suasana yang dihadirkan pada bagian beksan panahan. Dalam gendhing Ayak-ayakan alur cerita yang dihadirkan memiliki kesamaan alur seperti pada gendhing Sampak Jwala. Mundur beksan dalam tari Jemparingan menggunakan gendhing Sampak manyuro slendro nem. Alur cerita yang dihadirkan adalah telah selesainya penari melakukan kewajibannya diatas pentas dan menjalankan kehidupan sehari-hari seperti biasa (Subono,2018).