Atlet Transgender di Olahraga Wanita : Sebuah Ketidakadilan atau Persamaan Hak Atlet?

Foto diatas merupakan foto dari dua orang pegulat MMA (Mixed Martial Arts) wanita yang sedang bersiap melakukan pertandingan. Sekilas, tidak ada yang aneh dari keduanya. Tetapi tahukah kamu jika, atlet MMA wanita di sebelah kanan (yang berambut pink) sebenarnya adalah seorang transgender ? ya, namanya adalah Alana McLaughlin dan sebelum melakukan operasi pergantian kelamin, Alana adalah seorang pria tulen yang berprofesi sebagai anggota Pasukan Khusus di militer Amerika Serikat. Di pertandingan itu, Alana menjalani debutnya sebagai petarung MMA transgender yang bertanding melawan Celine Provost (sebelah kiri) yang merupakan seorang wanita tulen. Hasilnya, Alana berhasil menang mudah melawah Celine di pertarungan itu.

Fenomena kemenangan Alana atas Celine tersebut kemudian menimbulkan banyak pro dan kontra dari publik mengenai keberadaan atlet transgender yang ada di cabang olahraga wanita. Pertama dari pihak yang pro terhadap penyertaan transgender di cabang olahraga wanita menilai jika itu merupakan sebuah bentuk kesamaan hak terhadap semua atlet apapun latar belakang mereka termasuk seorang transgender sekalipun. Hal ini di buktikan dengan kemunculan atlet - atlet transgender di kompetisi - kompetisi besar seperti Olimpiade seperti, Laura Hubbard (atlet angkat besi transgender wanita di Olimpiade Tokyo 2020) dan Fabinne Peter (atlet transgender pertama dalam tim wanita hoki es Swiss).

Tetapi sebaliknya, di sisi yang kontra, penyertaan atlet transgender di dalam olahraga wanita dinilai tidak adil dan menjadi ancaman terhadap olahraga wanita itu sendiri. Pertama, walaupun para transgender ini menjaani terapi testoteron dengan cara penyuntikan estrogen dan lain sebagainya, pihak yang kontra menilai perbedaan fisik masih dapat terlihat dengan jelas antara atlet wanita tulen dengan wanita trans. Selain itu, fenomena seperti ini juga merupaka bentuk pelanggaran terhadap sportmanship yang dimana setiap atlet yang bertanding di sebuah pertandingan olahraga apapun harus memiliki " level " yang sama. Hal ini jugalah yang membuat adanya pemisahan gender di cabang olahraga.

Menurut youdics sekalian, dengan adanya penyertaan atlet transgender terutama wanita trans di dalam cabang olahraga wanita, apakah kalian melihat itu sebagai bentuk ketidakadilan atau sebagai bentuk persamaan hak atlet ?

Straight to the point, ini adalah ketidakadilan.

Saya setuju dengan bagian ini, bahwa pemisahan gender dalam olahraga dimaksudkan untuk menciptakan kompetisi yang seimbang dan seadil mungkin. Kalau dipikir, mengapa dalam hal lain, pria dan wanita boleh bersaing tanpa sekat, misal dalam hal akademik, kesempatan kerja sementara dalam olahraga harus dipisah? Karena olahraga menggunakan fisik. Perbedaan kemampuan fisik antara pria dan wanita adalah hal yang sudah kodrati dan alamiah karena bawaan hormon. Kemampuan fisik pria dengan wanita tidak bisa disetarakan karena memang it’s just different. Laki-laki punya lebih banyak testosteron sehingga fisiknya lebih kuat.

Jangan sampai ada SJW yang bilang alam itu sexist karena memberikan laki-laki kekuatan lebih :grinning_face_with_smiling_eyes:

Dalam kompetisi seperti ini, kita harus bisa membedakan antara persamaan hak dengan fairness. Ya, memang semua orang punya hak yang setara untuk berpartisipasi dalam ajang olahraga sekalipun ia transgender. Tapi dalam pertandingan, kita juga harus mengedepankan fairness, keadilan.

Coba pikirkan, mengapa atlet disabilitas tidak bertanding melawan atlet biasa? Ya karena tidak imbang. Mengapa atlet muda tidak ditaruh di pertandingan yang sama dengan atlet senior? Bukannya atlet muda tidak boleh bergabung, tapi demi pertandingan yang imbang. Pasti atlet senior akan dengan mudahnya mengalahkan mereka. Mengapa dalam sepakbola ada tim U-19, U-22 dst? Karena yang senior pasti lebih punya keunggulan, pertandingan akan tidak imbang. . Demikian juga dengan atlet transgender jika bertanding melawan atlet perempuan.

Saran saya, sebaiknya atlet transgender dibuatkan ajang baru yang khusus untuk mereka sehingga lebih fair. Walaupun, ini akan menimbulkan masalah baru lagi tentang ribetnya klasifikasi gender dalam olahraga tersebut.

Saya sangat setuju dengan pernyataan ini. Hal tersebut merupakan ketidakadilan bagi cabang olahraga wanita, karena olahraga sendiri erat kaitannya dengan fisik. Sekalipun jenis kelamin diubah namun hormon dan fisik secara keseluruhan tidak bisa dibohongi, dan tentu saja hal tersebut membuat atlet transgender jauh lebih unggul dibandingkan atlet wanita.

Saya rasa untuk mengakomodir serta memberikan rasa keadilan bagi seluruh kalangan, ada baiknya Komite Olahraga Internasional membuat cabang olahraga yang dipertandingkan khusus untuk atlet transgender. Hal ini demi kenyamanan dan keadilan bagi seluruh atlet yang bertanding.