Asal-Usul Kejahatan ? Khalifah Allah (Sebuah Perspektif Filsafat Islam)

GOD VS LUCIFER

Saya membuat tulisan ini dalam rangka untuk meluruskan pemahaman tentang tanggung jawab Manusia sebagai khalifah Allah. Karena banyak sekali pemahaman yang keliru tentang hal ini yang mengakibatkan kita semakin tidak tahu makna dan tanggung jawab kita di bumi ini sebagai khalifah, hal ini sangat penting karena ketidakpahaman tentang tanggung jawab manusia sebagai khalifah Allah bisa menyebabkan kita melihat Allah sebagai sesuatu yang kontradiksi dan keberadaan kita pun dilihat sebagai sesuatu yang tanpa makna.Misalnya suatu waktu saya pernah mengobrol dengan seorang muslim yang berkecenderungan atheis. Dia berkata jika Allah Maha Baik, Maha Tahu, Maha Kuasa, lalu mengapa ada kejahatan ? Bukankah ini kontradiksi. Menurut saya pemahaman ini terjadi karena kita tidak mengerti tentang tanggung jawab kita sebagai khalifah Allah. Kita manusia telah dipilih oleh Allah sebagai Khalifah di bumi ini, yang artinya kita adalah penguasa di bumi ini, jadi jika di bumi ini ada kejahatan maka itu akibat manusia itu sendiri bukan karena Allah, kita tidak bisa melempar tanggung jawab kejahatan yang terjadi di bumi ini kepada Allah karena kitalah Khalifah di muka bumi ini. Kita yang bertanggung jawab terhadap segala hal yang terjadi di muka bumi ini termasuk kejahatan, perusakan, bencana alam, semua ini terjadi karena manusia. Jadi pemahaman akan tanggung jawab Manusia sebagai khalifah Allah sangat penting untuk menambah keimanan kita dan melihat Allah sebagai sesuatu yang Logis dan tidak Kontradiksi.

Saya juga pernah membaca sebuah blog atheist, Seorang atheis yang dulunya muslim mengajukan pertanyaan : jauh sebelum Allah memutuskan untuk menciptakan dunia ini, jika Allah Maha Tahu, Dia tahu bahwa akan ada manusia yang tidak taat kepadanya, bahwa hasilnya akan buruk, dan banyak dari manusia akan masuk neraka mengapa Allah tetap memutuskan menciptakan manusia padahal dia bisa menyelamatkannya, bukankah ini sadis ?

Pemahaman seperti ini pun sebenarnya terjadi akibat kita tidak memahami tanggung jawab manusia sebagai khalifah Allah. Untuk menjawab pertayaan atheist tersebut kita bisa mengajukan perumpamaan : Jika seorang guru memberikan ujian, ketika dia memberikan ujian, dia menulis di kertas ujiannya, “Berapakah 2+2 ?”. Murid yang berada di hadapannya menulis “5”. Gurunya bisa saja berkata pada muridnya “Ubahlah 5 menjadi 4 “. Apakah gurunya adil jika pada saat ujian dia membetulkan jawaban muridnya ? Bagaimana pendapat murid-murid yang lain ? Jika atheist itu menjawab bahwa bukankah Allah bisa menciptakan kondisi yang sepenuhnya berbeda, dia tidak perlu menjalani seperti itu, dia punya pilihan bahwa muridnya tidak perlu menjalani ujian itu. Maka kita bisa menjawab kepada atheist itu bahwa kita sendirilah yang memilih kondisi seperti itu , kita sendirilah yang memutuskan untuk mengikuti ujian tersebut dan hal ini dibuktikan dengan firman Allah sendiri dalam Al-Qur’an yaitu :

لَوْ أَنْزَلْنَا هَٰذَا الْقُرْآنَ عَلَىٰ جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ ۚ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

Terjemah Arti: Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. Surat Al Hasr[59]:21

Dari Surat ini kita bisa menafsirkan bahwa kita sendirilah yang memilih ujian ini. Allah pun menggunakan perumpamaan seandainya Al-Quran diturunkan kepada gunung, maka gunung pun akan terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Bahkan gunung pun tidak ingin mengambil ujian ini tetapi kita manusia justru memilih untuk mengikuti ujian ini. Maka dari itu kita bisa menyangkal pernyataan atheis tersebut, bukan Allah yang sadis tapi kita yang bodoh untuk mengikuti ujian tersebut. Allah sendiri juga yang menyatakan bahwa manusia bodoh karena mengikuti ujian tersebut.

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا

Terjemahan Arti : Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. Surat Al- Ahzaab [33]:72

Jadi permasalahan yang coba saya luruskan didalam LTM ini adalah permasalahan yang sangat fundamental dan serius, Jika kita tidak memahami tanggung jawab manusia sebagai khalifah Allah maka kita bisa tersesat seperti Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan atheist tersebut. Atheist tersebut tersesat karena tidak memahami peran dan tanggung jawabnya sebagai khalifah Allah.

Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah

Setiap posisi atau kedudukan pasti akan dimintai pertanggunjawaban, misalnya presiden karena presiden di pilih secara demokratis yang artinya legitimasi kuasa didapat dari rakyat yang di pimpin maka presiden dalam menjalankan kekuasaannya akan dimintai pertanggungjawaban oleh rakyat yang memberikan legitimasi kuasa tersebut. Presiden tidak bisa mengelak dari pertanggungjawaban dengan alasan bahwa legitimasinya karena keturunan ataupun karena Allah karena legitimasinya berkuasa didapat dari rakyat. Jadi setiap pertanggungjawaban harus diberikan kepada yang memberikan legitimasi. Begitu pula manusia, Allah telah memilih dan memberikan legitimasi kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi ini maka dari itu manusia pun harus memberikan pertanggung jawaban kepada Allah karena legitimasinya berkuasa yaitu sebagai khalifah di muka bumi ini karena Allah.

Kedudukan manussia sebagai khalifah telah dijelaskan oleh Allah dalam surat al-Baqarah 2:30 di mana Allah menjadikan bani Adam sebagai khalifah di muka bumi. Dalam arti ini saya menafsirkan khalifah menunjukan arti pemimpin Negara atau kaum. Kata khalifah dengan arti pemimpin terdapat dalam surat Shad /38 :26 dimana Allah mengangkat nabi Daud As sebagai khalifah di bumi untuk memimpin manusia dengan adil dengan tidak mengikuti hawa nafsu. Khalifah pada ayat petama bertugas untuk memakmurkan, mengelola, dan memelihara bumi, sedangkan khalifah pada ayat kedua bertugas untuk menegakkan hukum Allah di bumi dan menciptakan kemaslahatan manusia. Jadi tugas kita sebagai khalifah di muka bumi ini yang pertama adalah untuk memakmurkan dan mengelola bumi.

Di era kapitalis ini Pola konsumsi masyarakat modern benar-benar tinggi dan ini bisa mengakibatkan sumber daya alam di bumi semakin menipis dan jika hal ini terjadi maka kita melalaikan tugas pertama kita sebagai khalifah yaitu mengelola dan memelihara bumi, di era modern ini dimana terjadi polusi udara, minyak bumi yang semakin menipis, sungai dan laut tercemar akibat limbah industri dan sampah yang berserakan menjadi bukti bahwa kita telah gagal menjalani tugas kita yang pertama.

Pada akhirnya kita pun harus mengakui kebenaran teori Thomas Malthus tentang ledakan populasi. Malthus mencatat bahwa untuk menghindari kepunahan, populasi dituntut untuk berkembang terus menerus. Akan tetapi akan ada suatu titik dengan jumlah populasi yang melebihi daya dukung sumber daya untuk kehidupannya. Sebagai konsekuensinya harus ada yang mati dan harus ada sebagian yang tetap hidup. Seperti sebuah lotre, siapa yang menang, siapa yang kalah?

Menurut saya teori Thomas Malthus telah menampakkan kebenarannya karena kita sama sekali tidak bisa mengelola dan memelihara bumi, kita terus melakukan konsumsi sehingga bumi kita mengalami krisis sumber daya kita pun akhirnya harus bersaing untuk terus bertahan hidup akibat sumber daya bumi yang semakin menipis. Pada akhirnya kita mengalami seleksi alam seperti yang diprediksi Darwin terhadap dunia hewan, ternyata seleksi alam tidak hanya terjadi di dunia hewan tetapi terjadi juga di dunia manusia akibat manusia tidak bisa mengelola dan memelihara bumi. Pada akhirnya akibat kita tidak bisa menjalankan tugas pertama kita sebagai khalifah yaitu mengelola dan memelihara bumi kita pun jatuh juga kedalam hukum-hukum yang berlaku untuk hewan sehingga derajat kita pun menjadi rendah.

Tugas kedua manusia sebagai khalifah di muka bumi ini adalah untuk menegakkan hukum Allah di bumi dan menciptakan kemaslahatan manusia. Tetapi yang dimaksud dengan menegakkan hukum Allah di bumi harus dilakukan dengan tidak menggunakan kekerasan. Para teroris yang melakukan pengeboman, perusakan, dan ancaman dengan mengatasnamakan jihad untuk menegakkan hukum Allah bukanlah perbuatan menegakkan hukum Allah.

Mengapa ?

Karena islam tidak pernah membenarkan tindakan kekerasan apalagi membunuh manusia untuk alasan apapun. Islam adalah agama yang damai,bahkan dalam ajaran agama islam terdapaat pernyataan barang siapa yang membunuh seseorang maka sama saja dia membunuh seluruh manusia. Ini menunjukkan islam tidak pernah membenarkan tindakan membunuh untuk alasan apapun. Lalu dengan cara bagaimana kita menegakkan hukum Allah? Tentu saja dengan cara dakwah dan menasihati. Hukum Allah terdapat didalam Al-Quran, sedangkan Hadits, Ijma,dll adalah tafsiran terhadap hukum Allah. Lalu bagaimana jika Hukum yang dibuat oleh penguasa bertentangan dengan Hukum Allah yang terdapat di Al-Quran ?

Maka kita harus menegakkan hukum Allah dan tidak mematuhi hukum penguasa tersebut. Kita hanya boleh mematuhi hukum penguasa sejauh tidak bertentangan dengan Hukum Allah. 80% isi Al-Quran ternyata sama sekali tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan, sedangkan 20 % lainnya bersifat ambigu artinya tidak benar dan tidak salah. Maka dari itu sangat rasional untuk percaya dengan hukum Allah karena selaras dengan kebenaran ilmiah dan hukum Alam. Tidak semua ilmu pengetahuan terdapat di dalam Al-Quran hal ini sangat wajar sekali karena Al-Quran bukanlah kitab science melainkan signs yang artinya kitab tanda-tanda.

DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya,(Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi, 2011)

Magnis-Suseno, Franz. Menalar Tuhan. (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2006)

Ari Yuana, Kumara. 100 Tokoh Filsuf Barat dari Abad 6 SM- Abad 21 yang Menginspirasi Dunia Bisnis. (Yogyakarta : C.V ANDI OFFSET, 2010)

Kennedy Sitorus,Fitzerald. “Filsafat Kritisisme Kant.” Komunitas Salihara (2016) :12-14

Kennedy Sitorus,Fitzerald. “ Rasionalisme. “Komunitas Salihara (2016):18-23

Noorsena, Bambang.” Tuhan Yang Maha Esa Bukan Monopoli Agama.” Komunitas Salihara (2010):1-18