Apasih Alasan Kandasnya Harapan Menyelamatkan Korban Gangguan Kesehatan Mental dan Ramuan Penawarnya?

IMG_20200424_175828

Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik, keduanya memiliki keterlibatan satu sama lain, bilamana seseorang terganggu fisiknya maka ia dapat dimungkinkan terganngu mental atau psikisnya, begitupun hal sebaliknya. Kesehatan mental bukan sekedar membahas mengenai suatu penyakit gangguan kejiwaan yang selama ini menjadi stigma yang salah dan berkonotasi negatif dikalangan masyarakat,hal ini dikarenakan menurut WHO, kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya. Jadi ketika membahas kesehatan mental tidak bisa langsung menyatakan bahwa kita sedang sehat ataupun sakit secara mental. Mungkin saja seseorang sedang berada diantara kedua duanya atau mungkin sedang mengalami penurunan maupun peningkatan kesehatan mental. Selain itu menurut salah seorang pakar dan ahli Pieper dan Uden (2006)

“Kesehatan mental adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi yang relistis terhadap dirinya sendiri dan dapat menerima kekurangan atau kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya.”

Banyak sekali yang dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang mulai dari masalah dari dalam diri hingga masalah dari lingkungannya,selain itu orang yang mengalami gangguan kesehatan mental sebenarnya sulit untuk dideteksi sebab faktanya kesehatan mental masih menjadi sesuatu yang sedikit tabu untuk di sadari, dipahami, dan dibicarakan secara dini oleh masyarakat luas, banyak diantara korban yang mengalami gangguan kesehatan mental tertutup dan malu untuk mengkonsultasikan ke pakar kesehatan mental seperti psikolog maupun psikiater, padahal menurut riset penelitian WHO 1 dari 4 orang cenderung beresiko mengalami gangguan kesehatan mental mulai dari gangguan ringan hingga berat,dan 60% diantaranya disebabkan masalah depresi ,penyebab depresi ini pun bermacam-macam sebabnya mulai dari masalah studi,persahabatan,masalah percintaan,ketidakharmonisan dalam keluarga,hingga yang baru-baru ini sedang marak yaitu Cyberbullying atau aksi pembullyan atau penyerangan mental terhadap seseorang melalui media social.

Cyberbullying merupakan dampak negatif dari perkembangan IT di era millennium ini , dan hal ini biasa menyerang generasi milenial yang masih berusia remaja terutama mereka yang gemar menggunakan media sosial, sebab ketika bermedia sosial sebenarnya banyak tekanan yang mampu mengganggu kesehatan jiwa dan mental kita, sebagai contoh ketika kita menjadi seseorang yang ketergantungan terhadap media sosial, ataupun ketika dihadapkan dengan komentar-komentar netizen sesama pengguna media social yang dapat menyerang seseorang secara terus menerus dengan kritik yang tidak membangun dan malah menjatuhkan. Hal ini semakin bertambah parah oleh karena stigma masyarakat yang masih menganggap kesehatan mental sebagai gangguan kejiwaaan yang menjadikan para korban tidak dapat tertangani secara dini,sebab mereka malu dan cenderung berdiam diri ditengah depresi yang dialaminya,korban takut dianggap mengalami gangguan kejiwaan oleh masyarakat, sehingga tidak mau mengkonsultasikan hal tersebut.

Menurut tim riset psikiater salah satu RS di Indonesia kasus depresi dan bunuh diri meningkat secara global, bukan hanya di Indonesia. Ia menyebut di dunia terjadi 800 ribu orang meninggal dunia karena bunuh diri per tahunnya. Di Indonesia diperkirakan jumlah bunuh diri mencapai 10 ribu orang per tahun.

“Jadi setiap satu jam ada orang yang meninggal karena bunuh diri. Kami mendapatkan angka bunuh diri di masyarakat Indonesia tinggi sekali,” ungkap Teddy Hidayat dr, Sp.KJ (K),salah satu dokter dalam tim riset tersebut.

Hal ini tentunya tidak boleh dianggap hal yang sepele dan butuh perhatian khusus baik dari orang-orang terdekat korban,keluarga korban ,maupun pemerintah Indonesia itu sendiri. Dibutuhkan edukasi secara dini terhadap anak agar tidak menganggap kesehatan mental sebagai hal yang berkonotasi negatif,dan harus segera di tangani secara dini atau bisa kita sebut “educational psychology” . Selain itu diperlukan juga sikap selektif dalam penggunaan media sosial dan membatasi penggunaan media sosial untuk kegiatan yang positif saja.

“ Some things are up to us, some things are not up to us ”

“ Ada hal-hal dibawah kendali (tergantung kita), dan ada hal-hal tidak dibawah kendali(tidak tergantung) kita“ (Epictetus)

Demikian juga mengenai pengendalian akan diri kita, menurut pandangan salah satu pakar filsafat Yunani bernama Epictetus , seseorang cenderung melupakan dua poin penting di dalam dunia ini yakni perihal hal-hal yang dapat dikendalikan & hal-hal yang tidak dapat dikendalikan, dalam hal ini yang dapat dikendalikan adalah diri kita sendiri ,persepsi dan keinginan dari dalam diri, sedangkan masalah yang berasal dari luar diri kita seperti masalah kekayaan,reputasi, opini orang lain, dan bahkan hubungan kita dengan orang lain termasuk dalam hal yang tidak dapat dikendalikan, jadi berhentilah untuk memikirkan terlalu dalam mengenai hal-hal tersebut,kita seharusnya lebih fokus untuk mengendalikan diri kita supaya tidak mudah mengalami gangguan kesehatan mental yang bisa berakibat depresi bahkan hingga berujung bunuh diri.

Jadi dalam penanganan masalah kesehatan mental generasi milenial, terdapat beberapa poin penting yang perlu di perhatikan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari edukasi dini, penghapusan stigma negatif mengenai kesehatan mental, hingga pengengendalian diri untuk menjaga kesehatan mental kita supaya generasi milenial dapat terus produktif dan turut membantu pemerintah dalam pembangunan Negara tercinta kita Negara Indonesia.

Salam Gen Z.