Apakah Yang Kalian Ketahui Mengenai Drama Klasik dan Drama Kontemporer?

Drama merupakan sebuah bentuk karya sastra yang ditulis dengan tujuan untuk dimainkan di hadapan publik dan biasanya drama ditulis dalam bentuk script serta pembawaan plotnya disajikan dalam bentuk lines - lines yang diperankan oleh aktor atau aktris. Pementasan dari drama sendiri sudah ada sejak zaman Yunani dan Romawi Kuno dengan banyak sekali dramawan - dramawan terkenal seperti Sophocles dan Aristophanes. Drama sendiri juga dibedakan menjadi dua berdasarkan masa-nya yaitu drama klasik dan drama kontemporer.

Lalu Apakah Yang Kalian Ketahui Mengenai Drama Klasik dan Drama Kontemporer dari Segi Kesamaan, Perbedaan, Sejarah, dan Lain Sebagainya ?

Referensi :

  1. Origin of Drama in English Literature - Owlcation

Seperti yang sudah dijelaskan dalam deskripsi pertanyaan Referensi, drama merupakan sebuah bentuk karya sastra pementasan yang dipertontonkan di hadapan publik. Drama biasanya juga berbentuk script yang dimana plotnya diceritakan dalam bentuk dialog – dialog interaksi antar tokoh yang diperankan oleh aktor dan juga aktris di atas panggung. Drama sendiri memang menurut para ahli dibagi dua menurut masa-nya yakni Drama Klasik dan Drama Kontemporer. Drama Klasik dan drama kontemporer memiliki persamaan dan perbedaan dalam banyak hal mulai dari genre sampai struktur-nya.

Drama Klasik

image

Drama klasik mengacu pada tradisi teatrikal yang begitu populer di era Yunani dan Romawi Kuno yang menjadi landasan utama dari perkembangan drama di seluruh daratan Eropa (terutama Inggris). Drama klasik sendiri sudah mulai dipentaskan sejak era Aristoteles (sekitar 335 sebelum masehi) dan kata ‘ drama ‘ sendiri juga berasal dari dua kata dari Bahasa Yunani yang bisa diartikan sebagai ‘ sebuah aksi ‘ atau ‘ sebuah pementasan ‘. Drama Klasik di era Yunani dan Romawi Kuno dibagi dalam 3 kategori genre utama yakni Komedi, Tragedi, dan Satir.

Genre komedi dalam drama klasik dipopulerkan oleh dramawan asal Yunani Kuno bernama Aristophanes. Genre ini sendiri kebanyakan berbentuk sebagai satir dengan tujuan untuk mengejek orang – orang yang berkuasa di saat itu karena kesombongan dan kebodohan mereka sendiri. Kemudian genre komedi ini sendiri berkembang menjadi lebih simple setelah Menander mulai menulis drama genre komedi tentang kehidupan sehari – hari orang yang kelak akan menjadi cikal bakal dari sitkom modern. Contoh Karya drama dari genre ini adalah Lysistrata karya Aristophanes dan Dyskolos karya Menander.

Kemudian genre selanjutnya adalah Tragedi. Genre Tragedi sendiri sering diasosiasikan dengan genre yang membahas tentang percintaan, kehilangan, kesombongan, penyalahgunaan kekuasaan, dan hubungan antara manusia dengan yang kuasa. Pada umumnya, kita bisa melihat struktur dari genre tragedi dengan plot cerita yang dimana si tokoh utama (protagonis) dari sebuah drama tragedi melakukan sebuah perbuatan buruk tanpa menyadari betapa bodoh dan egois dirinya hingga ia mulai menyadari kesalahannya, tetapi sudah terlambat ketika dunia di sekitarnya mulai tidak mendukung dirinya lagi. Tokoh – tokoh yang mempopulerkan genre ini ada Aristophanes, Sophocles, dan Euripides dengan karya – karya mereka seperti Oedipus Rex karya Sophocles.

Yang terakhir adalah satir. Satir sendiri pada basicnya merupakan gabungan antara komedi dan tragedi.

Setelah era klasik berakhir, drama kembali terbagi menjadi beberapa periode seperti periode abad pertengahan dan periode Elizabethan yang mulai berkembang di era Renaissance (era dimana Eropa mulai mengalami kemajuan di berbagai bidang termasuk sastra dengan dimulai laginya trend mempelajari hal – hal dari Yunani dan Romawi Kuno).

image

Di Abad pertengahan (Abad 11 – 15 masehi) terutama di Inggris, genre – genre drama setelah kejatuhan Yunani Kuno dan Romawi Kuno mulai tergantikan dengan kehadiran drama – drama keagamaan dan moralitas. Bahkan pada masa – masa awal abad pertengahan sendiri, Gereja Katolik Roma melarang setiap bentuk aktivitas pementasan sampai akhirnya muncul genre drama keagamaan yang disebut sebagai drama liturgical yang menceritakan kisah – kisah dari Alkitab yang dilanjutkan dengan kemunculan genre – genre lainnya seperti Misteri dan drama moralitas.

Pada basicnya, drama – drama yang beredar pada zaman abad pertengahan sangat kental dengan bau keagamaan baik itu Misteri, Keajaiban, Liturgikal, dan Moralitas yang disadur dari Alkitab dan moralitas kaum Nasrani itu sendiri. Selain itu di masa ini, Genre Farce (sejenis genre drama yang bertemakan lawak namun dengan tujuan menyindir atau satir) mulai berkembang juga. Contoh Drama yang termasuk di era abad pertengahan adalah York’s Mystery Plays dan Everyman.

image

Di Era Renaissance (1400 – 1603), Inggris menjadi pusat perkembangan drama dengan era yang sering disebut sebagai era Elizabethan (mengacu pada era dimana Ratu Elizabeth I memerintah Inggris dari tahun 1558 – 1601 yang dilanjutkan dengan era James I ). Pada masa ini, Eropa mengalami kemajuan di berbagai bidang mulai dari ilmu pengetahuan sampai sastra. Pada masa ini genre – genre drama baru juga bermunculan yang kebanyakan terinspirasi dari Drama – drama klasik di Era Yunani dan Romawi Kuno seperti Seneca, tragedi, Attic, Plautus, Komedi, dan Moralitas.

Tetapi diantara genre – genre ini, tragedi masih menjadi genre yang begitu populer yang ceritanya hampir selalu tentang seseorang yang berhadapan dengan ambisi dan passionnya. Nama – nama terkenal dari zaman ini adalah William Shakespeare, Christopher Marlowe, Ben Johnson, Thomas Kyd, dan George Chapman. Tentu kita mengenal karya – karya drama seperti Hamlet karya Shakespeare dan Dr. Faustus karya Marlowe.

image

Di era Klasik abad 17 dan 18, Drama kembali berkembang. Di Inggris, pementasan drama sempat terhalang oleh dominasi Kaum Puritan karena ideologi keagamaan mereka sehingga drama di zaman ini kebanyakan berkembang di negara – negara Eropa lainnya seperti Jerman yang menelurkan banyak karya seperti Don Giovanni yang merupakan opera yang sangat terkenal hingga saat ini.

Drama Kontemporer dan Modern

Drama kontemporer pertama kali muncul di abad ke -19 masehi yang dimana Eropa saat itu mengalami kemajuan yang amat pesat dalam revolusi Industri yang mengubah struktur tatanan sosial di masyarakat saat itu. Di abad ke-19, terutama di Inggris, ada yang disebut sebagai era Victorian (mengacu pada masa 63 tahun pemerintahan Ratu Victoria di Inggris dari 1837 – 1901). Pada masa ini drama sudah mulai di kombinasikan dengan teater musikal dan sistem opera yang sudah berkembang sejak abad ke -18 masehi.

Kebanyakan drama – drama di era Victoria masih mengikuti style dari era klasik, namun di aplikasikan ke banyak tema seperti pendidikan, keagamaan, pernikahan, dan kelas sosial. Perspektif dari paham Realisme sendiri yang sudah berkembang sejak tahun 1850 juga menjadi salah satu pengaruh besar dalam perkembangan drama di era Victorian yang dimana banyak drama di era ini yang menekankan terhadap cerita – cerita realistik dari kehidupan manusia. Era Victorian sendiri juga disebut – sebut sebagai masa emas dari perkembangan sastra termasuk drama.

Beberapa nama besar seperti Oscar Wilde, George Bernard Shaw, Arthur Pinero, dan Henry Arthur Jones menghiasi periode Victorian dengan karya – karya mereka seperti An Ideal Husband (karya Wilde) dan Pygmallion (karya George Bernard Shaw). Selain dari tanah Inggris dan Irlandia, beberapa dramatist di Eropa seperti Henrik Ibsen dari Norwegia juga turut menjadi salah satu penulis drama terkenal dari era Victorian. Ibsen sendiri mengarang beberapa drama terkenal yang salah satunya berjudul ‘ A Doll’s House ‘.

Setelah era Victorian berakhir, Drama – drama modern mulai bermunculan dari medio akhir abad ke-19 sampai abad ke-20 masehi. Dengan genre yang tidak jauh berbeda dari era Victorian, drama – drama modern yang berkembang saat ini juga menggunakan prinsip realisme.

Referensi :

  1. Gultom, F., E. & Nuran, A, A. (2015). Drama : Classical versus Modern. Universitas Negeri Medan. 26 (4). 434 – 445.
  2. Yuseano, M. (2017). English Drama in the Late of Victorian Period (1880 – 1901). Realism in Drama Genre Revival. Teknosastik. 15(2). 64 – 68.