Apakah yang dimaksud Evidence-based Medicine Hierarchy?

Evidence-based Medicine Hierarchy

Evidence-Based Practice adalah penggunaan bukti untuk mendukung pengambilan keputusan di pelayanan kesehatan. Greenberg & Pyle (2006)

Evidence-Based Practice adalah penggunaan bukti ekternal, bukti internal (clinical expertise), serta manfaat dan keinginan pasien untuk mendukung pengambilan keputusan di pelayanan kesehatan. Melnyk & Fineout-Overholt (2011)

Suksesnya Evidence Based Medicine (EBM) (Tanner (1999)) :

  • Menstandarkan praktik profesi dokter
  • Mengeliminasi praktik yang tidak layak (buruk)
  • Mendukung praktik yang baik (terbaik)
  • Meminimalkan biaya dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. (Keele (2011))

Apakah yang dimaksud Evidence-based Medicine Hierarchy?

Banyak sekali pertanyaan masuk yang menanyakan sebaiknya kita mengambil terapi yang mana? Banyak yang melaporkan bahwa mencari-cari informasi di internet justru membuat bingung, karena semua menawarkan yang terbaik dan ilmiah. Tetapi diantara yang menurutnya terbaik dan ilmiah itu, yang mana yang sebaiknya bisa kita gunakan?

Jalan termudah tentunya kita bisa tanya langsung kepada pihak profesional misalnya dokter, psikolog, ahli kependidikan berkekhususan, guru, terapis profesional, dan seterusnya sesuai masalah yang kita hadapi. Cilakanya kadang kita juga terjebak justru masuk ke berbagai terapi yang tidak jelas efektivitasnya dan juga tidak jelas kerugian yang dapat diperkirakan dari awal. Apalagi kadang kita malah terjebak dalam trial and error yang seringkali tidak dibicarakan dari awal jika terapi itu memang tidak didukung bukti efektivitasnya.

Memilih bentuk terapi yang EBP/EBM adalah bertujuan agar kita bisa mendapatkan tingkat efektivitas, efisiensi, serta tingkat keamanan yang baik. Yang lebih penting lagi menghindari trial and error – yang mana tindakan ini tidak menghitung risk & benefitnya, atau untung ruginya – atau efektivitas dan bahayanya.

Semakin ketatnya tuntutan EBP/EBM ini disebabkan karena globalisasi informasi yang semakin cepat dan tawaran-tawaran intervensi yang semakin banyak. Karena itu di banyak negara sudah menetapkan bahwa bentuk-bentuk intervensi kepada anak maupun orang dewasa memerlukan sebanyak mungkin bukti pendekatan kebenaran yang dapat dipehitungkan secara metodologis ilmiah.

Dengan kata lain dengan menggunakan intervensi EBP/EBM maka kita akan:

  1. Menghindari efek-efek yang tidak diinginkan

  2. Mendapatkan efek-efek yang sudah dapat diperhitungkan dalam upaya mencari perbaikan 3. Tidak bermain spekulasi.

Apakah itu Evidence Based Practice/Evidence Based Medicine EBP/EBM ?

Evidence Based Practice/Evidence Based Medicine adalah suatu perkembangan dalam dua dekade ini guna menolong para profesi, praktisi, dan klien/pasien untuk mencari bentuk intervensi/terapi yang paling efisien, efektif, teraman, dan menghindari spekulasi. EBP/EBM mengandung dua faktor: idiologi, dan metoda. Idiologi dalam EBP/EBM berangkat dari etika bahwa setiap penderita/penyandang mempunyai hak untuk mendapatkan intervensi/terapi yang paling efisien, efektif, paling aman, dan tidak mengandung faktor spekulasi.

Sedang faktor metoda mengandung bagaimana cara dan jalan penerapan suatu intervensi/terapi untuk mengatasi masalah. Bagaimana ilmuan mencapai EBP/EBM?

  1. Tahapan penelitian dan hirarkinya. Dalam penelitian ilmiah terdapat hirarki mulai dari tingkat kepercayaannya yang paling rendah hingga yang paling tinggi. Dibawah ini mulai yang paling rendah sampai yang paling tinggi: - laporan fenomena atau kejadian-kejadian yang kita temui sehari-hari - studi kasus - studi lapangan atau laporan deskriptif - studi percobaan tanpa penggunaan tehnik pengambilan sampel secara acak (random) - studi percobaan yang menggunakan setidaknya ada satu kelompok pembanding, dan menggunakan sampel secara acak (random) - systemic reviews oleh kelompok bijak bestari atau meta analisa yaitu pengakajian berbagai penelitian yang ada dengan tingkat kepercayaan yang tinggi.

  2. Critical appraisal dan kesepakatan para ahli dengan mempertimbangkan : bioetika, penerapan dg melihat kondisi ekonomi, sosial, psikologis. Critical appraisal adalah melakukan analisa secara hati-hati dari berbagai penelitian yang ada (hasil dari metaanalisa) yg dilakukan oleh tim bijak bestari (peer reviewer) dan merujuknya kembali dengan berbagai teori yang mendukung.

    Dari tahapan ini akan keluar anjurananjuran yang berkaitan dengan hasil-hasil penelitian, apakah layak digunakan sebagai acuan suatu tatalaksana/protokol intervensi. Saran-saran ini kemudian perlu disepakati dari berbagai bidang keilmuan/profesi yang berkaitan. Suatu tatalaksana yang EBP/EBM secara klinik/lab dalam studi penelitian ini, masih memerlukan pertimbangan apakah layak dilansir ke masyarakat dengan melihat berbagai hal yang mendukung/tidak mendukung seperti misalnya pengalaman para ahli di lapangan, kondisi ekonomi, nilai budaya setempat, etika, hukum, dan kondisi psikologis.

  3. Pengalaman klinik/pasien. Dalam penerapan protokol EBP/EBM juga diperlukan bagaimana pengalaman pasien/client yang bersangkutan terhadap intervensi terpilih, apabila menunjukkan ketidaksesuaian maka diperlukan mencari metoda EBP/EBM yang sesuai baginya. Dari ketiga proses itu, barulah suatu protokol atau tatalaksana intervensi EBP/EBM dapat diterapkan. Lihat gambar di bawah ini.

Ciri-ciri penawaran tidak EBP/EBM

  1. Menawarkan satu bentuk intervensi/terapi mampu mengatasi banyak gangguan.

  2. Coba dulu lalu ambil; jangan komentar sebelum mencoba

  3. Tidak memberikan informasi keuntungan dan kerugian; hanya menyajikan keuntungannya

  4. Menyatakan ilmiah namun bukan pernyataan dari asosiasi ilmiah yang berkaitan dalam bentuk position paper atau rislis EBP/EBM dari bentuk intervensi/terapi tersebut.

  5. Menggunakan literature-literature penelitian namun tidak menunjukkan metaanalisa atau reviews dari hasil-hasil penelitian yang ada.

  6. Tidak menggunakan protokol terpercaya, atau bahkan cara-caranya disembunyikan.

  7. Kita harus juga memahami bahwa seorang tenaga profesi tidak diperkenankan secara etika untuk mengiklankan bentuk-bentuk pelayanannya apalagi memberikan informasi dengan jaminan mencapai kesembuhan. Sehingga yang biasa mengiklankan keampuhannya adalah kelompok non-EBP/EBM.

Sumber :

Julia Maria van Tiel , Evidence Based Practice/Evidence Based Medicine