Apakah yang dimaksud dengan Tonsilitis Kronis?

Tonsilitis kronis adalah infeksi berulang yang paling sering terjadi pada tenggorok terutama pada usia anak- anak dan remaja.

Apakah yang dimaksud dengan Tonsilitis Kronis?

Tonsilitis Kronis adalah peradangan kronis amanadel (Tonsil) setelah serangan akut yang terjadi berulang-ulang atau infeksi subklinis. Tonsilitis berulang terutama terjadi pada anak-anak dan diantara serangan tidak jarang tonsil tampak sehat. Tetapi tidak jarang keadaan tonsil diluar serangan terlihat membesar disertai dengan hiperemi ringan yang mengenai pilar anterior dan apabila tonsil ditekan keluar detritus.

Etiologi


Etiologi berdasarkan Morrison yang mengutip hasil penyelidikan dari Commission on Acute Respiration Disease bekerja sama dengan Surgeon General of the Army America dimana dari 169 kasus didapatkan data sebagai berikut :

  • 25% disebabkan oleh Streptokokus β hemolitikus yang pada masa penyembuhan tampak adanya kenaikan titer Streptokokus antibodi dalam serum penderita.

  • 25% disebabkan oleh Streptokokus golongan lain yang tidak menunjukkan kenaikan titer Streptokokus antibodi dalam serum penderita. Sisanya adalah Pneumokokus, Stafilokokus, Hemofilus influenza.

Faktor Predisposisi


Beberapa faktor predisposisi timbulnya kejadian Tonsilitis Kronis, yaitu :3

  • Rangsangan kronis (rokok, makanan)
  • Higiene mulut yang buruk
  • Pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, suhu yang berubah- ubah)
  • Alergi (iritasi kronis dari allergen)
  • Keadaan umum (kurang gizi, kelelahan fisik)
  • Pengobatan Tonsilitis Akut yang tidak adekuat.

Patologi


Proses peradangan dimulai pada satu atau lebih kripta tonsil. Karena proses radang berulang, maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid akan diganti oleh jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga kripta akan melebar.

Secara klinis kripta ini akan tampak diisi oleh Detritus (akumulasi epitel yang mati, sel leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi kripta berupa eksudat berwarna kekuning kuningan). Proses ini meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlekatan dengan jaringan sekitar fossa tonsilaris. Pada anak-anak, proses ini akan disertai dengan pembesaran kelenjar submandibula.

Manifestasi Klinis


Pada umumnya penderita sering mengeluh oleh karena serangan tonsilitis akut yang berulang ulang, adanya rasa sakit (nyeri) yang terus-menerus pada tenggorokan (odinofagi), nyeri waktu menelan atau ada sesuatu yang mengganjal di kerongkongan bila menelan, terasa kering dan pernafasan berbau.

Pada pemeriksaan, terdapat dua macam gambaran tonsil dari Tonsilitis Kronis yang mungkin tampak, yakni :

  1. Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan perlengketan ke jaringan sekitar, kripta yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat yang purulen atau seperti keju.

  2. Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang-kadang seperti terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis, kripta yang melebar dan ditutupi eksudat yang purulen.

Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan mengukur jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak permukaan medial kedua tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi :

  • T0 : Tonsil masuk di dalam fossa

  • T1 : <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring T2: 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring T3 : 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring T4 : >75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring

Diagnosis


Adapun tahapan menuju diagnosis tonsilitis kronis adalah sebagai berikut

  1. Anamnesa
    Anamnesa ini merupakan hal yang sangat penting karena hampir 50% diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesa saja. Penderita sering datang dengan keluhan rasa sakit pada tenggorok yang terus menerus, sakit waktu menelan, nafas bau busuk, malaise, sakit pada sendi, kadang-kadang ada demam dan nyeri pada leher.

  2. Pemeriksaan Fisik
    Tampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan jaringan parut. Sebagian kripta mengalami stenosis, tapi eksudat (purulen) dapat diperlihatkan dari kripta-kripta tersebut. Pada beberapa kasus, kripta membesar, dan suatu bahan seperti keju atau dempul amat banyak terlihat pada kripta. Gambaran klinis yang lain yang sering adalah dari tonsil yang kecil, biasanya membuat lekukan, tepinya hiperemis dan sejumlah kecil sekret purulen yang tipis terlihat pada kripta.

  3. Pemeriksaan Penunjang
    Dapat dilakukan kultur dan uji resistensi (sensitifitas) kuman dari sediaan apus tonsil. Biakan swab sering menghasilkan beberapa macam kuman dengan derajat keganasan yang rendah, seperti Streptokokus hemolitikus, Streptokokus viridans, Stafilokokus, atau Pneumokokus.

Komplikasi


Komplikasi dari tonsilitis kronis dapat terjadi secara perkontinuitatum ke daerah sekitar atau secara hematogen atau limfogen ke organ yang jauh dari tonsil. Adapun berbagai komplikasi yang kerap ditemui adalah sebagai berikut :

1. Komplikasi sekitar tonsila

  • Peritonsilitis
    Peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat tanpa adanya trismus dan abses.

  • Abses Peritonsilar (Quinsy)
    Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil. Sumber infeksi berasal dari penjalaran tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil dan penjalaran dari infeksi gigi.

  • Abses Parafaringeal
    Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran getah bening atau pembuluh darah. Infeksi berasal dari daerah tonsil, faring, sinus paranasal, adenoid, kelenjar limfe faringeal, os mastoid dan os petrosus.

  • Abses Retrofaring
    Merupakan pengumpulan pus dalam ruang retrofaring. Biasanya terjadi pada anak usia 3 bulan sampai 5 tahun karena ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfe.

  • Kista Tonsil
    Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh jaringan fibrosa dan ini menimbulkan kista berupa tonjolan pada tonsil berwarna putih dan berupa cekungan, biasanya kecil dan multipel.

  • Tonsilolith (Kalkulus dari tonsil)
    Terjadinya deposit kalsium fosfat dan kalsium karbonat dalam jaringan tonsil yang membentuk bahan keras seperti kapur.

2. Komplikasi Organ jauh

  • Demam rematik dan penyakit jantung rematik
  • Glomerulonefritis
  • Episkleritis, konjungtivitis berulang dan koroiditis
  • Psoriasiseritema multiforme, kronik urtikaria dan purpura
  • Artritis dan fibrositis.

Penatalaksanaan


Pengobatan pasti untuk tonsilitis kronis adalah pembedahan pengangkatan tonsil (Adenotonsilektomi). Tindakan ini dilakukan pada kasus-kasus dimana penatalaksanaan medis atau terapi konservatif yang gagal untuk meringankan gejala-gejala.

Penatalaksanaan medis termasuk pemberian antibiotika penisilin yang lama, irigasi tenggorokan sehari-hari dan usaha untuk membersihkan kripta tonsilaris dengan alat irigasi gigi (oral). Ukuran jaringan tonsil tidak mempunyai hubungan dengan infeksi kronis atau berulang-ulang.

Tonsilektomi merupakan suatu prosedur pembedahan yang diusulkan oleh Celsus dalam buku De Medicina (tahun 10 Masehi). Jenis tindakan ini juga merupakan tindakan pembedahan yang pertama kali didokumentasikan secara ilmiah oleh Lague dari Rheims (1757).

Indikasi Tonsilektomi absolute menurut AAO-HNS

  • Timbulnya cor pulmonale karena obstruksi jalan napas yang kronik
  • Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma apnoe waktu tidur
  • Hipertrofi berlebihan yang menyebabkan disfagia dengan penurunan berat badan penderita
  • Biopsy eksisi yang dicurigai keganasan atau limfoma
  • Abses peritonsilaisr yang berulang atau abses yang meluas pada jaringan sekitarnya
  • Gangguan pertumbuhan dentofacial

Gangguan bicara atau hiponasal Indikasi relative menurut AAO-HNS

  1. Serangan tonsillitis berulang (meskipun diberikan penatalaksanaan medis yang adekuat)
  2. Tonsillitis yang berhubungan dengan biakan streptococcus yang menetap dan patogenik
  3. Hyperplasia tonsillitis dengan obstruksi fungsional
  4. Hyperplasia dan obstruksi yang menetap 6 bulan setelah infeksi mononucleosis
  5. Riwayat demam rematik dengan kerusakan jantung yang berhubungan dengan tonsillitis rekurens kronik dan pengendalian antibiotic yang buruk
  6. Tonsillitis kronik yang menetap yang tidak memberikan respons terhadap penatalaksanaan medis
  7. Hipertrofi tonsil dan adenoid yang berhubungan dengan abnormalitas orofacial dengan gigi geligi yang menyempitkan jalan napas bagian atas
  8. Tonsillitis berulang atau kronis yang berhubungan dengan adenopati servikal persisten
  9. Kejang demam berulang yang disertai tonsillitis
  10. Halitosis akibat tonsillitis kronis yang tidak membaik dengan pemberian terapi medis
  11. Tonsillitis kronis atau berulang pada carrier streptococcus B hemoliticus yang tidak membaik dengan pemberian antibiotic resisteb B laktamase

Kontraindikasi


  1. Gangguan pendarahan
  2. Resiko anastesi yang besar atau penyakit berat
  3. Anemia
  4. Infeksi akut yang berat