Lihat di sekeliling ruangan Anda dan pilih empat atau lima benda yang berarti bagi Anda. Mengapa Anda memiliki benda-benda tersebut? Mengapa semuanya penting bagi Anda?
Kemungkinannya adalah benda-benda yang Anda pilih bukanlah benda dalam wujud aslinya, melainkan karena semuanya membawa sesuatu yang lain pada pikiran Anda sebuah hubungan, masa hidup Anda, prestasi, perjalanan, tempat, atau sejumlah pengalaman lainnya.
Dengan kata lain, benda-benda yang telah Anda pilih adalah symbol.
Sekarang kita lihat kembali benda-benda yang telah Anda pilih dan perhatikan apakah terdapat kata di atas atau di dalam benda-benda tersebut. Sebagai contoh, jika Anda berpikir tentang sebuah kaos, mungkin kata-kata yang ada pada kaos itu yang lebih berarti bagi Anda dibandikan kaos itu sendiri. Bahkan, mungkin anda memilih buku atau CD yang penuh dengan kata-kata atau lirik yang tertera.
Baik itu kata-kata, benda, atau tindakan, simbol kehidupan Anda memiliki arti yang bergantung pada bagaimana keterkaitannya dengan simbol-simbol lain dan bagaimana Anda mengorganisasi simbol-simbol tersebut untuk membentuk sesuatu yang lebih besar yang dapat membantu Anda memahami siapa diri Anda, apa yang penting bagi Anda, dan bagaimana bertindak untuk kehidupan Anda.
Semiotik atau penyelidikan simbol-simbol, membentuk tradisi pemikiran yang penting dalam teori komunikasi. Tradisi semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan, dan kondisi di luar tanda-tanda itu sendiri. Penyelidikan tanda-tanda tidak hanya memberikan cara untuk melihat komunikasi, melainkan memiliki pengaruh yang kuat pada hampir semua perspektif yang sekarang diterapkan pada teori komunikasi.
Gambar yang menggambarkan semakin gersangnya dunia kita
Gagasan Utama dari Tradisi Semiotik
Konsep dasar yang menyatukan teori ini adalah tanda yang didefinisikan sebagai stimulus yang menandakan atau menunjukkan beberapa kondisi lain seperti ketika asap menandakan adanya api. Konsep dasar kedua adalah simbol yang biasa menandakan tanda yang kompleks dengan banyak arti, termasuk arti yang sangat khusus.
Beberapa ahli memberikan perbedaan yang kuat antara tanda dan simbol tanda dalam realitasnya memiliki referensi yang jelas terhadap sesuatu, sedangkan simbol tidak. Para ahli lainnya melihatnya sebagai tingkat-tingkat istilah yang berbeda dalam kategori yang sama. Dengan perhatian pada tanda dan simbol , semiotik menyatukan kumpulan teori-teori yang sangat luas yang berkaitan dengan bahasa, wacana, dan tindakan-tindakan nonverbal.
Kebanyakan pemikiran semiotik melibatkan ide dasar triad of mcaning yang menegaskan bahwa arti muncul dari hubungan di antara tiga hal: benda (atau benda yang dituju), manusia (penafsir), dan tanda. Charles Saunders Pierce, ahli semiotik modern pertama, dapat dikatakan pula sebagai pelopor ide ini.
Pierce mendefinisikan semiosis sebagai hubungan di antara tanda, benda, dan arti. Tanda tersebut mempresentasikan benda atau yang ditunjuk di dalam pikiran si penafsir. Sebagai contoh, kata kucing diasosiasikan dalam pikiran Anda dengan binatang tertentu. Kata itu bukanlah binatang, tetapi sebagai ganti dari pemikiran, asosiasi, atau interpretasi yang menghubungkan kata dengan benda yang nyata menurut Anda.
Seseorang yang mencintai kucingnya dan memilikinya sebagai binatang piaraannya akan mendapatkan pengalaman yang berbeda tentang tanda kucing ketika kecil. Ketiga elemen itu membentuk segitiga semiotik.
Gambar Segitiga Semantik Ogden dan Richard Dari dari The Meaning of Meaning, oleh C.K Ogden dan I.A Richards. Copyright ©1923.
Penyelidikan tentang kata ganti perorangan (personal pronoun) oleh Wendy Martyna memberikan ide yang lebih baik tentang bagaimana proses tiga bagian ini menghubungkan benda, tanda, dan arti, benar-benar berfungsi.
Dalam Bahasa Inggris, kata ganti he biasanya digunakan untuk menunjukan dia laki-laki atau perempuan ketika kata ganti tunggal (singular pronoun) diperlukan, seperti dalam kalimat “When teacher returns tests, he usually discusses them with the class.”
Martyna tertarik untuk menemukan kata ganti umum (generic pronoun) apa yang kebanyakan orang akan gunakan pada situasi tersebut dan arti yang mereka miliki untuk kata ganti (pronoun) yang mereka gunakan.
Empat puluh siswa di Stanford telah melengkapi sejumlah kalimat yang memerlukan penggunaan kata ganti umum. Beberapa kalimat menunjukan pada orang yang umumnya dianggap sebagai laki-laki (“Before a judge can give final ruling, he must weigh the evidence”); beberapa diantaranya menunjukkan pada orang yang umumnya dianggap sebagai perempuan(“After a nurse has completed training, she goes to work”); dan beberapa lainnya netral (“when a person loses money, he apt to feel bad”).
Martyna menemukan bahwa partisipan biasanya menggunakan kata ganti yang konsisten dengan stereotip jenis kelamin.
Dalam kalimat-kalimat netral, subjek penelitian hampir selalu menggunakan kata ganti maskulin, meskipun beberapa partisipan dengan sengaja memberi kesan pembalikan peran dengan menukar kata ganti, sedangkan yang lainnya mencoba menghindari seksisme dengan menggunakan kombinasi, seperti pada he atau she.
Perempuan sepertinya jarang menggunakan istilah maskulin dibandingkan laki-laki. Setelah partisipan menyelesaikan kalimat, Martyna bertanya kepada mereka apa yang mereka peroleh setelah menyelesaikan kalimat. Kebanyakan mereka selalu menggambarkan laki-laki dalam kalimat stereotip-laki-laki dan perempuan dalam kalimat stereotip-perempuan.
Dalam kalimat netral, gambaran yang ada kebanyakan adalah laki-laki. Penelitian ini menunjukkan bahwa tanda seperti kata ganti perorangan dihubungkan kepada yang ditunjuknya melalui pikiran atau interpretasi si pengguna.
Dalam kata lain, arti bergantung pada gambaran atau pikiran seseorang dalam kaitannya dengan tanda dan benda yang direpresentasikan oleh tanda.
Variasi dalam Tradisi Semiotik
Semiotik selalu dibagi ke dalam tiga wilayah kajian semantic, sintaktik, dan pragmatic.
1. Semantic
Semantik berbicara tentang bagaimana tanda-tanda berhubungan dengan yang ditunjuknya atau apa yang ditunjukkan oleh tanda-tanda. Semiotik menggambarkan dua dunia: dunia benda dan dunia tanda, dan mencerahkan hubungan diantara kedua dunia tersebut.
Kapanpun kita memberikan sebuah pertanyaan ”Apa yang direpresentasikan oleh tanda?” maka kita berada dalam ranah semantik.
Sebagai contoh, kamus merupakan buku referensi semantic; ia mengatakan apa arti kata atau apa yang mereka representasikan. Sebagai prinsip dasar semiotic, representasi selalu dimediasi oleh interpretasi sadar seseorang dan interpretasi atau arti apa pun bagi sebuah tanda akan mengubah satu situasi ke situasi lainnya.
Oleh karena itu, pertanyan semantic yang lebih halus, “arti-arti apa saja yang dibawa oleh tanda ke dalam pikiran seseorang dalam situasi?” Penelitian Martyna tentang kata ganti yang telah dijelaskan sebelumnya ditanamkan dengan kuat dalam cabang semantic pada semiotic.
2. Sinaktik
Wilayah kajian kedua dalam semiotik adalah sinaktik atau kajian hubungan diantara tanda-tanda. Tanda-tanda sebetulnya tidak pernah berdiri dengan sendirinya. Hampir semua selalu menjadi bagian dari sistem tanda atau kelompok tanda yang lebih besar yang diatur dalam cara-cara tertentu.
Oleh karena itu, sintaktik mengacu pada aturan-aturan yang dengannya orang mengombinasikan tanda-tanda ke dalam sistem makna yang kompleks. Semiotik tetap mengacu pada prinsip bahwa tanda-tanda selalu dipahami dalam kaitannya dengan tanda-tanda lain.
Tentunya, kamus bukan sekedar catalog hubungan antara satu tanda dengan tanda lainnya (satu kata didefinisikan oleh kata-kata lainnya). Ketika bergerak dari satu kata (dog) menuju sebuah kalimat (The cute dog licked my hand), kita berhubungan dengan sintaksis atau struktur bahasa.
Isyarat-isyarat selalu dikombinasikan dngan isyarat-isyarat lainnya untuk membentuk sistem kompleks tanda-tanda non verbal dipasangkan dengan bahasa untuk mengekspresikan arti-arti yang halus dan kompleks. Peraturan sintaktik memudahkan manusia untuk menggunakan kombinasi tanda-tanda yang tidak terbatas untuk mengekspresikan kekayaan makna.
3. Pragmatik
Pragmatik, kajian utama semiotic yang ketiga, memperlihatkan bagaimana tanda-tanda membuat perbedaan dalam kehidupan manusia atau penggunaan praktis serta berbagai akibat dan pengaruh tanda kehidupan sosial. Cabang ini memiliki pengaruh yang paling penting dalam teori komunikasi, karena tanda-tanda dan sistem tanda dilihat sebagai alat komunikasi manusia.
Oleh karena itu pragmatik saling melengkapi dengan tradisi sosial budaya. Dari perspektif semiotic, kita harus memiliki pemahaman bersama bukan hanya pada kata-kata, tetapi juga pada struktur bahasa, masyarakat, dan budaya agar komunikasi dapat mengambil perannya.
Sistem hubungan diantara tanda-tanda harus memperkenankan pelaku komunikasi untuk mengacu pada sesuatu yang lazim.
Kita harus berbagi rasa keterkaitan dalam pesan-pesan atau kemungkinan tidak adanya sejumlah pemahaman dan kita harus berasumsi bahwa ketika kita menggunakan peraturan bahasa, sejumlah orang yang mengetahui peraturan itu akan mampu memahami makna yang kita maksud. Pragmatik tanda-tanda penting bagi sejumlah perhatian akan komunikasi yang luas, tetapi tentunya sangat berarti dalam melihat pada pemahaman dan kesalahpahaman.
Tanda nonlinguistic menciptakan permasalahan pragmatic khusus dan nonverbal juga telah menarik minat para peneliti komunikasi. Sebagai contoh, kode-kode visual lebih terbuka dalam makna potensialnya-interpretasinya sangat subjektif serta lebih dihubungkan dengan perseptual internal dan proses-proses pemikiran penonton daripada dengan representasi konvesional.
Hal ini tidak mesti dikatakan bahwa makna seseorang untuk sebuah gambar benar-benar individualis; tentunya makna-makna visual dapat dipengaruhi oleh pembelajaran, budaya, dan bentuk-bentuk interaksi sosial lainnya. Akan tetapi, melihat gambaran visual tidaklah sama dengan memahami banyak bahasa. Gambar memerlukan pengenalan bentuk , organisasi, dan diskriminasi, bukan hanya hubungan-hubungan representative. Oleh karena itu, makna gambaran visual sangant bergantung pada persepsi serta pengetahuan individu dan sosial.
Pembagian semantic, sintatik, dan pragmatic digunakan secara luas untuk mengelola kajian semantic. Namun, tidak semua orang setuju bahwa hal ini merupakan cara yang paling bermanfaat. Sebagai contoh, Donald Ellis menegaskan bahwa semantic bukanlah cabang yang terpisah, tetapi lebih tampak sebagai batang yang menopang keseluruhan pohon. Bagi Ellis, makna bukan sekedar permasalahan lexical semiotics atau makna kata-kata, melainkan juga termasuk structural semantics atau makna struktur-struktur bahasa.
Paling tidak, boleh dikatakan bahwa ketiga dimensi semiotic ini berkaitan dsatu sama lainnya dan bahwa pemisahannya membantu dalam memahami aspek makna yang berbeda. Kita pahami dari semiotic bahwa tanda (di luar diri kita) merepresentasikan benda, tetapi hanya melalu I persepsi dan perasaan internal kita. Bila semiotic cenderung memperhatikan tanda dan fungsinya, fenomologis lebih melihat pada sosok penafsir sebagai komponen utama dalam proses ini.