Apakah yang dimaksud dengan kesehatan mental?

Secara etimologis, kesehatan mental merupakan terjemahan dari Mental Hygiene yang berasal dari dua unsur kata yaitu mental dan hygiene.

Hygie adalah nama dewi kesehatan Yunani, kata hygie tersebut kemudian berubah menjadi hygiene yang berarti ilmu kesehatan.
Mental berasal dari kata latin yaitu means atau mentis yang artinya ruh, sukma, jiwa, nyawa, dan semangat.

Mental adalah non fisik, kecerdasan, kepribadian yang mempunyai kebutuhan yang dinamik seseorang, tercermin dalam cita-cita, sikap, dan perbuatannya. Mental adalah semua unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap (attitude) dan perasaan yang dalam keseluruhan dan kebulatannya akan menentukan corak laku, cara menghadapi suatu hal yang menekan perasaan, mengecewakan atau menggembirakan, menyenangkan, dan sebagainya.

Dalam bahasa Yunani, kesehatan terkandung di dalam Hygiene, yang berarti ilmu kesehatan, maka kesehatan mental merupakan bagian dari Hygiene Mental. Dengan demikian, secara etimologis dapat dikatakan bahwa Hygiene Mental adalah ilmu mengenai kesehatan jiwa.

Bagaimanakah konsep kesehatan mental dalam prespektif psikologi ?

Dalam buku Psikologi Kesehatan, Arie Arumwardhani memberikan definisi kesehatan mental sebagai suatu keadaan sejahtera secara psiko-sosial dimana tiap individu menyadari potensi dirinya sendiri, dapat menghadapi tekanan yang normal dalam kehidupan, mampu bekerja secara produktif dan baik, dan dapat memberikan kontribusi positif bagi komunitasnya.

Sedangkan proses mental merupakan suatu proses perkembangan kematangan manusia yang berkesinambungan, perkembangan proses mental dipelajari dari pengalaman-pengalaman hidup yang baik maupun buruk. Unsur utama yang sangat diutamakan dalam proses perkembangan kematangan mental adalah dapat membentuk kepribadian yang berkembang seperti saat menghadapi konflik-konflik psikologis yang umumnya muncul selama masa kanak-kanak.

Menurut Siti Meichati, istilah kesehatan mental (mental hygiene) pertama kali dikemukakan oleh seorang psikiater Adolph Meyer yang membantu perkembangan gerakan mental hygiene yang disarankan oleh seorang bekas penderita mental yang menuliskan pengalaman pribadinya selama dirawat dan diterbitkan dengan judul Am Maind That Found it Self pada tahun 1908.

Pasien tersebut bernama Clifford Beers, menurutnya pengalaman selama menjalani perawatan telah menyebabkan merasa pentingnya penerimaan yang disertai pengertian (acceptiance and understanding) dari orang kepada orang lain.

Sikap penerimaan dan pengertian inilah yang telah menyembuhkan penyakit mental, lebih banyak dibanding usaha-usaha lainnya.

Dalam merumuskan pengertian kesehatan mental, ada tiga orientasi kesehatan mental yang lazim dijadikan kerangka acuan oleh para ahli.

  • Pertama, orientasi klasik: seseorang dianggap sehat apabila seseorang itu tidak memiliki keluhan tertentu, seperti: ketegangan, rasa cemas, rendah diri, atau perasaan tak berguna, yang semuanya menimbulkan perasaan sakit atau tidak sakit, serta mengganggu efisiensi kegiatan sehari-hari. Orientasi ini dianut oleh lingkungan kedokteran.

  • Kedua, orientasi penyesuai diri: seseorang dianggap sehat secara psikologi apabila seseorang itu mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan orang lain serta lingkungan sekitar. Ketiga, orientasi pengembangan potensi: seseorang dianggap mencapai taraf kesehatan jiwa apabila seseorang itu mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensinya menuju kedewasaan sehingga seseorang tersebut dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri.

Kesehatan mental dan kesehatan jiwa merupakan istilah yang sering dipakai dalam menentukan kondisi psikologi seseorang.

Mental adalah hal yang bersangkutan dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan atau tenaga

Jiwa adalah unsur manusia yang bersifat nonmateri, tetapi fungsi dan manifestasinya sangat terkait pada materi. Manifestasi jiwa antara lain tampak pada kesadaran, afek, emosi, psikomotor, proses berpikir, persepsi, dan sifat kepribadian. Kesadaran dalam hal ini lebih bersifat kualitatif, diukur dengan memperhatikan perbedaan stimulus (stressor) dan respons (perilaku yang ditampilkan)

Kesehatan Jiwa atau mental, menurut Karl Menninger, adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri pada lingkungan, serta berintegrasi dan berinteraksi dengan baik, tepat, dan bahagia.

Michael Kirk Patrick mendefinisikan orang yang sehat jiwa adalah orang yang bebas dari gejala gangguan psikis, serta dapat berfungsi optimal sesuai apa yang ada padanya. Clausen mengatakan bahwa orang yang sehat jiwa adalah orang yang dapat mencegah gangguan mental akibat berbagai stresor, serta dipengaruhi oleh besar kecilnya stresor, intensitas, makna, budaya, kepercayaan, agama, dan sebagainya.

Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan antara fungsi-fungsi jiwa, serta kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya (Zakiyah Darojah, 1975)

Assagioli, (Ihrom, 2008) mendifinisikan, kesehatan mental adalah terwujudnya integritas kepribadian, keselarasan dengan jati diri, pertumbuhan ke arah realisasi diri, dan ke arah hubungan yang sehat dengan orang lain.

Prinsip dasar dari kesehatan mental adalah kesehatan mental itu lebih dari tiadanya (tidak sekadar) perilaku abnormal, kesehatan mental itu merupakan konsep yang ideal tentang sehatnya aspek psikologis individu, dan kesehatan mental sebagai bagian dari karakteristik kualitas hidup (Notosoedirdjo & Latipun, 2002).

Menurut Jahoda (Ihrom, 2008), batasan lebih luas mengenai kesehatan mental yaitu mencakup:

  • sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri, kemampuan mengenali diri dengan baik.
  • pertumbuhan dan perkembangan serta perwujudan diri yang baik.
  • keseimbangan mental, kesatuan pandangan dan ketahanan terhadap segala tekanan.
  • otonomi diri yang mencakup unsur-unsur pengatur kelakuan dari dalam atau kelakuan-kelakuan bebas.
  • persepsi mengenai realitas, terbebas dari penyimpangan kebutuhan serta memiliki empati dan kepekaan sosial
  • kemampuan menguasai dan berintegrasi dengan lingkungan.

Kriteria kesehatan mental menurut Schneiders (dalam Semiun, 2006):

  • Efisiensi mental, orang yang mengalami berbagai bentuk gangguan mental tdk dapat menunjukkan efisiensi dalam hidupnya.

  • Pengendalian dan integrasi antara pikiran & perilaku, tidak adanya faktor obsesi, fobia, integritas pribadi yang kurang, psikopat, mental patologis lain.

  • Integrasi motif-motif serta pengendalian konflik & frustrasi, integrasi yang efektif mengatasi konflik berat akibat motif-motif yg saling berlawanan.

  • Perasaan dan emosi yang positif dan sehat

  • Ketenangan & kedamaian pikiran, keharmonisan emosi, perasaan positif, pengendalian perilaku dan pikiran.

Kesehatan mental memiliki sasaran utama dalam aplikasinya, yaitu masyarakat (yang terbentuk dari individu-individu). Dilihat dari aspek kesehatannya, masyarakat yang menjadi sasaran dalam kesehatan mental ini dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan sebagai berikut (Notosoedirdjo & Latipun, 2002).

  1. Masyarakat umum, masyarakat yang sehat dan tidak berada dalam resiko sakit.

  2. Masyarakat dalam kelompok resiko sakit, yaitu masyarakat yang berada dalam situasi atau lingkungan yang kemungkinan mengalami gangguan relatif tinggi.

  3. Kelompok masyarakat yang mengalami gangguan, yaitu kelompok masyarakat yang sedang terganggu kesehatan mentalnya. 4. Kelompok masyarakat yang mengalami kecacatan atau hendaya, agar mereka dapat berfungsi secara normal dalam masyarakat.

Kesehatan mental adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi yang relistis terhadap dirinya sendiri dan dapat menerima kekurangan atau kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam hidup (Pieper dan Uden, 2006).

Menurut Ihrom (2008), kesehatan mental adalah terwujudnya integritas kepribadian, keselarasan dengan jati diri, pertumbuhan ke arah realisasi diri, dan ke arah hubungan yang sehat dengan orang lain. Dalam pengertian yang lebih positif tersebut kesehatan mental merupakan fondasi dari tercapainya kesejahteraan ( well- being ) individu dan fungsi yang efektif dalam komunitasnya.

Kriteria kesehatan mental

Schneiders dalam (Semiun, 2006) mengemukakan beberapa kriteria yang sangat penting dan dapat digunakan untuk menilai kesehatan mental. Kriteria tersebut dapat diuraikan sebagai berikut menurut Schneiders (dalam Semiun, 2006).

Efisiensi Mental

Pengendalian dan Integrasi Pikiran dan Tingkah Laku

Integrasi Motif-motif serta Pengendalian Konflik dan Frustasi

Perasaan-perasaan dan Emosi-emosi yang Positif dan Sehat

Ketenangan atau Kedamaian Pikiran

Sikap-sikap yang Sehat

Konsep-Diri (Self-Concept) yang Sehat

Identitas Ego yang Adekuat

Hubungan yang Adekuat dengan Kenyataan.

Faktor yang mempengaruhi kesehatan mental

Videbeck (2008) faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa diantaranya :

Faktor Individual

  1. Struktur biologis

Gangguan jiwa juga tergolong ilmu kedokteran, dalam beberapa penelitian yang dilakukan oleh para psikiater mengenahi neutransmiter, anatomi dan faktor genetik juga ada hubungannya dengan terjadinya gangguan jiwa.

  1. Ansietas dan ketakutan.

Kekhawatiran pada sesuatu hal yang tidak jelas dan perasaan yang tidak menentu akan sesuatu hal menyebabkan individu merasa terancam, ketakutan hingga terkadang mempersepsikan dirinya terancam.

Faktor Psikologik

Hubungan antara peristiwa hidup yang mengancam dan gangguan mental sangat kompleks tergantung dari situasi, individu dan bagaimana setiap orang mampu berkomunikasi secara efektif. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga selama periode stres.

Faktor Budaya dan Sosial

Gangguan jiwa yang terjadi di berbagai negara mempunyai perbedaan terutama mengenai pola perilakunya. Karakteristik suatu psikosis dalam suatu sosiobudaya tertentu berbeda dengan budaya lainnya.

Faktor Presipitasi

Menurut Stuart (2007) selain di atas, faktor Stressor Presipitasi mempengaruhi dalam kejiwaan seseorang. Sebagai faktor stimulus dimana setiap individu mempersepsikan dirinya melawan tantangan, ancaman, atau tuntutan untuk koping. Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi dimana individu tidak mampu menyesuaikan. Lingkungan dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) , kesehatan mental adalah keadaan sejahtera di mana setiap individu bisa mewujudkan potensi mereka sendiri. Artinya, mereka dapat mengatasi tekanan kehidupan yang normal, dapat berfungsi secara produktif dan bermanfaat, dan mampu memberikan kontribusi kepada komunitas mereka. Sering kali, istilah kesehatan mental secara keliru digunakan sebagai ungkapan pengganti untuk masalah kesehatan mental – yang terkait dengan depresi, gangguan kecemasan, skizofrenia, dan lain-lain - padahal sebenarnya kesehatan mental tidak sama dengan masalah kesehatan mental.

Kesehatan mental adalah hal yang bersifat pribadi dan individu. Hal ini menentukan bagaimana seseorang dapat berhubungan dengan orang lain, menangani stres dan membuat pilihan. Kesehatan mental adalah cara kita berpikir, merasakan dan bertindak. Masalah kesehatan mental adalah serangkaian kondisi yang berdampak pada kesehatan mental. Karenanya, ini adalah kondisi yang mengganggu suasana hati kita, perilaku, pemikiran atau cara seseorang berinteraksi dengan orang lain. Kondisi ini bisa ringan, sedang, dan berat; dan ditentukan berdasarkan seberapa jauh dampaknya terhadap fungsi harian seseorang. Contohnya adalah depresi, kecemasan, gangguan bipolar atau skizofrenia. Dengan dukungan dan perawatan yang tepat, orang dapat pulih dari dan menstabilkan kondisi kesehatan mental mereka sehingga bisa menjalani hidup yang sehat dan memuaskan.

Kesehatan mental yang sehat dan positif penting untuk dimiliki karena hal itu memungkinkan orang untuk bekerja secara produktif. Ini termasuk memberikan kontribusi yang berarti bagi komunitas kita, mewujudkan potensi kita sepenuhnya dan memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup. Pentingnya kesehatan mental digaungkan oleh WHO melalui definisi kesehatan mereka yang menyatakan: “Kesehatan adalah keadaan fisik, mental, dan sosial yang lengkap dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan.”

Beberapa penelitian menemukan bahwa kesehatan mental positif tidak tergantung pada kondisi mental atau penyakit. Orang yang memiliki penyakit mental masih mungkin memiliki tingkat kesehatan mental positif yang berbeda dan orang yang tidak sakit mental mungkin kekurangan kesehatan mental positif. Terdapat beberapa jenis masalah kesehatan mental dan berikut ini adalah tiga jenis kondisi yang paling umum terjadi.

STRES

Stres adalah keadaan ketika seseorang mengalami tekanan yang sangat berat, baik secara emosi maupun mental. Seseorang yang stres biasanya akan tampak gelisah, cemas, dan mudah tersinggung. Stres juga dapat mengganggu konsentrasi, mengurangi motivasi, dan pada kasus tertentu, memicu depresi. Stres bukan saja dapat memengaruhi psikologi penderitanya, tetapi juga dapat berdampak kepada cara bersikap dan kesehatan fisik mereka.

Berikut ini adalah contoh dampak stres terhadap perilaku seseorang:

  • Menjadi penyendiri dan enggan berinteraksi dengan orang lain.
  • Enggan makan atau makan secara berlebihan.
  • Marah-marah, dan terkadang kemaharan itu sulit dikendalikan.
  • Menjadi perokok atau merokok secara berlebihan.
  • Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
  • Penyalahgunaan obat-obatan narkotika.

Berikut ini adalah masalah kesehatan yang dapat timbul akibat stres:

  • Gangguan tidur
  • Lelah
  • Sakit kepala
  • Sakit perut
  • Nyeri dada
  • Nyeri atau tegang pada otot
  • Penurunan gairah seksual
  • Obesitas
  • Hipertensi
  • Diabetes
  • Gangguan jantung

Banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami stres, sebagian di antaranya adalah masalah keuangan, hubungan sosial, atau tuntutan di dalam pekerjaan. Untuk mengatasi stres, kunci utamanya adalah mengidentifikasi akar permasalahan dan mencari solusinya. Penanggulangan stres juga bisa dilakukan dengan mengaplikasikan nasihat-nasihat yang disarankan dalam manajemen stres yang baik, seperti:

  • Belajar menerima suatu masalah yang sulit diatasi atau hal-hal yang tidak dapat diubah.
  • Selalu berpikir positif dan memandang bahwa segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup ada hikmahnya.
  • Meminta saran dari orang terpercaya untuk mengatasi masalah yang sedang dialami.
  • Belajar mengendalikan diri dan selalu aktif dalam mencari solusi.
  • Melakukan aktivitas fisik, meditasi, atau teknik relaksasi guna meredakan ketegangan emosi dan menjernihkan pikiran.
  • Melakukan hal-hal baru yang menantang dan lain dari biasanya guna meningkatkan rasa percaya diri.
  • Menyisihkan waktu untuk melakukan hal-hal yang disukai.
  • Melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan sosial untuk membantu orang lain. Cara ini dapat membuat seseorang lebih tabah dalam menghadapi masalah, terutama jika bisa membantu seseorang yang memiliki masalah lebih berat dari yang dialaminya.
  • Menghindari cara-cara negatif untuk meredakan stres, misalnya merokok, mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, atau menggunakan narkoba.
  • Bekerja dengan mengedepankan kualitas bukan kuantitas, agar manajemen waktu lebih baik dan hidup juga lebih seimbang.

GANGGUAN KECEMASAN

Gangguan kecemasan adalah kondisi psikologis ketika seseorang mengalami rasa cemas berlebihan secara konstan dan sulit dikendalikan, sehingga berdampak buruk terhadap kehidupan sehari-harinya. Bagi sebagian orang normal, rasa cemas biasanya timbul pada suatu kejadian tertentu saja, misalnya saat akan menghadapi ujian di sekolah atau wawancara kerja. Namun pada penderita gangguan kecemasan, rasa cemas ini kerap timbul pada tiap situasi. Itu sebabnya orang yang mengalami kondisi ini akan sulit merasa rileks dari waktu ke waktu. Selain gelisah atau rasa takut yang berlebihan, gejala psikologis lain yang bisa muncul pada penderita gangguan kecemasan adalah berkurangnya rasa percaya diri, menjadi mudah marah, stres, sulit berkonsentrasi, dan menjadi penyendiri.

Sementara itu, gejala fisik yang mungkin menyertai masalah gangguan kecemasan antara lain:

  • Sulit tidur
  • Badan gemetar
  • Mengeluarkan keringat secara berlebihan
  • Otot menjadi tegang
  • Jantung berdebar
  • Sesak napas
  • Lelah
  • Sakit perut atau kepala
  • Pusing
  • Mulut terasa kering
  • Kesemutan

Meski penyebab gangguan kecemasan belum diketahui secara pasti, beberapa faktor diduga dapat memicu munculnya kondisi tersebut. Di antaranya adalah trauma akibat intimidasi, pelecehan, dan kekerasan di lingkungan luar ataupun keluarga. Faktor risiko lainnya adalah stres berkepanjangan, gen yang diwariskan dari orang tua, dan ketidakseimbangan hormon serotonin dan noradrenalin di dalam otak yang berfungsi mengendalikan suasana hati. Gangguan kecemasan juga dapat dipicu oleh penyalahgunaan minuman keras dan obat-obatan terlarang. Sebenarnya, gangguan kecemasan dapat diatasi tanpa bantuan dokter melalui beberapa cara, seperti mengonsumsi makanan bergizi tinggi, cukup tidur, mengurangi asupan kafein, minuman beralkohol, atau zat penenang lainnya, tidak merokok, berola raga secara rutin, dan melakukan metode relaksasi sederhana, seperti yoga atau meditasi. Jika pengobatan mandiri tidak memberikan perubahan, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter. Penanganan dari dokter biasanya meliputi pemberian obat-obatan antiansietas serta terapi kognitif.

DEPRESI

Depresi merupakan gangguan suasana hati yang menyebabkan penderitanya terus-menerus merasa sedih. Berbeda dengan kesedihan biasa yang umumnya berlangsung selama beberapa hari, perasaan sedih pada depresi bisa berlangsung hingga berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Selain memengaruhi perasaan atau emosi, depresi juga dapat menyebabkan masalah fisik, mengubah cara berpikir, serta mengubah cara berperilaku penderitanya. Tidak jarang penderita depresi sulit menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Bahkan pada kasus tertentu, mereka bisa menyakiti diri sendiri dan mencoba bunuh diri.

Berikut ini adalah beberapa gejala psikologi seseorang yang mengalami depresi:

  • Kehilangan ketertarikan atau motivasi untuk melakukan sesuatu.
  • Terus-menerus merasa sedih, bahkan terus-menerus menangis.
  • Merasa sangat bersalah dan khawatir berlebihan.
  • Tidak dapat menikmati hidup karena kehilangan rasa percaya diri.
  • Sulit membuat keputusan dan mudah tersinggung.
  • Tidak acuh terhadap orang lain.
  • Memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.

Berikut ini adalah dampak depresi terhadap kesehatan fisik yang mungkin dapat terjadi:

  • Gangguan tidur dan badan terasa lemah.
  • Berbicara atau bergerak menjadi lebih lambat.
  • Perubahan siklus menstruasi pada wanita.
  • Libido turun dan muncul sembelit.
  • Nafsu makan turun atau meningkat secara drastis.
  • Merasakan sakit atau nyeri tanpa sebab.

Ada beragam hal yang dapat memicu terjadinya depresi, mulai dari peristiwa dalam hidup yang menimbulkan stres, kehilangan orang yang dicintai, merasa kesepian, hingga memiliki kepribadian yang rapuh terhadap depresi. Selain itu, depresi yang dialami seseorang juga bisa disebabkan oleh penderitaan akibat penyakit parah dan berkepanjangan, seperti kanker dan gangguan jantung, cedera parah di kepala, efek dari konsumsi minuman beralkohol berlebihan dan obat-obatan terlarang, hingga akibat faktor genetik dalam keluarga. Dianjurkan untuk berkonsultasi ke dokter jika merasakan gejala-gejala depresi selama lebih dari dua minggu dan tidak kunjung mereda. Apalagi jika gejala depresi tersebut sampai mengganggu proses pendidikan, pekerjaan, dan hubungan sosial, Penanganan depresi oleh dokter akan disesuaikan dengan tingkat keparahan depresi yang diderita masing-masing pasien. Bentuk penanganan bisa berupa terapi konsultasi, pemberian obat-obatan antidepresi, atau kombinasi keduanya.

Kesehatan mental adalah individu yang terbebas dari gejala psikiatri atau penyakit mental, terwujudnya keharmonisan antar fungsi-fungsi jiwa serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan atas kemampuan dirinya, kemampuan yang dimiliki untuk menyesuaikan diri antar manusia dengan dirinya dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketakwaan, serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan akhirat (Bukhori, 2012) .

Menurut Notosoedirdjo & Latipun terdapat beberapa pengertian kesehatan mental, yaitu: (a) karena tidak sakit, (b) tidak jatuh sakit akibat stressor, (3) sesuai dengan kapasitasnya dan selaras dengan lingkungannya, dan (4) tumbuh dan berkembang secara positif.

1. Sehat Mental Karena Tidak Mengalami Gangguan Mental

Orang yang sehat mentalnya adalah orang yang tahan terhadap sakit jiwa atau terbebas dari sakit dan gangguan jiwa. Pengertian ini bersifat dikotomis, bahwa orang yang berada dalam keadaan sakit atau sehat sehat psikisnya. Sehat jika tidak terdapat sedikitpun gangguan psikis dan jika ada gangguan psikis makan diklasifikasikan sebagai orang sakit.

2. Sehat Mental Jika Tidak Sakit Akibat Adanya Stressor

Seseorang yang sehat mentalnya adalah orag yang dapat menahan diri untuk tidak jatuh sakit akibat stressor (sumber stres). Seseorang yang tidak sakit meskipun mengalami tekanan-tekanan maka dianggap orang yang sehat. Pengertian ini menekankan pada kemampuan individual merespon lingkungannya.

3. Sehat Mental Jika Sejalan Dengan Kapasitasnya dan Selaras dengan Lingkungannya.

Individu yang sehat mentalnya jika terbebas dari gejala psikiatris dan individu tersebut berfungsi secara optimal dalam lingkungan sosialnya. Seseorang yang dikatakan sehat mental jika sesuai dengan kapasitasnya diri sendiri, dapat hidup tepat yang selaras dengan lingkungan.

Prinsip Dalam Kesehatan Mental

Menurut Schbeiders (dalam Notosoedirdjo & Latipun, 2014) ada lima belas prinsip yang harus diperhatikan dalam memahami kesehatan mental. Prinsip ini berguna dalam upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan mental serta pencegahan terhadap gangguan-gangguan mental. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

1. Prinsip yang didasarkan atas sifat manusia, meliputi:

  • Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan atau bagian yang tidak terlepas dari kesehatan fisik dan integritas organisme.

  • Untuk memelihara kesehatan mental dan penyesuaian yang baik, perilaku manusai harus sesuai dengan sifat manusia sebagai pribadi yang bermoral, intelektual, religius, emosional dan sosial.

  • Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan integrasi dan pengendalian diri, yang meliputi pengendalian pemikiran, imajinasi, hasrat, emosi dan perilaku.

  • Dalam pencapaian khususnya dalam memelihara kesehatan dan penyesuaian kesehatan mental, memperluas tentang pengetahuan diri sendiri merupakan suatu keharusan

  • Kesehatan mental memerlukan konsep diri yang sehat, yang meliputi: peneeimaan diri dan usaha yang realistik terhadap status atau harga dirinya sendiri.

  • Pemahaman diri dan penerimaan diri harus ditingkatkan terus menerus memperjuangkan untuk peningkatan diri dan realisasi diri jika kesehatan dan penyesuaian mental hendak dicapai.

  • Stabilitas mental dan penyesuaian yang baik memerlukan pengembangan terus menerus dalam diri seseorang mengenai kebaikan moral yang tertinggi, yaitu: hukum, kebijaksanaan, ketabahan, keteguhan hati, penolakan diri, kerendahan hati, dan moral.

  • Mencapai dan memelihara kesehatan dan penyesuaian mental tergantung kepada penanaman dan perkembangan kebiasaan yang baik.

  • Stabilitas dan penyesuaian mental menuntut kemampuan adaptasi, kapasitas untuk mengubah meliputi mengubah situasi dan mengubah kepribadian.

  • Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan perjuangan yang terus menerus untuk kematangan dalam pemikiran, keputusan, emosionalitas dan perilaku.

  • Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan belajar mengatasi secara efektif dan secara sehat terhadap konflik mental dan kegagalan dan ketegangan yang ditimbulkannya.

2. Prinsip yang didasarkan atas hubungan manusia dengan lingkungannya, meliputi:

  • Kesehatan dan penyesuaian mental tergantung kepada hubungan interpersonal yang sehat, khususnya didalam kehidupan keluarga.

  • Penyesuaian yang baik dan kedamaian pikiran tergantung kepada kecukupan dalam kepuasa kerja.

  • Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan sikap yang realistik yaitu menerima realitas tanpa distorsi dan objektif.

3. Prinsip yang didasarkan atas hubungan manusia dengan Tuhan, meliputi:

  • Stabilitas mental memerlukan seseorang mengembangkan kesadaran atas realitas terbesar daripada dirinya yang menjadi tempat bergantung kepada setiap tindakan yang fundamental.

  • Kesehatan mental dan ketenangan hati memerlukan hubungan yang konstan antara manusia dengan Tuhannya (Notosoedirjo, 2014).