Kebijakan moneter merupakan kebijakan bank sentral atau otoritas moneter dalam bentuk pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan (Perry Warjiyo, 2004). Dalam praktek, perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan tersebut adalah stabilitas ekonomi makro yang tercermin oleh stabilitas harga, membaiknya pertumbuhan ekonomi ( output riil), serta cukup luasnya lapangan kerja yang tersedia. Kebijakan moneter ini dilakukan berbeda-beda dari suatu negara dengan negara lain, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan mekanisme transmisi yang berlaku pada perekonomian yang besangkutan.
Terdapat dua jenis kebijakan moneter yaitu kebijakan moneter yang bersifat ekspansif dan kebijakan moneter yang bersifat kontraktif. Kebijakan moneter ekspansif dilakukan untuk mendorong kegiatan ekonomi, antara lain dengan meningkatkan jumlah uang yang beredar. Sedangkan kebijakan moneter kontraktif dilakukan untuk memperlambat kegiatan ekonomi dengan mengurangi jumlah uang yang beredar.
Sesuai dengan UU No.3 Tahun 2004, Bank Indonesia mempunyai tujuan yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. kestabilan nilai rupiah yang dimaksud yaitu kestabilan pada harga barang dan jasa yang tercermin pada laju inflasi yang rendah dan stabil, serta kestabilan harga yang tercermin pada kestabilan nilai tukar Rupiah dengan mata uang negara-negara mitra dagang Indonesia.
Untuk mencapai tujuan kebijakan moneter, Bank Indonesia melaksanakan tiga tugas pokok, yaitu:
(i) menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter,
(ii) mengatur dan menjaga sistem perbankan, (iii) mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Sistem keuangan yang sehat akan mendukung efektivitas pelaksanaan pengendalian moneter Karenna mekanisme transmisi kebijakan moneter ke kegiatan ekonomi riil berlangsung melalui sistem perbankan. Secara teori dampak kebijakan moneter terhadap perekonomian dapat dilihat dari kurva keseimbangan pasar uang dan pasar barang (IS-LM) serta permintaan dan penawaran agregat (AD-AS) pada Gambar dibawah ini.
Pada gambar diatas menunjukan kurva IS-LM dimana
(a) bertambahnya penawaran ( supply ) uang dari M 0 ke M 1 yang disebabkan penurunan tingkat bunga dari r1 ke r0 yang berakibat pada penarikan dana oleh masyarakat dari perbankan. Kebijakan moneter ekspansif ini bertujuan untuk menambah jumlah uang beredar dimasyarakat untuk men-stimulus perekonomian.
Penurunan suku bunga dari r1 ke r0 menyebabkan jumlah uang beredar dimasyarakat meningkat dan meningkatkan daya beli masyarakat akan barang dan jasa sehingga menggeser tingkat pendapatan dari Y0 ke Y1
(b). Secara teori Y = f (S + C), penurunan pada tingkat suku bunga akan mengurangi komponen tingkat tabungan (S) dan meningkatkan pendapatan (Y) yang selanjutnya akan meningkatkan konsumsi ©. Dengan asumsi perekonomian dalam keadaan tenaga kerja penuh ( full employment ) maka peningkatan permintaan akan barang dan jasa karena peningkatan pendapatan (Y) akan membuat harga naik dari p0 ke p1
©. Hubungan antara jumlah uang beredar (M), tingkat bunga ® dan pendapatan (y) dapat kita lihat pada keseimbangan pasar uang yang dapat digambarkan melalui kurva LM, penambahan jumlah uang beredar dan atau penurunan suku bunga akan menggeser kurva LM ke kanan dari LM0 ke LM1.
Dengan asumsi kurva IS tetap maka pergeseran kurva LM0 ke LM1 akan menyebabkan keseimbangan pasar barang (IS) dan pasar uang (LM) akan bergeser dari E0 ke E1 (b). Pergeseran LM0 ke LM1 yang menyebabkan perubahan keseimbangan di pasar barang dan pasar uang dari E0 ke E1 yang pada gilirannya akan mengeser kurva permintaan agregat (AD) dari AD0 ke AD1 dan membentuk keseimbangan perekonomian yang baru pada titik A1 dan A2 ©. Dari gambar diatas terlihat bagaimana tingkat suku bunga ® dan jumlah uang beredar (M) mempengaruhi tingkat harga §.