Apakah yang Dimaksud dengan Aliran Feminisme dalam Karya Sastra?


Kita pasti sering mendengar karya sastra yang beraliran feminisme. Indonesia punya beberapa penulis yang sering menulis novel dengan pendekatan feminis, salah satu contohnya adalah Ayu Utami dengan novel berjudul “Saman” dan novel yang dia tulis lainnya.

Sebenarnya bagaimana makna feminisme dalam karya sastra?

Feminisme merupakan ideologi yang sudah berkembang di berbagai belahan dunia,
termasuk di Indonesia.Feminisme juga telah memasuki ruang-ruang kehidupan,
termasuk dalam karya sastra.Pada dasarnya feminisme merupakan suatu ideologi
yang memberdayakan perempuan. Perempuan juga bisa menjadi subjek dalam segala
bidang dengan menggunakan pengalamannya sebagai perempuan dan menggunakan
perspektif perempuan yang lepas dari mainstreamkultur patriarki yang selalu beranjak
dari sudut pandang laki-laki.

Sebagian masyarakat masih berasumsi feminisme adalah gerakan pemberontakan
kaum perempuan terhadap kaum laki-laki. Feminisme dianggap sebagai usaha
pemberontakan kaum perempuan untuk mengingkari apa yang disebut sebagai kodrat
atau fitrah perempuan, melawan pranata sosial yang ada, atau institusi rumah tangga,
seperti perkawinan dan lain sebagainya. Berdasarkan asumsi tersebut, gerakan feminisme tidak mudah diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu, pemahaman terhadap konsep feminisme tersebut perlu diluruskan.

feminis

Para feminis mengakui bahwa gerakan feminisme merupakan gerakan yang berakar
pada kesadaran kaum perempuan.Perempuan sering berada dalam keadaan ditindas
dan dieksploitasi sehingga penindasan dan eksploitasi terhadap kaum perempuan
harus diakhiri.Selain itu, gerakan feminisme bertujuan untuk memperjuangkan
kesetaraan dan kedudukan martabat perempuan dengan laki-laki, serta kebebasan
untuk mengontrol raga dan kehidupan mereka sendiri baik di dalam maupun di luar
rumah.

Teori feminisme memfokuskan diri pada pentingnya kesadaran mengenai persamaan
hak antara perempuan dan laki-laki dalam semua bidang.Teori ini berkembang
sebagai reaksi atas fakta yang terjadi di masyarakat, yaitu adanya konflik kelas, ras,
dan terutama adanya konflik gender.Feminisme mencoba untuk menghilangkan
pertentangan antara kelompok yang lemah yang dianggap lebih kuat. Lebih jauh lagi,
feminisme menolak ketidakadilan sebagai akibat masyarakat patriarki, menolak
sejarah dan filsafat sebagai disiplin yang berpusat pada laki-laki.
image
Dalam kenyataannya proses menjadi perempuan disebabkan oleh nilai-nilai kultural
dan bukan oleh hakikatnya. Oleh karena itu, gerakan dan teori feminisme berjuang
agar nilai-nilai kultural yang menempatkan perempuan sebagai Liyan, sebagai
kelompok yang lain, yang termarginalkan dapat digantikan dengan keseimbangan
yang dinamis antara perempuan dan laki-laki. Pembicaraan perempuan dari segi teori
feminis akan melibatkan masalah gender, yaitu bagaimana perempuan tersubordinasi
secara kultural. Analisis feminis pasti akan mempermasalahkan perempuan dalam
hubungannya untuk menuntut persamaan hak, dengan kata lain tuntutan emansipasi.

Tujuan pokok dari teori feminisme adalah memahami penindasan perempuan secara ras, gender, kelas dan pilihan seksual, serta bagaimana mengubahnya.Teori
feminisme mengungkap nilai-nilai penting individu perempuan beserta pengalaman pengalaman yang dialami bersama dan perjuangan yang mereka lakukan.Feminisme menganalisis bagaimana perbedaan seksual dibangun dalam dunia sosial dan intelektual, serta bagaimana feminisme membuat penjelasan mengenai pengalaman
dari berbagai perbedaan tersebut.

Feminisme menurut Bhasin dan Khan (1995) adalah sebuah kesadaran tentang ketidakadilan yang sistematis bagi perempuan dalam berbagai sektor kehidupan, serta tindakan sadar oleh perempuan maupun laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut.

Feminisme mengandung 3 konsep penting, yaitu:

  1. Feminisme adalah sebuah keyakinan bahwa tidak ada perbadaan seks, yaitu menentang adanya posisi hierarkis yang menyebabkan posisi superior dan inferior diantara jenis kelamin

  2. Feminisme adalah sebuah pengakuan bahwa dalam masyarakat telah terjadi konstruksi sosial budaya yang merugikan perempuan

  3. Feminisme menggugat perbedaan yang mencampuradukan seks dan gender sehingga perempuan dijadikan sebagai kelompok tersendiri dalam masyarakat.

Pada dasarnya tujuan dari feminisme adalah untuk menyamakan kedudukan perempuan dengan laki-laki. Feminisme memperjuangkan kemanusiaan kaum perempuan, memperjuangkan perempuan sebagai manusia merdeka seutuhnya ( women demanding theirfull rights as human beings ). Secara prinsip, ia berakar pada posisi perempuan dalam dunia (filsafat, politik, ekonomi, budaya, sosial) patriarki dan berorientasi pada perubahan pola hubungan kekuasaan (Arimbi H. dan R. Valentina, 2004)

Prinsip, Nilai dan Perspektif Feminisme

Prinsip feminisme itu ideologi bukan wacana. Sering digambarkan dengan mata, hati dan tindakan yaitu melihat, menyadari, mengalami adanya penindasan, diskriminasi yang terjadi pada perempuan, mempertanyakan, menggugat, dan mengambil aksi untuk mengubah kondisi tersebut. Feminisme dengan demikian berpihak pada perempuan, pada mereka yang ditindas, didiskriminasi, dieksploitasi, dan diabaikan.

Berangkat dari prinsip feminisme, dapat digali nilai- nilai dalam feminisme. Beberapa nilai-nilai dalam feminisme, yaitu pengetahuan dan pengalaman personal, artinya seorang feminis menghargai pengetahuan dan pengalaman personal, misalnya antara perempuan berkulit putih dan hitam tentu saja akan berbeda.

Kemudian rumusan tentang diri sendiri, yaitu perempuan berhak merumuskan tentang dirinya. Selanjutnya adalah kekuasaan personal, bahwa perempuan memiliki kekuasaan atas dirinya dan segala yang ia punya baik baik pikiran, perasaan dan tubuhnya. Berikutnya adalah otentitas, bahwa feminisme menghormati keaslian. Sedangkan Kreativitas berarti bahwa feminisme adalah proses mengusung nilai-nilai perjuangan baru yang luas dan terbuka.

Kemudian sintetis, feminisme melihat, menggabungkan pengertian, pengalaman, perasaan, pikiran, pengalaman ketubuhan perempuan sehingga menjadi kesatuan yang selaras. Selanjutnya adalah Personal is political, apabila kita memahami antara sosialitas dan subyektifitas politik situasi perempuan maka kita akan juga memahami kehidupan pribadi perempuan. Kemudian kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan substansi kemanusiaan yang setara. Selanjutnya hubungan sosial timbal balik antara laki-laki dan perempuan apakah telah setara.

Kemandirian ekonomi sebagai penyusunan konsep baru yang mengedepankan pembagian kerja secara adil dan setara antar pelaku ekonomi. Selanjutnya adalah kebebasan seksual, bahwa perempuan merupakan subyek sosial dan bukan obyek seksual. Selain itu ada pula kebebasan reproduksi, pandangan feminisme mengenai hal tersebut adalah gagasan penentuan atas tubuh sendiri dan gagasan bahwa kesadaran reproduksi merupakan hal tang terus berlangsung dan integratife. Kemudian Identifikasi diri pada perempuan, artinya perempuan mempunyai keyakinan individualitas, potensi dan persepsi mengenai dirinya sebagai anggota komunitas perempuan. Disusul perubahan sosial, upaya transformatif.

Aliran-aliran dalam Feminisme

Berikut ini sketsa tentang ide dasar aliran feminisme yang telah mempengaruhi perkembangan feminisme sebagai pemikiran akademis maupun gerakan sosial menurut Kadarusman (2005: 27), yaitu Feminisme Liberal, Feminisme Radikal, Feminisme Marxis, dan Feminisme Sosialis.

  1. Feminisme Liberal berarti, bahwa akar penindasan perempuan terletak pada tidak adanya hak yang sama, untuk memajukan dirinya dan peluang pembudayaan yang sama.

  2. Feminisme Radikal perintisnya adalah Charlotte Perkins Gilman, Emma Goldman dan Margarret Sanger. Mereka mengatakan bahwa perempuan harus melakukan kontrol radikal terhadap tubuh dan kehidupan mereka.

  3. Feminisme Marxis dapat dikatakan sebagai kritik terhadap feminisme liberal. . Penindasan terhadap perempuan akibat tindakan individual yang disengaja melainkan hasil dari struktur poltik, sosial, dan ekonomi yang dibangun dalam sistem kapitalisme.

  4. Feminisme Sosialis memahami penindasan terhadap perempuan melalui sudut pandang teori epistimologi yang mendalilkan bahwa semua pengetahuan mempresentasikan kepentingan dan nilai-nilai kelompok sosial tertentu.