Apakah yang dimaksud berorientasi terhadap kualitas?

Berorientasi terhadap kualitas

Quality orientation atau orientasi kualitas adalah suatu ketertarikan atau simpati seseorang untuk melihat rincian dan tingkatan mereka terhadap suatu standar yang telah ditetapkan oleh seseorang atau suatu instansi serta mengidentifikasi sumber kesalahan.

Orientasi kualitas adalah membangun yang menggambarkan komitmen filosofis organisasi untuk mengembangkan dan mempertahankan keunggulan kompetitif berdasarkan fokus kualitas. Pada orientasi kualitas ini seseorang harus kompeten mempromosikan efektivitas suatu organisasi serta mengantisipasi dan mengatasi permasalahan. Dimana juga harus konsisten dalam memantau kualitas produk dan layanan dan proses yang digunakan untuk menghasilkan suatu hal.

Karena kepuasan pelanggan adalah tujuan perusahaan atau organisasi yang berorientasi pada kualitas, maka sebuah perusahaan atau organisasi harus dapat meningkatkan kinerja karyawan tanpa perlu mengeluarkan biaya yang lebih banyak.

Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan atau organisasi tersebut harus memiliki seseorang atau sekelompok orang yang memiliki suatu kemampuan untuk meningkatkan kinerja organisasi, mempromosikan loyalitas pelanggan, serta menarik pelanggan baru.

Peningkatan kinerja dilakukan untuk mempertahankan kreativitas mereka ketika berhadapan dengan kondisi pasar yang terus berubah dan untuk mempertahankan keunggulan kompetitif mereka.

Untuk menjadi seseorang yang memiliki jiwa yang memiliki orientasi kualitas, seseorang harus memiliki kemampuan dalam medorong orang lain untuk meningkat kinerja, serta memiliki inisiatif yang tinggi untuk mendapatkan suatu kualitas yang diharapkan.

Dalam konsep orientasi kualitas, seseorang juga harus dapat menemukan masalah dan mencari solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Orientasi kualitas sangat dibutuhkan penting dalam suatu organisasi, karena kebutuhan untuk mempertahankan keunggulan kompetitif dengan munculnya globalisasi dan lingkungan yang kompetitif semakin sengit.

Contoh tokoh yang sangat kuat dalam orientasi kualitas ini adalah Edward Deming. Ia lahir tahun 1900 dan mendapat Ph. D pada 1972. Beliau sangat menyadari bahwa ia telah memberikan pelajaran tentang pengendalian mutu secara statistik kepada para insinyur bukan kepada para manajer yang mempunyai wewenang untuk memutuskan.

Ia turut memberikan warna tersendiri pada perkembangan manajemen kualitas. Kalau Joseph M. Juran mendefinisikan kualitas sebagai “ketepatan dan kesesuaian dalam pemakaian”, Philip Crosby sebagai “kepuasan pelanggan”, Deming mendefinisikannya sebagai “kesesuaian dengan permintaan pelanggan”.

Empat belas poin Edward Deming yang kesohor di seluruh dunia itu adalah:

  1. Membuat misi perusahaan dan komitmen terhadapnya.
  2. Pelajari dan terapkan filosofi baru. Pahami tujuan pemeriksaan. Hilangkan mass inspection dengan menggunakan statistik.
  3. Akhiri praktek bisnis yang dikendalikan oleh biaya. Perbaiki sistem produksi dan layanan servis secara konstan.
  4. Pelatihan karyawan dengan metode yang modern. Mengajar dan menanamkan kepemimpinan.
  5. Tanggungjawab para manajer dan supervisor harus diubah: dari pencapaian target berupa angka-angka belaka (kuantitas) ke kualitas.
  6. Mengusir ketakutan dan menciptakan kepercayaan. Mengoptimalkan tim dan usaha setiap individu.
  7. Menghilangkan barrier (penghalang) antar bagian dan staf di semua area.
  8. Bangun komunikasi yang baik dan efektif.
  9. Menghilangkan desakan sebagai kekuatan bekerja.
  10. Hapuskan penggunaan slogan, semboyan, poster dan desakan sebagai kekuatan bekerja, menuntut hasil sempurna (tanpa defect), dan peningkatan level produktivitas tanpa menyediakan metode. Hilangkan kuota angka-angka dan tujuan dalam manajemen.
  11. Gantikan dengan peningkatan mutu dan produktivitas berkesinambungan.
  12. Hapuskan barrier antara perkerja dan buat mereka untuk berbangga atas hasil pekerjaanya.
  13. Mendorong pendidikan dan pelatihan karyawan untuk mereka dapat mengetahui dan mengikuti tren kemajuan dan perkembangan.
  14. Komitmen manajemen puncak (top management) dalam memenuhi hal-hal tersebut.

Referensi:

  1. Research Journal of Business and Management
  2. hr.uncc.edu
  3. hafidharianto.wordpress.com
  4. www.asa.net/qualityorientation

Untuk menuju kepada produk yang ber- kualitas, beberapa langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

Memahami arti dari kualitas itu sendiri

Dari quote diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dapat menentukan bawah produk yang kita hasilkan berkualitas hanya pelanggan, bukan pengembang produk itu sendiri.

Oleh karena itu, didalam membuat sebuah produk, Kepuasan Pelanggan menjadi kunci utama dari sebuah perusahaan dalam mengembangkan sebuah produk. Perusahaan dituntut untuk fokus terhadap Kepuasan pelanggan itu sendiri.

Menciptakan Organisasi yang berorientasi terhadap kualitas

Organisasi atau perusahaan tidak sama dengan individu. Perusahaan adalah sekumpulan orang-orang yang saling bekerja-sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Sehingga, untuk menghasilkan produk-produk yang berkualitas, maka orang-orang didalam perusahaan harus mempunyai komitmen yang sama, yaitu Kepuasan pelanggan itu sendiri.

Didalam sebuah perusahaan, Total Quality Management (TQM) mempunyai peranan yang sangat penting untuk memastikan bahwa perusahaan menghasilkan produk yang berkualitas. Tanpa adanya manajemen yang baik, rasanya mustahil, perusahaan dapat menghasilkan produk yang baik.

Salah satu pendekatan Total Quality Management (TQM) yang sering digunakan adalah menggunakan model Six SIGMA.

sumber gambar : International Six Sigma Institute

Mencintai Data

Sesuai dengan langkah pertama, yaitu kepuasan pelanggan menjadi fokus utama perusahaan dalam membuat produk yang berkualitas, maka bagaimana caranya perusahaan mengetahui apakah pelanggan puas atau tidak juga menjadi hal yang paling penting.

Selain mengetahui kepuasaan pelanggan, perusahaan juga dituntut untuk mengetahui kebutuhan pelanggan itu sendiri. Dengan mengetahui kebutuhan pelanggan, maka kita mampu untuk membuat sebuah solusi, dimana dengan solusi yang tepat akan berdampak pada kepuasan pelanggan itu sendiri.

Baik kebutuhan pelanggan maupun kepuasaan pelanggan hanya bisa didapatkan dari data.

Data adalah sumber informasi, data yang baik akan menghasilkan informasi yang baik. Data yang buruk akan menghasilkan informasi yang buruk

Proses bagaimana mengumpulkan data, bagaimana menganalisa data dan bagaimana mengambil sebuah kesimpulan/informasi dari hasi analisa merupakan proses yang wajib dilakukan didalam sebuah perusahaan.

Sumber gambar : Ollie Campbell

Oleh karena itu, hanya dengan mencintai data, maka perusahaan akan mendapatkan informasi, baik informasi pelanggan, proses maupun informasi produk itu sendiri. Sehingga kemungkinan untuk dapat menghasilkan sebuah produk yang berkualitas akan lebih besar.

Kualitas merupakan salah satu indikator penting bagi perusahaan untuk dapat eksis di tengah ketatnya persaingan dalam industri. kualitas didefinisikan sebagai totalitas dari karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau ditetapkan.

Menurut Feigenbaum (1986), kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfaction). Suatu produk dikatakan berkualitas apabila dapat memberi kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas suatu produk.

Sebuah studi yang dilakukan oleh London House, menemukan bahwa produsen menempatkan penekanan lebih besar pada orientasi kualitas dan dukungan dari pengecer.

Menurut Morgan et al., (1995), orientasi kualitas menjadi filosofi bisnis yang dikembangkan oleh perusahaan untuk mencapai keunggulan kompetitif dengan menciptakan kepuasan pelanggan melalui kualitas dan nilai yang superior.

Menurut Favalgi et al. (2005) dalam Alrubaiee et al. (2013), orientasi kualitas dianggap sebagai bagian dari sikap dan perilaku yang mempengaruhi kualitas interaksi antara staf dari setiap organisasi dengan pelanggan, dan komitmen untuk melanjutkan perbaikan kualitas yang diberikan kepada pelanggan, sehingga dapat tercapai kepuasan pelanggan dan sebagai praktek manajemen mutu untuk mencapai kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan yang lebih baik.

Menurut Kotler dan Armstrong (2001) kepuasan pelanggan dan profitabilitas perusahaan berhubungan erat dengan kualitas produk dan jasa. Tingkat kualitas yang lebih tinggi akan menghasilkan kepuasan pelanggan yang lebih tinggi, sementara pada saat yang sama mendukung harga yang tinggi dan biaya yang rendah. Peningkatan kualitas produk dan jasa merupakan prioritas utama.