Apakah status tersangka Ahok berdampak negatif terhadap elektabilitas secara signifikan?

Jakarta, CNN Indonesia – Status hukum calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai tersangka dugaan penistaan agama, bisa menguras tingkat elektabilitas Ahok.

Kemungkinan tersebut disampaikan pengamat politik dari Universitas Indonesia Cecep Hidayat kepada CNNIndonesia.com, Rabu (16/11).

Jelas sekali itu amat merugikan Ahok akibat blunder ucapannya yang ia lontarkan di Pulau Seribu,” terang Cecep Hidayat.

Mabes Polri akhirnya menetapkan Ahok sebagai tersangka dugaan penistaan agama. Itu sebagai buntut pernyataannya menyitir surat Al Maidah ayat 51 pada kunjungan di Pulau Seribu beberapa watu silam.

Menurutnya, kasus Al Maidah 51 itu jadi sasaran empuk yang dimanfaatkan lawan-lawan politik, minimal menggerus elektabilitas Ahok-Djarot.

Popularitasnya dalam survei-survei pun bisa turun karena elektabilitasnya terus tergerus,” jelas dosen tetap Fakultas Ilmu Politik UI tersebut.

Kemungkinan terjadinya swing voters yang beralih ke calon selain Ahok pun cukup terbuka.

Seperti diketahui, Ahok-Djarot sejauh ini masih berada pada peringkat pertama dalam sejumlah lembaga survei. Namun, angka elektabilitasnya terus menurun.

“Apalagi, pilkada masih tiga bulan lagi, masih cukup lama dan banyak hal bisa terjadi. Banyak kerikil yang harus dihadapi Ahok, juga pasangan lainnya. Tapi kasus ini (penistaan agama) tentu merugikannya dalam hal elektabilitas,” ucap Cecep.

Namun, menurut Cecep, pilihan swing voters tak bisa ditentukan dalam satu aspek saja. Untuk kasus status tersangka Ahok, ia menilai kecenderungannya tergantung dari pertimbangan rasional swing voters.

Menurut pengamatan Cecep, pemilih bisa ragu dengan status tersangka Ahok karena dikhawatirkan akan terus mengganggunya jika mereka memilih Ahok.

“Yang jelas, ini jadi pelajaran penting bagi para pejabat atau politikus dalam memilih kata dan merajut kalimat, jangan sampai blunder,” jelas Cecep. (rel/asa)

Jakarta, CNN Indonesia – Status tersangka yang disandang Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok diprediksi akan menyulitkan calon nomor urut dua itu untuk meraih suara pemilih mengambang (swing voters) dalam pentas demokrasi Pilkada DKI Jakarta 2017.

Hal tersebut diungkapkan oleh pengamat politik Universitas Gajah Mada Arie Sujito saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (18/11).

“Kasus ini tentu berpengaruh kuat pada mereka (swing voters), saat ini dia (Ahok) masih memimpin tapi dari beberapa survei, sudah terjadi penurunan,” kata Arie.

Untuk itu, menurut Arie, suara pemilih mengambang akan semakin sulit didapat jika dalam proses hukum Ahok dinyatakan bersalah.

Jumlah pemilih Jakarta, kata Arie, saat ini masih di dominasi oleh pemilih mengambang yang belum menentukan suaranya. Para pemilih ini baru akan menentukan pilihan jelang pencoblosan.

Kelompok pemilih ini, menurut Lingkaran Survei Indonesia Denny JA, mencapai 34,5 persen pada November 2016. Saiful Muzani Research and Consulting (SMRC) pun memperkirakan pemilih mengambang Jakarta lebih dari 30 persen.

Secara umum, menurut Arie, masyarakat Jakarta adalah masyarakat yang berpikir kritis, sehingga isu-isu SARA dan kasus yang saat ini menjerat salah satu pasangan calon bisa menjadi daftar panjang pertimbangan para pemilih.

“Mereka (para pemilih) akan berpikir dua kali ketika memilih satu pasangan, dilihat lagi baik buruknya, akibatnya, jadi ya masalah apapun, bukan hanya kasus yang yang menjerat Pak Ahok yah, tentu bisa mempengaruhi semua pasangan calon,” katanya.

Menurut Arie, prediksinya bisa berubah tergantung peristiwa politik mendatang. “Ini (elektabilitas) bisa berpengaruh, tapi tergantung pada perkembangan politiknya nanti, jadi seiring perkembangan kasus (dugaan penistaan agama) semuanya bisa berubah,” kata Arie.

Selain itu, dia juga mengatakan sejauh ini ketiga pasangan calon mempunyai kemungkinan yang sama untuk menang. Karena, kata Arie, ketiga pasangan calon memiliki probabilitas dan masyarakat pemilihnya masing-masing.

“Agus-Sylvi punya pemilih sendiri, Anies-Sandi, dan Ahok-Djarot juga sama, semuanya sudah punya suara masing masing, sebenarnya yang mereka perebutkan adalah bagaimana menarik hati para pemilih yang masih mengambang,” kata dia

###PDIP Dekati Ulama

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), pendukung Ahok, telah mengadakan rapat koordinasi yang dipimpin langsung oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri sejak Kamis (17/11) pagi.

Dalam rapat itu seluruh jajaran partai diinstruksikan untuk mendekati tokoh agama dan tokoh masyarakat guna mensukseskan pilkada serentak.

“Seluruh DPD partai diinstruksikan agar membangun dialog yang intens dengan para tokoh agama dan dengan para tokoh masyarakat. Dialog tersebut untuk memberikan penjelasan bahwa Pilkada merupakan hal yang biasa. Kita juga menegaskan bahwa indonesia tidak hanya DKI,” kata Sekretaris Jenderal PDI P Hasto Kristiyanto usai jumpa media, kemarin.

Hasto menjelaskan Indonesia menyangkut seluruh wilayah yang utuh dan solid dari Sabang sampai Merauke. Sehingga semua daerah diperlakukan sama. (rel/asa)