Apakah Pria yang Tidak Disunat Lebih Berisiko Tertular HIV?

image
Dilansir HelloSehat.com Sunat biasanya memang tidak diwajibkan secara medis, namun dapat dilakukan untuk berbagai alasan dari tradisi budaya, keyakinan agama, hingga untuk menjaga kebersihan diri. Menariknya, beberapa negara seperti di Afrika juga menggalakkan sunat dewasa sebagai program pencegahan HIV. Apakah Pria yang Tidak Disunat Lebih Berisiko Tertular HIV?

Sunat adalah prosedur operasi pengangkatan kulit kulup penis, alis preputium. Ada tiga bukti medis yang mengatakan bahwa sunat dapat mengurangi risiko pria terkena HIV hingga 60 persen.

Hal yang sama juga dikumandangkan oleh Lembaga Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat, CDC. CDC menemukan bahwa secara medis, selain untuk mencegah penularan HIV, manfaat sunat juga sekaligus membantu mengurangi risiko penyakit kelamin lainnya yang dapat ditularkan lewat hubungan seks tanpa kondom.

Prosedur sunat juga dilaporkan dapat mengurangi risiko pria tertular herpes genital dan infeksi HPV, yang diyakini menjadi faktor risiko kanker penis. Bahkan, sunat semasa kecil diketahui dapat memberikan perlindungan dari kanker penis, yang hanya terjadi di kulit kulup.

Meski demikian, sunat belum terbukti bisa mengurangi risiko infeksi HIV yang didapat melaluiseks oral atau anal, maupun mengurangi risiko penularan HIV pada pasangan wanitanya.

Memiliki kulup adalah faktor risiko nomor satu untuk infeksi HIV pada pria heteroseksual. Pria yang tidak disunat berisiko terinfeksi HIV sampai 2-8 kali lipat lebih tinggi daripada laki-laki yang sudah disunat.

Virus HIV itu sendiri dapat menyebar lewat penetrasi seks tanpa kondom. Ketika penetrasi terjadi tanpa kondom (penis masuk vagina atau penis masuk anus), maka akan ada gesekan langsung antara kulit penis dan dinding vagina (atau anus). Gesekan ini rentan menyebabkan luka lecet.

Luka ini dapat menjadi jalur masuk bagi virus dan bakteri penyebab penyakit, yang berasal dari air mani atau cairan vagina partner seks Anda yang terinfeksi oleh penyakit itu.

Tak hanya itu. Ketika seorang pria tidak disunat, uap air dapat terjebak antara penis dan kulit kulupnya, sehingga menciptakan lingkungan yang ideal bagi patogen penyebab penyakit untuk berkembang biak. Terlebih, ada beberapa masalah lain yang terkait dengan kulit kulup penis yang tidak disunat, seperti sulit ditarik kembali atau bahkan macet/keset, juga dapat menimbulkan luka sekaligus menjebak virus dan bakteri di sekitarnya.

Pria yang tidak disunat juga lebih mungkin untuk menularkan setiap infeksi yang mereka miliki, termasuk infeksi ragi,infeksi saluran kencing (ISK), dan penyakit kelamin (terutamaHPV dan HIV), misalnyaherpes genital, bisul genital, chancroid, dansifilis pada pasangan seksnya.

Penis yang tidak disunat bahkan juga bisa membuat pasangan wanita Anda memiliki risiko penyakit kelamin hingga lima kali lebih tinggi, termasuk herpes genital, trichomonas vaginalis,bacterial vaginosis, HPV menular seksual (yang menyebabkan kanker serviks), dan mungkinklamidia, daripada wanita yang berhubungan seks dengan pria yang sudah disunat.

Disunat atau tidak adalah pilihan pribadi masing-masing pria. Kedua tipe penis ini bisa berfungsi sama baiknya pada pria yang disunat maupun yang tidak disunat. Bahkan, masalah seputar penis sepertiimpotensi,ejakulasi dini, hingga penularan penyakit kelamin pun sama-sama dapat terjadi baik pada pria yang disunat maupun tidak — tergantung dari faktor risiko yang Anda miliki.

Oleh karena itu, penting untuk dipahami bahwa sunat bukanlah metode perlindungan jaminan yang membebaskan Anda dari HIV dan dan penyakit menular seksual lainnya, apalagi sebagai pengganti kondom.Memakai kondom masih merupakan cara terbaik dan paling efektif untuk melindungi diri dari HIV dan penyakit kelamin jika Anda aktif berhubungan seksual.

Sumber : www.msn.com

https://www.msn.com/id-id/news/other/apakah-pria-yang-tidak-disunat-lebih-berisiko-tertular-hiv/ar-AAubqaN