Apakah perbedaan ujian dengan siksa atau azab ?

azab dan ujian

Musibah atau bencana yang menimpa orang yang beriman yang tidak lalai dari keimanannya, sifatnya adalah ujian dan cobaan. Allah ingin melihat bukti keimanan dan kesabaran kita. Jika kita bisa menyikapi dengan benar, dan mengembalikan semuanya kepada Allah, maka Allah akan memberikan pertolongan dan rahmat sesudah musibah atau bencana tersebut.

Apakah perbedaan ujian dengan siksa atau azab ?

PARA ulama menjelaskan bahwa setiap orang yang beriman ‘pasti’ akan diuji oleh Allah, suatu saat ‘mungkin’ akan mendapatkan musibah, dan jika melakukan kemaksiatan akan mendapatkan azab dari Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ. Ujian yang diberikan oleh Allah tersebut sangat beragam, baik berupa kebaikan, keburukan, kebahagiaan, kesulitan, kesempitan, kelapangan, dan lain-lain. Mereka, orang-orang yang beriman, pada suatu saat akan diuji dengan beragam musibah, Dan setiap orang yang beriman, jika melakukan kemaksiatan akan mendapatkan azab Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ. Allah, setiap saat, akan menguji para hamba-Nya, termasuk di dalamnya, setiap orang yang beriman, sesuai dengan tingkatan keimanan dan kemampuannya.

Di dalam kitab suci al-Quran, kita jumpai 3 (tiga) macam kata yang terangkai dalam kalimat-kalimat yang beragam. Pertama, Ibtilâ’; kedua: Mushîbah, dan ketiga: Adzâb.

Ibtilâ’

Ibtilâ’ adalah ujian, yang secara bahasa berarti: “ikhtibâr (penyelidikan) dan imtihân (percobaan),” baik berupa kesulitan maupun kesenangan, kebaikan maupun keburukan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan ujian kepada manusia dengan tujuan mengetahui siapa hamba-Nya yang bersyukur atas nikmat dan bersabar atas kesulitan yang menimpanya.

Allah berfirman,

“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan,” (QS Al-Anbiyâ/21: 35).

“Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran.” (QS Al A’râf/7: 168).

“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya,” (QS Al-Kahfi/18: 7).

Ibnu Katsir mengatakan bahwa, makna “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya),” artinya terkadang Allah menguji dengan sesuatu yang tidak menyenangkan dan terkadang dengan berbagai kenikmatan. Hal ini agar Allah mengetahui orang-orang yang bersyukur dari orang-orang yang kufur, orang- orang yang bersabar dari orang-orang yang berputus asa.

Seseorang terkadang sanggup bertahan di dalam keimanan saat mendapatkan kesulitan, akan tetapi hilang imannya tatkala mendapatkan kesenangan. Ujian apapun yang Allah berikan pada kita, bersyukur dan bersabarlah.

Mushîbah

Apabila ujian dan cobaan itu bisa berbentuk kesenangan atau kesulitan, sedangkan mushîbah, yang dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan ‘bencana’, biasanya berbentuk sesuatu yang tidak disukai. Mushîbah, secara bahasa, identik dengan ‘teguran atau peringatan’ yang sudah menjadi ketentuan Allah, yang terjadi karena kesalahan yang kita perbuat.

Alah berfirman,

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri,” (QS An-Nisâ’/4: 79).

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu),” (QS Asy-Syûrâ/42: 30).

Mengenai hal ini, Ibnu Katsir menjelaskan:

”Demi yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidaklah seorang mukmin ditimpa kegalauan, kesedihan, kepayahan bahkan duri yang menancap padanya kecuali dengannya Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya,” (Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’ân al-Azhîm, juz II, hal. 363).

Orang-orang yang bersabar ketika mendapat musibah dan menjadikannya sebagai upaya perbaikan diri untuk lebih mendekat pada-Nya maka akan mendapat ampunan di sisi-Nya.

Allah berfirman,

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang- orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji’ûn (sesungguhnya kami [hanyalah] milik Allah, dan sesungguhnya hanya kepada-Nya lah kami akan dikembalikan”. Mereka itulah (orang-orang) yang mendapatkan pengampunan dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk,” (QS Al- Baqarah/2: 155-157).

‘Adzâb

‘Adzâb (azab) adalah ‘balasan’, yang berkonotasi ‘buruk’ dari Allah, yang diberikan kepada orang-orang yang tidak berada di jalan Allah Subhânahu wa Ta’âlâ, baik di dunia maupun akhirat.

Allah berfirman,

“Dan Sesungguhnya kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar),” (QS As-Sajdah/32: 21).

Wahai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku (dengan kamu) menyebabkan kalian menjadi jahat sehingga kalian ditimpa musibah (azab) seperti yang menimpa kaum Nuh, kaum Hud, atau kaum Shalih. Sedang kaum Luth tidak (pula) jauh (tempatnya) dari kalian,” (QS Hûd/11: 89).

“Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia- sialah apa yang Telah mereka kerjakan.” (QS Hûd/11: 16).

Wallâhu A’lamu bish-Shawâb.