Apakah penyebab hewan bunuh diri?

image

Sejumlah binatang menunjukkan serangkaian perilaku bunuh diri walaupun belum tentu tindakan tersebut dilakukan secara sadar atau tidak, jelas – jelas masih di luar pemahaman kita.

Banyak mamalia dan burung akan bertarung mati-matian untuk melindungi anak-anaknya walaupun menghadapi lawan yang mustahil dikalahkan. Sebagian induk laba-laba benar-benar mengorbankan dan menjadikan diri mereka sebagai makanan untuk anak-anaknya. Gurita pada umumnya akan memberi makan anaknya walaupun mereka sendiri merasa lapar dan terkadang berujung mati kelaparan.

Banyak serangga yang hidup berkoloni seperti lebah, semut, dan rayap, akan berjuang sampai mati untuk melindungi sarangnya. Sebagian spesies bahkan menghasilkan para tentara yang berfungsi sebagai pengebom bunuh diri, saat terancam bahaya. Koloni hewan tersebut benar-benar meledakkan dirinya untuk menghambat gerak maju penyerang, yang kemudian menutupi penyerang tadi dengan sisa-sisa tubuh mereka yang lengket.

Hewan lainnya dapat dipengaruhi agar bunuh diri oleh sejenis hewan parasit. Salah satunya bernama cacing gordian yang dapat menginfeksi belalang, jangkrik, kumbang, kecoak, dan hewan crustacea salah satu kelompok yang termasuk hewan beruas-ruas, di antaranya: beragam jenis udang dan kepiting. Begitu menginfeksi, entah bagaimana, parasit tersebut langsung bisa memengaruhi otak serangga tadi agar mencari air dan menenggelamkan diri mereka sehingga malah bisa mengembalikan cacing tersebut ke air.

Parasit lain yang mematikan adalah sejenis protozoa bernama Toxoplasma gondii, yang biasanya ditemukan dalam kucing. Terkadang protozoa ini menginfeksi mamalia kecil seperti tikus. Dan ketika ini terjadi, ia memengaruhi perilaku tikus dengan cara yang mengherankan. Entah bagaimana, parasit tersebut mematikan rasa takut tikus kepada kucing sehingga tikus malah tertarik untuk mendekati kucing. Efek menakjubkan ini sangat spesifik karena protozoa tersebut tak mengubah ketakutan alami tikus lainnya, seperti takut ruang terbuka dan makanan asing. Tetapi, mengapa strategi tadi bermanfaat bagi parasit? Jawabannya: jika tikus tersebut dimakan kucing, parasit malah bisa berkembang biak di dalam tubuh kucing, yang tak bisa dilakukannya dalam tubuh si tikus.

Tetapi parasit lain, lancet liver fluke, sepertinya memaksa semut bunuh diri. Parasit ini hidup dan bereproduksi di dalam tubuh hewan ternak dan jenis mamalia besar. Telurnya dikeluarkan bersama kotoran hewan-hewan tersebut. Lalu, siput tanah akan memakan kotoran tersebut dan menelan sebagian telur-telur tadi. Selanjutnya, telur tersebut menetas menjadi larva parasit yang menggali dinding usus siput dan masuk ke dalam organ pencernaannya. Tapi, sang siput bisa mempertahankan diri dengan membentuk kista di sekitar larva dan kemudian mengeluarkannya.Tahap berikut perjalanan parasit ini: saat semut mengikuti jejak cairan siput akan memakan kista sehingga terinfeksi parasit. Begitu berada di dalam tubuh semut, parasit mulai memengaruhi tindakan semut. Setiap malam, semut-semut yang terinfeksi akan memisahkan diri dan koloninya, memanjat ke ujung helai daun rumput, dan berdiam di sana hingga fajar. Pagi berikutnya, jika berhasil melewati malam dengan selamat, semut-semut itu akan kembali kepada koloninya sebagai semut normal. Tetapi, pada malam harinya, mereka akan kembali memanjat ujung rumput lagi dan berdiam di sana. Akhirnya, semut ini akan dimakan mamalia besar yang merumput seperti sapi, sehingga memungkinkan siklus hidup parasit dimulai lagi dan awal.