Apakah orang yang banyak dosa masih memiliki jalan untuk bertaubat ?

Apakah orang yang banyak bergelimang dosa baik itu dosa kepada manusia atau dosa kepada Tuhan memiliki jalan untuk bertaubat?

Dosa dan maksiat laksana racun mematikan yang akan menyebabkan kebinasaan manusia sementara taubat dan keputusan bulat untuk meninggalkan dosa akan mengantarkan manusia kepada keselamatan. Hal ini merupakan sebuah kemenangan tersendiri bagi yang melakukannya. Kemenangan yang membuka gerbang-gerbang rahmat Ilahi bagi manusia. Seseorang yang telah sampai pada tingkatan ini (taubat) sesungguhnya telah mencapai kemenangan besar. Karena itu, ia harus berusaha lebih maksimal untuk meningkatkan motivasi perlawanannya melawan dosa dan senantiasa menjaga kondisi perlawanan seperti ini dalam dirinya.

Poin yang sangat penting pada tingkatan dan jalan ini adalah memohon pertolongan kepada kemurahan dan perhatian Tuhan yang ditujukan kepada orang-orang yang bertaubat. Karena taubat sejati akan mengeliminir segala kemurkaan atas dosa-dosa dan hukuman-hukuman ukhrawi serta pengaruh-pengaruh negatif dosa-dosa di hadapan Allah Swt, sebagaimana Allah Swt berfirman,

“Katakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Zumar [39]:53)

Seluruh usahanya adalah menciptakan was-was seperti dalam kasus Anda sehingga manusia putus harapan dan menyebabkan hamba-hamba shaleh jauh dari Allah Swt yang mahakasih dan mahapenyayang. Sedemikian ia membuat manusia karam dalam perbuatan dosa dan maksiat sehingga manusia putus asa dan hampa harapan dari rahmat dan hidayah Tuhan. Padahal kecintaan Tuhan melimpah kepada seluruh hamba-Nya bahkan termasuk kepada para pendosa dan orang-orang zalim. Tuhan menghendaki kebahagiaan dan hidayah bagi mereka. Tentu Tuhan membenci seluruh amalan dan perbuatan buruk mereka, tetapi tidak seorang pendosa pun yang memiliki hak untuk berputus asa dan hampa harapan dari rahmat mahaluas Tuhan bagaimana pun kondisinya meski dosanya sebanyak buih di lautan.

Berdasarkan hal tersebut, ketika Anda masih memiliki rasa malu tatkala dalam kesendirian melakukan perbuatan dosa di hadapan Tuhan hal ini merupakan pertanda kesucian pada diri Anda dan perlambang bahwa Tuhan Yang Mahakasih memiliki perhatian kepada Anda. Kemurahan dan perhatian Tuhan ini merupakan kekayaan dan modal besar bagi Anda. Karena itu, sebelum kesempatan lenyap dari tangan Anda maka sucikanlah diri dari pengaruh dosa yang Anda lakukan dengan taubat sejati untuk selamanya. Dan ketahuilah bahwa Tuhan akan menolong dan membantu Anda. Dia akan senantiasa berada di samping Anda dan tidak akan pernah meninggalkan Anda seorang diri.

Dalam Islam manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, bersih dari setiap dosa, tanpa pernah membawa satu pun dosa dan kesalahan. Dalam ajaran islam tidak dikenal sebagaimana pada agama nasrani bahwa setiap manusia dilahirkan sambil membawa kesalahan Adam, ketika dia memakan buah yang dilarang oleh Allah SWT.

Ada orang yang lebih memilih untuk terus tenggelam dalam perbuatan dosa dan maksiat hanya karena ia merasa telah terlanjur melakukan banyak dosa dan maksiat. Ketika dikatakan kepadanya, “Bertaubatlah kamu”, maka jawabannya pun ringan dengan nada pesimisme, “Buat apa saya bertaubat, apakah Tuhan masih mau mengampuni saya?”

Jawaban seperti ini sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, seolah- olah orang yang mengucapkannya benar-benar telah merasa putus asa (hopeless) dari rahmat Allah. Ia merasa seolah-olah dosanya yang brtumpuk itu tidak terampuni lagi. Ini adalah salah besar jika ada orang yang berfikir seperti itu. Janganlah ia menganalogikan Allah dengan manusia. Ketika seseorang banyak disakiti mungkin saja pintu hatinya akan tertutup untuk memberikan maaf kepada orang yang menyakitinya. Tetapi Allah tidaklah demikian. Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Allah berfirman dalam surat Al-Zumar ayat 53:

Katakanlah: ”Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas atas diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha penyayang.

Dalam surah Al-baqarah ayat 222, Allah SWT juga berfirman:

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang- orang yang mensucikan diri.

Begitulah, dengan tegas Allah menyatakan bahwa Dia akan senantiasa memberikan ampunan-Nya kepada siapa saja yang dengan tulus mau brtaubat dan kembali kepada-Nya, tak peduli seberapa besar dosanya.

Bahkan dengan lantang Allah memberikan kabar gembira secara langsung kepada para hamba-Nya yang terlanjur berbuat dosa untuk tidak putus asa dar mengharap ampunan-Nya, karena Dia lagi Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Namun Dia pun menegaskan bahwa azab-Nya amatlah pedih terhadap orang-oarang yang tidak juga mau bertaubat kepada-Nya.

Allah menyampaikan maklumat-Nya itu melalui firman-Nya dalam surat al-Hijr ayat 49-50

Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Akulah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhyaazab-Ku adalah azab yang sangat pedih.

Itulah kemurahan Allah. Dia tidak pernah merasa sakit hati terhadap orang- orang yang telah menyakiti-Nya dengan mendurhakai perintah-perintah-Nya dan mengerjakan larangan-larangan-Nya. Bagi Allah, kita taat ataupun durhaka tidak akan menambah atau mengurangi kekuasaan-Nya sedikit pun. Ketaatan dan keburukan apapun yang dilakukan seseorang, manfaat dan kerugiannya akan kembali kepada dirinya sendiri. Allah sama sekali tidak ingin disembah agar kekuasaan-Nya bertambah ataupun menghukum orang yang telah durhaka kepada-Nya agar kekuasaan-Nya tidak berkurang. Semua demi kebaikan manusia itu sendiri. Itulah mengapa Allah senantiasa membuka pintu maaf-Nya bagi siapa saja yang secara tulus ikhlas mau bertaubat dan kembali kepada-Nya. Dia akan menerima taubat orang itu, meskipun dosanya telah banyak.

Di antara hal yang dapat menghalangi pertobatan adalah sikap ketergantungan diri kepada pengampunan Allah dan keluasan rahmat-Nya. Sebagaimana Allah SWT, menceritakan tentang kaum Yahudi, dengan firman-Nya.

Maka setelah mereka datanglah generasi (yang jahat) yang mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata, kami akan diberi ampun.(QS Al-A’raf, 7: 169)

Benarlah bahwa rahmat Allah Maha luas atas segala sesuatu, sebagaimana ilmu-Nya meliputi segala hal, dan itulah yang diucapkan para malaikat dalam doa mereka.

Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu yang ada pada-Mu meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan (agama) Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka menyala-nyala. (QS Al-mu’min, 40:7)

Allah SWT, berfirman ketika berbicara kepada nabi Musa a.s,

“Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. (QS Al-A’raf (7): 156)

Karenanya Allah menjadikan siksaan itu khusus, sedangkan rahmat itu umum. Akan tetapi, Allah meneruskannya, dan berfirman atas rahmat ini.

Maka akan aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zaakat dan orang-orang yang beriman kpada ayat-ayat Kami. (yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (QS Al-A’raf (7): 156-157)

Dalam ayat lain Allah berfirman,

Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik (QS Al-A’raf (7): 56)

Sesungguhnya berharap kepada rahmat Allah akan menuntut amalan yang dapat mendekatkan seseorang pada rahmat Allah, seperti keimanan, hijrah, dan jihad. Sebagaimana hal ini dapat kita baca dalam firman Allah,

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang (QS Al-Baqarah (2): 218)

Mengenai harapan, ada dua istilah yaitu raja’ dan tamanni. Adapun perbedaan antara raja’ dan tamanni adalah bahwa raja’ itu diikuti dengan usaha dan amal, sedangkan tamanni itu tidak diikuti dengan keduanya. Ali ibnThalib r.a. berkata kepada anaknya,

”berhati-hatilah, jangan pernah kamu menggantungkan diri terhadap tamanni, Karena ia merupakan buah dari kebodohan

Di antara hal yang menghalangi pertobatan adalah bahwa ia hidup dalam keadaan jauh dari pangkuan Allah. Ia senantiasa bergelimang dalam dosa-dosa, baik kecil ataupun dosa besar, melakukan hal yang dilarang, meninggalkan perintah Allah, menyia-yiakan hak, baik hak Allah maupun hak orang lain.

Sungguh di antara orang-orang yang menyia-yiakan shalat dan menuruti hawa nafsu, ada yang dirinya tidak mengenal air mata, hatinya tidak merasakan kekhusyukan, punggungnya tidak mengenal ruku’, dan keningnya tidak menyandari sujud. Demikian juga Al-qu’an tidak menjadi penuntunnya, Rasulullah tidak menjadi teladannya

Mereka menganggap besar atas dosa-dosa yang mereka lakukan, dan merasa putus asa dari ampunan-Nya. Mereka merasa bahwa pintu taubat telah terkunci di hadapan mereka. Bahkan, mereka lupa bahwa ampunan Allah itu lebih luas daripada dosa-dosa yang mereka lakukan. Rahmat Allah juga tidak akan pernah berkurang hanya karena kesalahan-kesalahan mereka. Allah SWT berfirman kepada rasul-Nya,

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendri, janganlah kamu berputus asa dari rachmat Allah. Sesungguhnya allah mengampuni semua dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kepada Tuhan kamu, Dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang kepada kamu siksa, kemudian kamu tidak dapat ditolong lagi.

Pada surat al-Zumar ayat 53-54 menjelaskan bahwa ayat ini mengampuni semua dosa dan melarang berputus asa dari rahmat Allah. Ternyata ada surat lain yaitu surat an-nisa’ ayat 116 menyebutkan bahwa semua dosa akan diampuni kecuali syirik. Menarik untuk dikaji sebenarnya atas dosa yang bagaimana manusia masih bisa berharap ampunan dari Allah SWT.

Menurut Quraish Shihab sesungguhnya Allah senantiasa mengampuni dosa-dosa semuanya, apapun dosa itu selama yang berdosa mau bertaubat secara sungguh-sungguh, menyesali perbuatannya berjanji tidak akan mengulanginya dan memohon ampun kepada Allah.

Kata ibadi/hamba-hamba-Ku pada ayat al-Zumar dipahami oleh sementara ulama dalam arti orang-orang beriman yang bergelimang dosa, dan atas dasar itu pula mereka memahami pengampunan semua dosa yang dimaksud adalah semua dosa kecuali syirik.

Yang dimaksud semua hamba Allah adalah hamba Allah baik mukmin maupun bukan, selama mereka bermaksud bertaubat, termasuk dari kemusyrikan. Ayat al-Zumar dinilai oleh ulama sebagai ayat yang paling memberi harapan bagi manusia Perhatikanlah bagaimana Allah sendiri yang memerintahkan Nabi untuk menyampaikan secara langsung firman-Nya. Dia Yang Maha Kuasa itu, menamai yang berdosa dengan ibadi/hamba-hamba-Ku dengan menunjuk diri-Nya sendiri guna menggambarkan kasih sayang dan penyambutan-Nya terhadap yang secara tulus menyesali dosanya, kendati mereka dinamai-Nya telah melampaui batas.

Selanjutnya juga ditegaskan bahwa semua dosa Dia ampuni tanpa kecuali apapun dosa itu.

Ibn Katsir berkata,”Allah SWT memberi khabar bahwasanya Dia “tidak akan mengampuni segala dosa syirik”, maksudnya adalah Allah SWT tidak mengampuni seorang hamba-Nya yang menemui-Nya dalam keadaan musyrik.”Tetapi Dia mengampuni segala apa selain syirik itu bagi siapapun yang dikehendaki-Nya”. Maksudnya, berupa dosa-dosa, (Allah mengampuninya) bagi hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki.”

Maka jelaslah bahwa syirik adalah dosa yang paling besar. Karena Allah Ta’ala memberi khabar, bahwasanya Dia tidak mengampuni bagi orang yang tidak bertaubat darinya, sedangkan dosa-dosa lainnya adalah termasuk dibawah kehendak-Nya. Jika Allah berkehendak, Dia akan mengampuninya bagi orang yang menemui-Nya dengan membawa dosa itu, dan jika Dia berkehendak Dia mengadzabnya karena dosa itu. Hal ini mengharuskan seorang hamba supaya benar-benar khwatir terhadap syirik yang semacam itu gambarannya menurut Allah. Karena ia merupakan keburukan yang paling buruk dan kedzaliman yang paling dzalim. Dan juga merupakan pelecehan terhadap Tuhan semesta alam, mengalihkan hak-Nya yang mutlak milik-Nya kepada selain-Nya dan menyetarakan-Nya dengan selain-Nya.

Dia mengampuni segala dosa selain syirik itu bagi siapapun yang dikehendaki-Nya.” Ayat ini tidak boleh di arahkan kepada orang yang bertaubat, karena orang yang telah bertaubat dari syirik akan diampuni. Sebagaimana Allah SWT berfirman :

Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.Al-Zumar(39):53)

Di ayat ini Allah menyebutkan dalam bentuk umum dan mutlak, karena yang dimaksud adalah orang yang bertaubat. Sedangkan ayat sebelumnya Allah menyebutkan dalam bentuk khusus dan terikat, karena yang dimaksud adalah orang yang tidak bertaubat.

Menurut tafsir munir

Katakanlah hai rosul: Hai hamba-hamba Allah yang melewati batas dalam melakukan dan memperbanyak maksiat, janganlah kamu sekalian merasa terputus dari ampunan Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni setiap dosa kecuali syirik yaitu seorang musyrik yang tidak bertaubat dari syirik. Karena firman Allah :

Sesungguhnya Allah tidak memberikan ampunan apabila Dia disekutukan dan Allah mengampuni selain syirik bagi orang yang Dia kehendaki.

Sesungguhnya Allah banyak memberi ampun dan rahmat maka seseorang tidak akan disiksa setelah dia bertaubat. Ayat ini mengajak semua orang yang melakukan maksiat untuk bertaubat dan kembali pada Allah. Dan ayat ini adalah berita bahwa Allah mengampuni semua dosa bagi orang yang bertaubat dari dosa dan tidak mengulagi dosa yang ia lakukan sebelumnya. Ayat ini hanya di arahkan pada soal taubat karena syirik tidak diampuni bagi orang yang tidak mau bertaubat darinya. Jadi Allah akan mengampuni semua dosa termasuk syirik apabila dia mau bertaubat dan sebaliknya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik apabila dia menghadap kepada allah dalam keadaan syirik yaitu tidak mau bertaubat.

Abu Hayyan berkata ayat ini berlaku umum bagi tiap orang kafir yang bertaubat dan orang mukmin yang melakukan maksiat lalu bertaubat, dimana taubat akan melebur dosa-dosa keduanya.

Menurut Al-Qur’an dan tafsirnya. Setelah Allah melarang hamba-Nya berputus asa dari rahmat dan kasih sayang-Nya, Dia mendorong hamba-Nya agar segera meminta ampun dan bertaubat kapada-Nya atas segala keterlanjuran dan kesalahan yang telah dilakukannya, dengan menegaskan bahwa Dia mengampuni segala dosa kecuali syirik sebagai tersebut dalam firmannya:

Tidak layak bagi seorang pelaku dosa untuk berputus asa dari rahmat Allah, sekalipun dosa-dosa itu banyak.Dalam hadis qudsi Allah SWt. Berfirman,

“Wahai manusia, sesungguhnya selama engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuni setiap dosa-dosamu, dan Aku tidak akan peduli apapun.”

Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Peyanyang kepada hamba-hamba-Nya, sehingga tidak perlu menghukum mereka atas dosa- dosa mereka setelah mereka bertaubat dari dosa-dosa tersebut.

Maka barang siapa yang menolak karunia Allah yang besar ini dan pemberian-Nya yang agung ini, lalu menyangka bahwa membikin putus asa kepada hamba-hamba Allah terhadap rahmat-Nya adalah lebih baik bagi mereka daripada kabar gembira yang disampaikan Allah kepada mereka, maka berarti dia telah melakukan kekeliruan terbesar dan telah melakukan kesalahan yang paling buruk. Dengan demikian, dosa hamba Allah itu, sekalipun banyak, maka sesungguhnya ampunan Allah itu lebih besar dan lebih banyak daripadanya.

Jabir r.a. meriwayatkan bahwa seseorang pernah mendatangi Nabi saw. Seraya berkata,”Alangkah besarnya dosaku, alangkah banyaknya dosaku.” Lalu Rasulullah Saw. Bersabda kepadanya,

Ya Allah, ampunan-Mu lebih luas daripada dosa-dosaku, dan rahmat-Mu lebih aku harapkan daripada amalku.”

Maka orang itu pun mengucapkannya. Kemudian Nabi Saw.bersabda kepadanya, “Ulangilah”. Beliau terus menyuruh orang itu mengulanginya sampai dua kali. Lalu beliau bersabda kepadanya,

“Berdirilah, sungguh Allah telah mengampuni dosa-dosamu.”

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah Rasul bersabda:

“Allah menjadikan rahmat 100 bagian yang 99 bagian digenggam Allah dan Allah menurunkan satu bagian di bumi dari satu bagian itulah makhluk saling mengasihi hingga seekor hewan akan mengangkat kakinya agar tidak menginjak anaknya”

Bagi setiap orang yang berdosa hendaklah mengambil kesempatan baik ini dengn secepatnya sebelum datang suatu saat dimana taubat dan penyesalan tidak akan diterimanya lagi. Janganlah kesempatan yang baik ini dibiarkan berlalu begitu saja karena yang akan rugi adalah kita sendiri bila tidak mengindahkannya. Dalam ayat lain Allah berfirman:

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun kepada mereka.

Syarat-syarat yang dilakukan sebelum datangnya azab, kamu sekalian lupa dan tidak mengetahuinya. Ini adalah ancaman yang keras dan jelas.

Kemudian Allah mengancam diantaranya pembenaran angan-angan kosong dan merasa rugi di masa lalu pada saat semua tidak ada gunanya lagi, lalu Allah berfirman

  1. Jangan ada yang mengatakan, alangkah besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memperolok-olok (agama Allah)”

    Lekaslah untuk bertaubat dan beramal baik dan takutlah agar jangan ada seorang yang berdosa yang melewati batas di saat bertaubat dan kembali pada Allah mengatakan: Wahai penyesalanku dan kerugianku atas kecerobohanku beriman pada Allah, patuh pada-Nya, beriman pada al-Qur’an serta mengamalkannya. Amalku di dunia hanya memperolok-olok dan menghina agama Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya dan menghina orang-orang mukmin tanpa meyakini dan mengakui sesuatu pun dari semuanya.

  2. Jangan ada yang mengatakan seandainya Allah memberikan petunjuk kepada agama-Nya niscaya aku termasuk orang yang bertakwa para Allah dan menjauhi syirik serta maksiat.

  3. Jangan ada yang berkata ketika melihat azab, sekiranya aku dapat kembali (ke dunia), tentu aku termasuk orang-orang yang berbuat baik lalu Allah menjawab dengan firman-Nya:

    “Sungguh sebenarnya keterangan-keteranganku telah datang kepadamu, tetapi kamu mendustakannya, malah kamu menyombongkan diri dan termasuk orang kafir”.

    Dengan penafsiran: Wahai hamba yang menyesal atas apa yang telah terjadi, benar-benar telah datang kepadamu ayat-ayat-Ku alam al-Qur’an yang diturunkan di dunia, aku buat hijjah untukmu tetapi engkau mendustakannya. Maknanya: engkau diberi kemampuan dan kesempatan mengakui dan mengikuti. Lalu mengapa engkau sekarang menuntut untuk kembali ke dunia:? kembali ke dunia tidak akan bermanfaat bagimu dan sama sekali tidak ada faedahnya karena Allah berfirman

    Seandainya mereka dikembalikan ke dunia, tentu mereka akan mengulangi kembali apa yang telah dilarang mengerjakannya.

Referensi :

  • Yusuf Qardwi, Kitab Petunjuk Taubat, (Bandung, PT Mizania Purtaka, 2008)
  • Qurais shihab, Tafsir al misbah , (Jakarta, Pt Lentera hati, 2003)
  • Syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syaikh, Fathul Majid, (Jakarta, PT Pustaka azzam, 2007)
  • Ahmad mutofa, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang, CV Toha Putra, 1974)