Apakah Obesitas Menjadi Faktor Penyebab Kemalasan?

Tak banyak melakukan aktivitas fisik memang terbukti menyebabkan obesitas. Namun tak banyak yang tahu jika sejauh ini belum pernah ada studi yang mempelajari hal sebaliknya yaitu dampak obesitas terhadap aktivitas fisik seseorang. Apakah Badan Gendut Menjadi Faktor Orang Menjadi Malas?

image

Apakah benar obesitas menjadi salah satu faktor penyebab kemalasan ?

Iya Benar…

Tim peneliti dari Brigham Young University pun menggelar sebuah studi untuk menentukan apakah obesitas dapat menyebabkan rendahnya tingkat aktivitas seseorang. Hasilnya tidak mengejutkan, tapi setidaknya temuan ini memastikan apa yang selama ini diasumsikan banyak orang.

Dalam studi ini, peneliti memasangkan sebuah accelerometer yang dapat mengukur pergerakan dan intensitas aktivitas pada 254 partisipan secara aktual. Seluruh partisipan adalah wanita dan 124 orang diantaranya obesitas. Partisipan diminta menggunakan accelerometer selama tujuh hari berturut-turut di awal studi. Kemudian partisipan diminta menggunakannya lagi 20 bulan kemudian.

“35 Persen partisipan mengaku mereka rutin melakukan aktivitas fisik. Tapi ketika Anda memasangkan sebuah accelerometer pada orang dewasa dan mengikuti mereka selama beberapa hari, ternyata hanya 5-7 persen saja yang benar-benar aktif,” sahut peneliti Larry Tucker yang juga profesor ilmu keolahragaan dari BYU seperti dilansir dari redorbit, Rabu (3/4/2013).

Hasilnya studi yang dipublikasikan dalam jurnal Obesity ini menemukan bahwa rata-rata aktivitas fisik pada partisipan obesitas menurun sebanyak 8 persen selama 20 bulan. Kondisi ini setara dengan penurunan dari aktivitas fisik berat ke sedang sebanyak 28 menit perminggu. Namun sebaliknya pada partisipan yang tidak obesitas tidak terdapat perubahan jumlah aktivitas fisik yang mereka lakukan setiap minggunya.

Tucker dan peneliti lainnya, Jared M. Tucker, James LeCheminant dan Bruce Bailey mengaku tak terkejut dengan temuan ini.

“Hanya saja baru kali ini siklus ini dipelajari dengan menggunakan metode pengukuran berkualitas tinggi dan sampel yang besar. Namun studi ini memberikan bukti tambahan untuk memahami bagaimana ketidakaktifan akan berakibat pada penambahan berat badan dan penambahan berat badan menyebabkan kurangnya aktivitas fisik. Siklus ini mungkin akan terus berlanjut dari waktu ke waktu,” pungkas Tucker.

Sumber : Obesitas salah satu faktor kemalasan

Damayanti (2002) mengatakan anak obesitas umumnya jarang bermain dengan teman sebayanya, cenderung menyendiri, tidak diikutsertakan dalam permainan serta canggung atau menarik diri dari kontak sosial. Masalah psikososial ini disebabkan oleh faktor internal yaitu depresi, kurang percaya diri, persepsi diri yang negatif maupun rendah diri karena selalu menjadi bahan ejekan teman-temannya. Faktor eksternal juga berpengaruh besar karena sejak dini lingkungan menilai orang gemuk sebagai orang yang malas, bodoh, dan lamban. Jadi dapat dikatakan bahwa obesitas adalah faktor eksternal penyebab kemasalan sehingga tidak dapat dikatakan bahwa semua jenis obesitas menjadi malas dalam melakukan aktivitas.

Selain itu Damayanti (2002) mengatakan anak gemuk cenderung mengalami peningkatan tekanan darah, denyut jantung serta keluaran jantung dibandingkan anak normal seusianya. Hipertensi ditemukan pada 20-30% anak gemuk. Diabetes Melitus tipe 2 (NIDDM) jarang ditemukan pada anak gemuk tetapi hiperinsulinemia dan intoleransi glukosa hampir selalu ditemukan pada morbid obese .

Obstructive sleep apnea sering dijumpai pada penderita obesitas (1/100 obesitas anak), gejalanya mulai dari mengorok sampai mengompol (sering kali diduga akibat NIDDM atau *dieresis osmotik )*. Penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak di daerah faringeal yang diperberat oleh adanya *ipertrofi adenotonsilar . Obstruksi saluran napas intermiten di malam hari menyebabkan tidur gelisah serta menurunkan oksigenasi. Sebagai kompensasi anak cenderung mengantuk keesokan harinya dan hipoventilasi.

Non alcoholic steatohepatitis (NASH) ditemukan pada 40% anak gemuk melalui skrining USG hati. Kadar enzim aminotransferase (AST dan ALT) merupakan indikator yang kurang sensitif tetapi peninggiannya membantu penegakan diagnosis. Kondisi ini dapat berlanjut menjadi fibrosis hati atau bahkan menjadi sirosis. Penurunan berat badan akan menormalkan kadar enzim hati dan ukuran hati. Kelebihan berat badan pada anak gemuk juga cenderung beresiko terhadap gangguan ortopedik, yaitu tergelincirnya epifisis kaput femoris yang bermanifestasi sebagai nyeri panggul atau lutut dan terbatasnya gerakan panggul, serta penyakit Blount ( tibia vara ).

Kegemukan menyebabkan kerentanan terhadap kelainan kulit khususnya di daerah lipatan. Kelainan ini termasuk ruam panas, intertrigo, dermatitis moniliasis, dan acanthosis nigricans (kondisi yang merupakan tanda hipersensitivitas insulin). Sebagai tambahan jerawat juga dapat muncul dan dapat memperburuk persepsi diri si anak.

Pseudotumor serebri atau peningkatan tekanan intracranial ringan pada obesitas disebabkan oleh gangguan jantung dan paru-paru yang mengakibatkan penumpukan kadar karbon dioksida. Gejalanya meliputi sakit kepala, papil edema, kelumpuhan saraf cranial VI (rektus lateralis), diplopia, kehilangan lapangan padang perifer, dan iritabilitas.