Apakah Minimum Viable Product (MVP) dapat berakibat buruk pada perusahaan?

Minimum Viable Product atau MVP adalah sebuah produk yang diciptakan dengan fitur minimal yang setidaknya dapat memuaskan pelanggan awal atau early adopters, namun apakah ada konsekuensi yang kira-kira dapat merugikan perusahaan atau pengembangnya?

Minimum Viable Product atau MVP adalah salah satu pendekatan yang semakin banyak digunakan di dunia startup. Ide dibalik MVP adalah dengan mengembangkan suatu produk yang memiliki fitur secukupnya, yang kira-kira dapat memuaskan early adopter atau pengguna awal, untuk mendapatkan feedback kira-kira apa saja hal yang harus diperbaiki, maupun dikembangkan lebih mendalam lagi untuk versi produk jadi-nya.

Pendekatan ini telah menjadi umum di perusahaan perangkat lunak, namun seringkali pendekatan ini justru memberikan efek buruk daripada baiknya.

Menyimpang dari Versi Asli

Ada banyak contoh dimana pendekatan MVP bisa berhasil pada berbagai perusahaan ataupun tim, namun seringkali MVP dianggap sebagai jalan pintas dalam paksaan keharusan merilis produk, sehingga akhirnya harus mengorbankan kualitas produk.

MVP yang dipasangkan dengan metodologi agile yang prematur dapat sangat membahayakan produk, dan menyeretnya jauh dari konsep awal. Terkadang masih banyak miskonsepsi tentang strategi ini dari orang-orang yang sebenarnya tidak mengerti agile development namun berlagak ‘sok tahu’, sehingga akhirnya setiap orang dalam tim memiliki interpretasi yang berbeda-beda, yang kemudian mengakibatkan perdebatan tentang bagaimana membuat produk. Membuang-buang waktu, tanpa ada eksekusi nyata dalam membuat produk itu sendiri,

Terlalu Fokus dalam Hal "Menjadi yang Pertama"

Kebanyakan startup memang sering mengeluarkan produk dalam versi sederhana, dengan alasan finansial, maupun menghalangi kompetisi. Namun jangan sampai suatu perusahaan mengeluarkan sebuah produk yang memang diketahui memiliki kekurangan yang mendasar, walaupun dibawah tekanan finansial dan memaksa mereka untuk segera mengeluarkan produk.

Lebih baik berusaha sedikit lebih keras untuk merealisasikan konsep yang telah dicanangkan dan berhasil dalam jangka panjang, daripada memaksa mengeluarkan produk namun tidak sesuai dengan visi awalnya.

Sebagai contoh, berbagai video game terutama pada platform PC, di hari pertama atau kedua produk tersebut rilis, sudah ada patch atau perbaikan fitur dengan ukuran diatas 1 GigaByte. Hal tersebut menandakan bahwa developer terpaksa mengeluarkan produk yang belum benar-benar selesai karena tanggal rilis yang tidak dapat diundur lagi, sehingga game tersebut dianggap “belum jadi” dan dipaksa untuk dipasarkan. Hal yang lebih menyedihkan lagi adalah pihak publisher mengharapkan pembeli melakukan pre-order, yang jika dilihat lagi, dapat disimpulkan pembeli diharapkan mau melakukan pre-order untuk produk yang belum jadi. Hal ini dapat merusak citra dari perusahaan itu sendiri.

Jika melihat pada berbagai startup yang sukses, hampir semua perusahaan tersebut melewati periode sibuk yang luar biasa, dengan deliverable dan deadline yang dapat dikatakan “impossible”. Namun bagi masyarakat umum, yang paling penting adalah bagaimana produk tersebut di-deliver. Orang-orang hanya peduli bagaimana kita dapat mencapai sukses setelah men-deliver produk yang berkualitas.

Mengabaikan Komitmen pada Kualitas

Dengan banyaknya inovasi di dunia perangkat lunak, perangkat keras, dan berbagai ide, menemukan inovasi yang paling inovatif semakin sulit terjadi. Jarang sekali ada sebuah produk yang bisa berhasil pada iterasi selanjutnya, jika sebelum di keluarkan pun sudah disadari terdapat banyak kekurangan didalamnya.

Terkadang muncul istilah “yang penting selesai daripada harus sempurna”, namun jangan dasari istilah ini dalam mengembangkan produk dan dijadikan alasan MVP tidak harus mempunyai kualitas yang baik. Jika sudah ada visi besar tentang produk tersebut di awal pembuatannya, maka jangan keluarkan produk yang setengah-setengah ke pasaran. Jangan pula menghabiskan waktu berjam-jam untuk mendiskusikan bagaimana cara membuat produk tersebut. Lakukan saja segera, dan kerjakan semaksimal mungkin.

Sumber: