Apakah makna ujian Allah kepada manusia menurut Islam?

Ujian Allah

Apakah makna ujian Allah kepada manusia menurut Islam ?

Apa yang disebut dalam bahasa kita sebagai “ujian” atau “cobaan” disebutkan dalam ragam redaksi dalam al-Qur’an misalnya, “ibtilâ”, “fitnah”, “tamhish.” Allah Swt dalam al-Qur’an berfirman:

Aku mencipta manusia supaya Aku menguji di antara mereka siapa yang paling baik amalnya. “Yang menciptakan mati dan hidup supaya Dia mengujimu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Qs. Al-Mulk [67]:2)

Yang dimaksud dengan ujian dan cobaan yang digeral Tuhan tentu berbeda dengan pelbagai ujian yang diselenggarakan manusia.

Ujian-ujian yang diselenggarakan manusia adalah untuk mengenal lebih baik dan menghilangkan keburaman dan ketidaktahuan. Namun ujian Ilahi sejatinya adalah untuk penempaan dan tarbiyah manusia. Artinya ujian dan cobaan Ilahi adalah ruang-ruang untuk mentarbiyah, menempa dan menyempurnakan manusia sebagaimana para nabi Ilahi seperti Nabi Ibrahim yang ditempa dengan pelbagai ujian kesulitan dan kepelikan hidup sehingga meraih maqam tertinggi.

Allah Swt menggunakan beberapa jalan dan cara untuk menguji manusia sesuai dengan kemampuannya. Terkadang melalui pelbagai kesulitan dan kepelikan hidup, terkadang dengan kebaikan dan keburukan, melalui banyaknya harta dan kekayaan, modal, anak, musibah dan lain sebagainya.

Obyek-obyek Ujian Ilahi dalam al-Qur’an

Ujian dan cobaan Ilahi untuk manusia merupakan salah satu sunnahtullah.
Al-Qur’an menyatakan,

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Qs. Al-Ankabut [29]:2-3)

Terkadang al-Qur’an menyebutkan satu ujian umum yang digelar untuk seluruh hamba Tuhan dengan ungkapan,

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (Qs. Al-Ankabut [29]:2)

Terkadang al-Qur’an menyingkap satu jenis ujian khusus yang ditujukan untuk orang-orang dan kaum tertentu. Masalah ini yang membentuk satu jenis episode dan kisah-kisah al-Qur’an, misalnya kisah-kisah para nabi dan kaumnya.
Ayat-ayat yang berkisah tentang ujian-ujian umum lebih banyak dari apa yang dapat dikemukakan di sini.

Beberapa hal terkait dengan cobaan dan ujian-ujian Allah yang disebutkan dalam al-Qur’an antara lain :

1. Berbagai Kesulitan dan Kepelikan

Allah Swt menguji manusia dengan perantara pelbagai kesulitan dan kepelikan. Allah Swt berfirman,

“Dan sungguh Kami akan berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Qs. Al-Baqarah [2]:155)

Pelbagai kesulitan adalah tungku pembakaran yang memberikan kekuatan dan ketahanan pada besi. Demikian juga manusia dalam tempaan tungku pembakaran pelbagai kesulitan dan kepelikan akan menjadi kokoh dan kuat serta mampu untuk merobohkan pelbagai rintangan yang menghalang di hadapannya dalam upayanya meniti jalan menuju kebahagiaan.

Bencana memiliki efek edukatif dan pembinaan individu dan pembangun masyarakat. Kesulitan hidup akan membangunkan dan mengingatkan manusia yang terlelap. Kesulitan hidup adalah penggerak tekad dan kehendak manusia. Kesulitan-kesulitan hidup adalah laksana pemberi polesan terhadap besi dan baja yang semakin dekat dengan magnet akan membuat orang semakin bulat tekadnya, lebih aktif dan lebih giat. Karena tipologi hidup adalah supaya manusia bertahan di hadapan pelbagai kesulitan dan bersiaga menghadapinya. Kesulitan laksana senyawa kimia yang memiliki tipologi untuk membangkitkan kuiditas dan merubah jiwa dan kepribadian manusia.

2. Keburukan dan Kebaikan

Sebagaimana al-Qur’an menyatakan,

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (Qs. Al-Anbiya [21]:35)

Dengan demikian bahkan kebaikan sekali pun juga dapat menjadi sebuah faktor ujian bagi manusia. Misalnya seseorang yang mampu memperoleh kekayaan, harta atau tanggun jawab yang menyebabkan dirinya dihormati dan disanjung namun ia tidak dapat memanfaatkannya dengan baik sehingga mudah menjadi obyek tipu daya setan.

3. Melimpahnya Karunia

Ujian-ujian Ilahi tidak selamanya dalam bentuk pelbagai peristiwa pelik dan susah melainkan terkadang Tuhan menguji para hamba-Nya dengan karunia yang banyak dan melimpah sebagaimana al-Qur’an menarasikan kisah Nabi Sulaiman,

“(Tetapi) seseorang yang mempunyai sebuah ilmu dari kitab (samawi) berkata, “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata, “Ini termasuk karunia Tuhan-ku untuk mencobaku apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhan-ku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” (Qs. Al-Naml [27]:40)

Kelompok lainnya yang karam dalam samudera anugerah dan segala fasilitas berada dalam jangkaunnya. Ujian mereka adalah apakah dalam kondisi seperti ini untuk menunaikan tugas yaitu bersyukur atas anugerah yang diberikan ini dan menolong orang-orang susah atau tenggelam dalam kelalaian, angkuh, congkak, mementingkan diri sendiri.

4. Anak-anak

Al-Qur’an menyebutkan,

“Dan ketahuilah bahwa harta dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Qs. Al-Anfal [8]:28)

5. Iman dan Kafir

Al-Qur’an mengingatkan tentang penjaga neraka dan menyebut jumlah mereka sebanyak sembilan belas malaikat kemudian mengimbuhkan,

“Kami tidak menjadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan sebagai cobaan bagi orang-orang kafir supaya ahli kitab (Yahudi dan Kristen) menjadi yakin, supaya iman orang yang beriman bertambah, supaya ahli kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu, dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir berkata, “Apakah yang dikehendaki Allah dengan menjelaskan sifat-sifat neraka Saqar itu?” Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui bala tentara Tuhan-mu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tidak lain hanyalah peringatan bagi manusia.” (Qs. Al-Mudattsir [74]:31)

6. Ornamen dan Hiasan di Muka Bumi

Pada sebuah ayat al-Qur’an disebutkan tentang apa yang terdapat di bumi dipandang sebagai sebuah ujian.

“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.” (Qs. Al-Kahf [18]:7)

Salah satu sunatullah Tuhan yang berkaitan dengan manusia adalah manusia selalu diuji. Hakekat ini dapat kita pahami dari berbagai ayat al-Quran, misalnya:

Dan sungguh Kami akan berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Qs Al-Baqarah [2]: 155)

Allah akan menguji hamba-Nya dengan 5 perkara: ketakutan, kelaparan, kekurangan dalam harta, kekurangan dalam jiwa dan kekurangan dalam buah-buahan. Kemudian pada akhir ayat adanya anjuran bersabar dalam meniti jalan ini dan akan diberikan ganjaran yang baik serta bagaimana cara menghadapi musibah ini jika menimpa mereka.

Selain itu, ayat ini menjelaskan bahwa Allah memberikan rasa ketakutan secukupnya saja bukan ketakutan yang berkelanjutan, demikian juga kelaparan dalam beberapa waktu dan kekurangan harta dalam ukuran tertentu dan kekurangan jiwa-jiwa dan buah-buahan. Tuhan mengingatkan akan hal ini karena seorang mukmin harus menyiapkan diri supaya bersabar dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dan rintangan-rintangan yang akan dihadapi untuk menolong perjuangan Nabi Muhammad Saw karena para musuh yaitu kaum musyrikin selalu berkeinginan untuk mengganggu jalan dakwah Nabi Saw. Keterlibatan kaum Muslimin dalam berjihad di jalan Allah akan mengakibatkan penderitaan mereka dari sisi mata pencaharian dan perekonomian. Disamping itu, mereka juga harus siap untuk menyisihkan dana jihad dari kekayaan pribadinya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan ujian dari Allah swt terhadap makhluknya antara lain :

  • Pertama: Ujian Ilahi mempunyai dua bentuk: Kadang-kadang dengan kekurangan dan kadang-kadang dengan kelebihan nikmat dan kebaikan-kebaikan, sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Quran:

    Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya).” (Qs Al-Anbiya [21]: 35)

    Yang dimaksud dengan syarr adalah musibah dan ketidaksenangan-ketidaksenangan dimana contohnya ada dalam ayat itu. Dan yang dimaksud dengan kebaikan adalah nikmat yang melimpah ruah seperti ilmu, harta, kekuatan dan lainnya.

  • Kedua, Selama hidupnya, ujian Ilahi tidaklah hanya sekali saja, namun akan berulang terus selama kehidupannya.

    Dan tidakkah mereka memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun.” (Qs Al-Taubah [9]: 126)

  • Ketiga: Ujian Ilahi adalah hal-hal yang bersifat umum dan meliputi seluruh manusia. Aturan ini merupakan aturan umum yang tidak memiliki perkecualian, oleh itu semua manusia akan diuji dengan cara yang berbeda-beda. Bahkan Allah juga menguji Nabinya secara berulang, dimana ujian yang ada pada Nabi lebih susah dari pada ujian yang menimpa manusia biasa seperti dibakarnya Nabi Ibrahim dalam api, perintah untuk menyembelih putranya sendiri, Nabi Ismail dan lainnya. Al-Quran menerangkan:

    Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman.” (Qs Al-Shad [38]: 34)

  • Keempat: Diutusnya Nabi untuk semua manusia apakah mereka yang beriman atau mereka yang tidak beriman akan menjadi sarana untuk menguji manusia namun orang-orang yang beriman akan diuji dengan ujian yang lain. Sebagaimana yang diterangkan dalam al-Quran:

    Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (Qs Al-Ankabut [29]: 2)

Yang terburuk di mata manusia belum tentu yg terburuk di mata Allah SWT

Janganlah terpana dan terjerumus dalam tipu daya duniawi

Kadang seringkali hidup tertempa musibah tiada henti dari segala sudut bersabarlah dan ber-ikhlas-lah niscaya Allah lagi menguatkan imanmu

“Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah menjadi orang baik maka ditimpakan musibah (ujian) kepadanya.” (HR. Bukhari)

Layaknya pelaut yang tangguh tidak terbentuk dari ombak yang tenang, maka setiap ujian yang diberikan Allah kepadamu pada dasarnya adalah untuk meneguhkanmu menjadi sosok manusia yang terbaik

Maka, nikmatilah setiap ujian yang sedang kamu hadapi saat ini karena itulah jalan untuk menguatkan dirimu lebih baik lagi.

Karena Ujian yang kamu hadapi hanyalah sementara

Tidaklah aku tinggal di dunia melainkan seperti musyafir yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat lalu musyafir tersebut pergi meninggalkannya.” (HR. Tirmidzi)

Inilah perumpamaan hidup yang diibaratkan Rasulallah. Hal ini mengandung makna jika setiap hal yang kita rasakan saat ini baik kebahagiaan, kesedihan maupun kekecewaan pada hakikatnya besifat sementara.

Akan ada saatnya semua permasalahan hidup kita berakhir, namun yang terpenting adalah tak pernah putus asa dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup ini.

wAllahu’allam