Apakah keutamaan berlaku lemah lembut terhadap sesam?

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. Surat Ali 'Imran Ayat 159

Tafsir Quraish Shihab

Sebagai wujud kasih sayang Allah kepada kamu dan mereka, kamu bersikap lemah lembut dan tidak berkata kasar karena kesalahan mereka. Dan seandainya kamu bersikap kasar dan keras, mereka pasti akan bercerai berai meninggalkanmu. Oleh sebab itu, lupakanlah kesalahan mereka. Mintakanlah ampunan untuk mereka. Dan ajaklah mereka bermusyawarah untuk mengetahui pendapat mereka dalam berbagai persoalan yang tidak disebut dalam wahyu. Apabila kamu telah bertekad untuk mengambil suatu langkah setelah terebih dahulu melakukan musyawarah, laksanakanlah langkah itu dengan bertawakkal kepada Allah, karena Allah benar-benar mencintai orang-orang yang menyerahkan urusan kepada-Nya (1).

(1) Musyawarah atau syûrâ adalah salah satu pokok ajaran yang sangat penting dalam Islam.

Dalam adagium Arab-Islam dikatakan, “Orang beristikharah tak akan gagal, orang bermusyawarah tak akan menyesal.” Sesuai dengan kebiasaan gayanya dalam menetapkan hukum, al-Qur’ân hanya menjelaskan prinsip-prinsip umum dan garis besarnya saja. Selanjutnya, perinciannya diserahkan kepada manusia, sesuai tuntutan ruang dan waktu. Oleh sebab itu, adakalanya sistem perwakilan dalam suatu pemerintahan, di mana semua anggota pemerintahan bertanggung jawab kepada parlemen, cocok untuk negara-negara tertentu seperti Inggris dan Perancis. Pengalaman sejarah membuat mereka terbiasa dengan model pemerintahan seperti itu. Adakalanya pula sistem presidensial, dengan syûrâ yang relatif luas, karena keinginan perkembangan cepat dan tidak mau terlalu terganggu oleh jatuh bangunnya kabinet, lebih cocok untuk negara-negara tertentu seperti Amerika Serikat. Dan, adakalanya pula syûrâ model pertengahan antara presidensial dan parlementer lebih cocok untuk negara lain seperti Mesir. Dengan demikian, tiap negara dan kelompok bebas menentukan model syûrâ yang mereka anggap sesuai dengan dimensi ruang dan waktu masing-masing. Yang penting, prinsip syûrâ harus terwujud untuk menghindari dominasi dan kesewenang-wenangan individu. Demikianlah, al-Qur’ân telah mencantumkan prinsip musyawarah sejak 14 abad yang lalu.

Tafsir Jalalayn

(Maka berkat) ma merupakan tambahan (rahmat dari Allah kamu menjadi lemah lembut) hai Muhammad (kepada mereka) sehingga kamu hadapi pelanggaran mereka terhadap perintahmu itu dengan sikap lunak (dan sekiranya kamu bersikap keras) artinya akhlakmu jelek tidak terpuji (dan berhati kasar) hingga kamu mengambil tindakan keras terhadap mereka (tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu, maka maafkanlah mereka) atas kesalahan yang mereka perbuat (dan mintakanlah ampunan bagi mereka) atas kesalahan-kesalahan itu hingga Kuampuni (serta berundinglah dengan mereka) artinya mintalah pendapat atau buah pikiran mereka (mengenai urusan itu) yakni urusan peperangan dan lain-lain demi mengambil hati mereka, dan agar umat meniru sunah dan jejak langkahmu, maka Rasulullah saw. banyak bermusyawarah dengan mereka. (Kemudian apabila kamu telah berketetapan hati) untuk melaksanakan apa yang kamu kehendaki setelah bermusyawarah itu (maka bertawakallah kepada Allah) artinya percayalah kepada-Nya. (Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal) kepada-Nya.

"Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

“Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan mencintai kelembutan dalam setiap urusan”. HR Bukhari no: 6024, Muslim no: 2165.

Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau berkata, "Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah Maha Lembut yang mencintai kelembutan. Dan Allah memberi pada kelembutan apa yang tidak diberikan pada kekerasan, tidak pula diberikan kepada selainnya”. HR Muslim no: 2593.

Yang dinamakan dengan ar-Rifqu ialah sikap lemah lembut baik dari sisi ucapan atau pun tingkah laku, dengan mengambil cara termudah, dan kalimat ini adalah lawan dari kekerasan. Terkadang makna ar-Rifqu ini juga dibawa pada arti sikap tidak tergesa-gesa dalam segala urusan serta sabar dalam menyikapi permasalahan. Syaikh Abdurahman bin Nashir as-Sa’di mengatakan dalam sebuah risalahnya,

"Dan diantara salah satu nama-nama indah yang dimiliki oleh Allah ta’ala adalah ar-Rafiiq (Maha Halus) baik dalam perbuatan maupun syari’at -Nya.

Maka bagi siapa saja yang telah meneliti kandungan yang terdapat dalam syari’at -Nya, dirinya akan menjumpai adanya kelembutan ini. Dimana Allah Shubhanahu wa ta’alla menentukan sebuah hukum secara bertahap sedikit demi sedikit, hukum tersebut diberlakukan melalui beberapa tahapan sesuai dengan kandungan hikmah -Nya, dengan pelan namun tepat mengenai sasaran, mudah dikerjakan serta cocok bagi hamba dan para makhluk lainya. Yang mana Allah Shubhanahu wa ta’alla menciptakan makhluk melalui proses bertahap dengan tahapan-tahapan yang berubah dari satu keadaan ke keadaan yang lain, dengan hikmah dan rahasiailahi yang tidak mampu dicerna oleh akal pikiran.

Dan Allah ta’ala mencintai para hamba -Nya dari kalangan ahli lemah-lembut dengan memberi kelembutan terhadap apa yang tidak –Dia berikan pada kekerasan. Adapun lemah lembut dari seorang hamba tidak menafikan adanya keteguhan hati. Oleh karenanya hendaknya ia berlemah lembut dalam tiap urusannya, tidak tergesa-gesa sehingga dengan sebab itu dirinya tidak luput bila ada peluang muncul dalam benaknya dan tidak menyepelekannya jika berada dihadapannya".

Imam Ibnu Qoyim mengatakan:

1 . Tafsir Asma’ul Husna hal: 206-207.

Allah Maha Lembut dan mencintai orang yang bersikap lembut Bahkan Allah memberi pada kelembutan melebihi segalanya

Dapat ditebak bila lemah lembut ini merupakan budi pekerti yang luhur, paling mulia, paling agung kedudukannya, dan paling banyak membawa dampak positif. Sehingga kelembutan tidaklah dilekatkan pada sesuatu melainkan pasti akan menghiasi, memperbagusi serta membikin sesuatu lebih indah. Dan jika kelembutan ini dicabut pada segala urusan melainkan pasti akan menjadikan aib, tercela dan buruk.

Hal itu, sebagaimana disebutkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya Aisyah radhiyallahu 'anha, yang mengatakan: "Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

“Sesungguhnya kelembutan tidaklah diberikan pada segala urusan melainkan akan menghiasinya, dan tidaklah kelembutan ditarik dari tiap urusan kecuali akan menjadikannya buruk”. HR Muslim no: 2594.

Maka barangsiapa yang dianugerahi sikap lemah lembut maka sungguh dirinya telah mendapat keuntungan yang sangat banyak, kebajikan yang agung, mulai dari pujian yang indah, taufik, pikiran terbimbing, ketenangan jiwa, menggapai keinginan, merengkuh cita-cita, ini didunia adapun diakhirat dirinya akan meraih pahala yang besar serta ganjaran yang setimpal.

Hal itu, yaitu dengan cara sabar ketika dihadapkan pada sebuah masalah, menghadapi secara tenang dan lemah lembut berjalan bersama sunah kauniyah yang terjadi serta mengikuti Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Maka barangsiapa yang tingkah laku serta metode hidupnya seperti ini, dirinya akan memperoleh kemudahan dalam segala urusannya, lebih khusus dalam urusan yang berhubungan dengan sesama, baik tatkala menyuruh mereka, melarang, membimbing ataupun lainya yang membutuhkan pada sikap lemah lembut didalamnya.

Demikian pula seseorang yang diganggu oleh ucapan menyakitkan, lisannya akan terjaga untuk mengumpat yang ada justru mengantarkan dirinya untuk bersikap lemah lembut. Dia akan berlalu tanpa memperdulikan gangguan mereka, tidak membalasnya baik dengan ucapan ataupun perbuatan semisal usikan mereka. Namun, bersamaan dengan itu dirinya tetap merasa santai, tenang, teguh dan sabar. Duhai betapa indahnya hidup orang ini! betapa nikmat kehidupannya! Dan betapa menyenangkan kehidupan orang tadi!.

Dan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan kalau kelembutan masuk pada sebuah rumah tangga maka itu pertanda adanya kebaikan.

Sebagaimana diriwayatkan Imam Ahmad dalam musnadnya dari Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau berkata, "Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Wahai Aisyah lemah lembutlah. Sesungguhnya jika Allah menghendaki kebaikan pada sebuah keluarga Allah akan menunjuki mereka menuju pintu kelembutan”. HR Ahmad 41/255 no: 24734.

Dan ini dibuktikan oleh pribadi Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dimana beliau adalah manusia yang paling lembut terhadap sahabat-sahabatnya. Sebagaimana dijelaskan dalam haditsnya Malik bin al-Huwairits radhiyallahu 'anhu yang menceritakan, "Aku pernah datang berguru kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersama beberapa orang

2 . Majmu’ mu’alifaat Syaikh Ibnu Sa’di, Qism Aqidah 6/536.

Dari kaumku, dan kami tinggal bersama Nabi selama dua puluh hari. Beliau adalah orang yang penyayang dan lembut. Tatkala beliau melihat rona kerinduan pada wajah-wajah kami terhadap keluarga maka beliau bersabda:

“Pulanglah kalian lalu tinggallah bersama kaummu. Ajarilah mereka dan sholatlah bersamanya. Dan jika masuk waktu sholat hendaknya salah seorang diantara kalian beradzan lalu jadikanlah orang yang paling dewasa sebagai imam kalian”. HR Bukhari no: 628. Muslim no: 674.

Beliau juga sangat menganjurkan pada para sahabatnya supaya berlaku lemah lembut terhadap orang lain. Berdasarkan hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Pernah suatu ketika ada arab badui yang kencing didalam masjid maka orang-orang berusaha untuk mencegahnya. Akan tetapi, Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata pada mereka:

“Biarkan dirinya (sampai selesai kencing), lalu siramlah bekas air kencingnya dengan seember air atau satu timba air. Sesungguhnya aku diutus untuk mempermudah tidak diutus untuk mempersulit”. HR Bukhari no: 6128.

Tatkala beliau mengutus Abu Musa al-Asy’ari dan Mu’adz bin Jabal ke Yaman sebagai duta dakwah maka beliau berpesan pada keduanya:

“Permudahlah jangan engkau persulit. Beri kabar gembira jangan jadikan mereka lari, bersatu padulah jangan berselisih”. HR Bukhari no: 6124. Muslim no: 1733.

Imam Ahmad menjelaskan, “Beliau menyuruh untuk berlaku lemah lembut dan merendahkan diri walaupun sekiranya mereka mendengar hal yang tidak menyenangkan. Dan jangan marah yang menyebabkan dirinya terjatuh untuk membela diri semata”.

Tidak ketinggalan beliau juga mendorong keluarganya untuk berlaku lemah lembut. Disebutkan dalam sebuah hadits dari Aisyah radhiyallahu ‘anha beliau bercerita, "Orang-orang Yahudi pernah mendatangi Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam lalu mereka mengucapkan salam, "Semoga kematian atasmu’. Mendengar itu maka Aisyah menyahut, “Atas kalian, dan laknat Allah Shubhanahu wa ta’alla dan kemurkaan -Nya atas kalian”. Maka Nabi menegurnya:

“Tunggu wahai Aisyah, bersikap lemah lembutlah. Hati-hati dari kekerasan dan kata-kata kotor”. Aisyah menjawab, "Tidakkah anda dengar apa yang mereka ucapkan? Beliau berkata, “Apakah engkau tidak mendengar jawabanku? Aku membalas (ucapan salam mereka), “Dan atas kalian juga”. Maka Allah mengabulkan do’aku untuk mereka, sedang do’a mereka tidak dikabulkan atasku”. HR Bukhari no: 6030. Muslim no: 2165.

3 . Jami’ul Ulum wal Hikam hal: 395.

Begitu pula juga mendorong para pemimpin kaum muslimin agar berlaku lemah lembut terhadap masyarakatnya. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dari Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau berkata: "Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

“Ya Allah, barangsiapa yang mengurusi perkara umatku (jadi pemimpin mereka) kemudian dia menyusahkan mereka maka persulitlah urusannya. Dan barangsiapa yang mengurusi perkara umatku lalu dia berlemah lembut pada mereka maka sayangilah dirinya”. HR Muslim no: 1828.

Bahkan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam sampai menganjurkan untuk bersikap lembut pada binatang. Sebagaimana telah datang keterangannya dalam sebuah hadits yang dibawakan oleh Imam Muslim dari Syadad bin Aus radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, "Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat ihsan pada setiap perkara. Maka jika kalian membunuh berlaku lembutlah didalam (cara) membunuhnya. Dan jika kalian menyembelih maka berlaku lembutlah didalam menyembelihnya. Yaitu dengan menajamkan pisau kalian dan membuat binatang sembelihannya mereka nyaman”. HR Muslim no: 1955.

Kesimpulannya:

Bahwa selayaknya bagi tiap mukmin untuk bersikap lembut pada setiap urusannya. Lembut dalam berinteraksi bersama keluarga, anak-anak, saudara kandung, teman karibnya dan bersama manusia secara umum. Berlaku lembut terhadap mereka, sehingga bagi orang yang demikian keadaannya maka hatinya akan terasa tenang, jiwa menjadi damai dada terasa tentram, dan dicintai oleh orang lain. Dan hendaknya sikap lembut ini terus melekat pada pribadi mukmin didalam rumahnya, pasar, masjid, dan pada tiap tempat yang ia singgahi. Maka jika dirinya melazimi hal itu dia akan mendapatkan keuntungan yang sangat banyak. Dijelaskan dalam sebuah hadits yang dibawakan oleh Imam Muslim dari Jabir bin

Abdillah radhiyallahu 'anhuma berkata, "Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa terhalangi dari sifat kelembutan maka dirinya dihalangi untuk memperoleh kebaikan seluruhnya”. HR Muslim no: 2592.

Inilah akhir kajian kita, Akhirnya kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.

Sumber :

  • Syaikh Amin bin Abdullah asy-Syaqawi, “Kelembutan Dalam Islam” Terjemah : Abu Umamah Arif Hidayatullah

Berikut kisah Nabi Muhammad saw terkait dengan sifat kelembutannya.

Ketika itu Nabi Muhammad Rasulullah saw. sedang duduk bersama sahabat-sahabatnya, seorang bernama Zaid bin Sa’nah adalah seorang pendeta Yahudi yang menerobos masuk barisan, kemudian dia menarik dengan keras baju yang dipakai Nabi Muhammad saw sembari mengeluarkan kata-kata kasar sebagai berikut : bayar hutangmu, hai Muhammad, sesungguhnya keturunan Bani Hasyim adalah orang yang senantiasa mengulur pembayaran hutang.

Mendengar demikian, Khalifah Umar bin Khattab berdiri sembari menghunus pedangnya dan berkata : Wahai Nabi Rasulullah, izinkan aku menebas batang lehernya.

Nabi Rasulullah Muhammad saw. kemudian berkata : bukan berperilaku kasar seperti itu aku menyerumu. Aku dan Yahudi ini memerlukan perilaku lembut. Suruhlah kepadanya untuk menagih hutang dengan cara sopan dan anjurkan kepadaku untuk membayar hutang dengan cara yang baik.

Dengan tiba-tiba berkatalah Zaid bin Sa’nah pendeta Yahudi itu sebagai berikut : Demi Allah yang telah mengutusmu dengan hak (benar), aku datang menemuimu tidak untuk menagih hutang. Aku datang dengan sengaja adalah untuk menguji akhlakmu. Aku sudah membaca sifat-sifatmu dalam kitab Taurat. Dan semua sifat itu telah terbukti ada dalam dirimu, namun ada satu yang belum aku coba, yaitu sikap lembut dikala marah. Dan aku baru saja membuktikannya sekarang. Untuk itu, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah , dan sesungguhnya Kamu wahai Muhammad adalah utusan Allah. Adapun hutang yang ada pada dirimu, aku sedekahkan untuk orang-orang muslim yang miskin.

Sifat dan sikap kelembutan serta juga sabar/kesabaran Nabi Muhammad saw menjadi manhaj atau ketentuan-ketentuan dalam berdakwah islamiyah. Sikap dalam ucapannya yang lembut, sikapnya yang lembut dan juga perilakunya yang lembut dalam setiap berdakwah adalah kelembutan, namun sikap yang memerlukan ketegasan, misalnya dalam berperang melawan kufar penyerang dan menegakkan hudud.

Sikap kelembutan adalah merupakan akhlak yang dapat menjadi media mendekatkan diri kepada Islam. Sebagaimana yang dijelaskan dalam dalil Firman Allah swt. berikut ini :

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (QS. Ali Imran : 159)

Sebaliknya, sifat dan sikap perilaku anarkis dan kekerasan akan merugikan Islam dan para pemeluknya. Beliau Nabi Muhammad saw. selalu memerintahkan kepada umatnya yaitu umat Islam supaya bersifat dan bersikap lemah lembut sebagaimana dalil sabda Nabi :

Sikap hati-hati (tidak tergesa-gesa), kesederhanaan dan perilaku lembut adalah bagian dari 24 ciri kenabian. (HR. At-Tirmidzi)