Apakah kamu sedang dalam fase "Toxic Productivity"?

Setiap orang tentunya memiliki kesibukannya masing-masing, namun kesibukan yang berlebihan dan tidak bisa ditanggung oleh tubuh akan menyebabkan hal negatif pada diri kita. Ketika kegiatan masih bisa dilakukan secara online seperti ini, kebanyakan orang merasa memiliki lebih banyak waktu dan ingin mengisinya dengan kegiatan produktif. Namun siapa sangka hal tersebut bisa membuat kita jadi lupa akan sekitar kita, bahkan diri kita sendiri.

Toxic productivity itu memunculkan rasa bersalah kalau tidak mengerjakan sesuatu. Ujung-ujungnya, kita mengalami burnout yang membahayakan kesehatan dan itu harus dihindari,” kata psikolog dari aplikasi konsultasi psikologi online Riliv, Graheta Rara Purwasono, MPsi, dalam siaran pers.

Saya hampir merasakan seperti itu, semenjak kegiatan dilakukan online saya selalu melakukan pekerjaan lebih dari satu secara bersamaan dan jadi mudah terburu-buru sehingga terkadang membuat stres. Namun jika saya tidak ada kegiatan saya merasa kesepian dan merasa ada yang kurang, yang tidak bagusnya dari saya yaitu terlalu memaksakan dan selalu merasa bisa mengatasi hal tersebut.

Jadi apakah kamu sedang berada di fase tersebut?Referensi

Kalau saya pribadi iya sedang mengalami ini, terkadang saya menangis dan pusing dengan tugas-tugas tak kunjung selesai belum lagi ada evaluasi dari pekerjaan yang saya lakukan yang membuat saya menjadi terbebani, tidak jarang saya mengalami demam secara tiba-tiba, asam lambung saya naik, dan apapun yang saya makan akan saya muntahkan seperti tidak mau menerima karena pikiran saya yang dipenuhi dengan tugas selama online in malah lebih banyak mendapatkan tugas kuliah seperti praktek, teori dan belum lagi tugas dari hal lain selain kuliah.

Saya memang dalam fase toxic productivity, tidak bisa saya pungkiri juga ketika semua serba online. Saya menjadi sosok yang benar-benar ambisius dalam menggapai apapun. Sebab segala pekerjaan dilakukan online dapat untuk saya kerjakan 2 pekerjaan sekaligus yang ketika dipikir-pikir akan merepotkan. Namun pada akhirnya saya sudah terbiasa dengan hal tersebut dan memang saya akui sendiri saya senang dalam menyibukkan diri saya termasuk waktu saya sendiri agar saya tidak punya waktu untuk menilai apa lagi mendengarkan sebuah perkataan jelek yang dilontarkan orang-orang toxic yang ada disebuah circle saya. Selagi saya happy semua akan terasa lebih menyenangkan untuk saya pribadi.