Apakah Kamu Pernah Mengalami Good Girl Syndrome?

381dea45e235764432aa277a9c2b323f

Selama masa kanak-kanak, pernahkah kamu dinasehati agar menjadi anak baik? Para orang tua biasanya punya harapan yang sama kepada anaknya, yakni selalu patuh, disiplin, serta mendahulukan orang lain dan tidak egois.

Harapan agar anak menjadi sosok baik terkadang juga datang dari guru dan lingkungan sekitar. Di mana pun mereka berada, anak-anak ini akan selalu diminta menjadi orang yang sopan, peduli dengan orang lain, dan punya kehormatan.

Tidak ada yang salah dengan hal ini. Orangtua pada dasarnya ingin anaknya menjadi orang baik yang diterima dalam masyarakat. Menurut mereka, cara yang tepat untuk meraih tujuan ini adalah dengan berusaha membahagiakan orang lain.

Sikap positif yang ditanamkan sejak kecil memang merupakan kualitas diri yang baik. Akan tetapi, masalah muncul bila harga diri seseorang sepenuhnya bergantung pada kebahagiaan orang lain. Ini adalah cikal-bakal dari good girl syndrome . Dari sekilas uraian ini apakah kamu pernah mengalami hal ini? Apa saja tanda-tanda atau ciri-ciri yang dirasakan dari gangguan ini?

(Good Girl Syndrome, Alasan Orang Baik Susah Bahagia)

1 Like

Jika membaca secara rinci mengenai good girl syndrome merupakan sikap ketika seorang wanita memaksakan dirinya untuk selalu berbaik hati dan menyenangkan orang lain, tanpa memikirkan perasaannya atau bahkan haknya sendiri. Sebenarnya aku pernah bahkan sampai saat ini masih mengalami hal tersebut. Tuntutan serta harapan orang tua ku merupakan penyebab utama aku mengalami good girl syndrome ini. Lingkungan keluarga yang dibangun dengan ke-otoriteran orang tua membuat aku dan kakak ku tumbuh menjadi anak yang penuh ketakutan. Takut mengecewakan, takut mengeluarkan pendapat, bahkan takut untuk berkembang menjadi lebih baik menurut diriku.

Hal ini pun berimbas pada lingkungan pertemanan ku, walaupun aku termasuk orang yang cuek dalam perkataan orang, tapi kekhawatiran akan mengecewakan atau bahkan menyakiti orang lain menjadi pembatas diri untuk berekspresi berdasarkan kehendakku sendiri. Aku pun sulit mengatakan tidak dan mengungkapkan apa yang aku inginkan, serta sering bangga pada diri sendiri saat bisa membantu orang lain meskipun sebenarnya aku sendiri merasa tidak nyaman melakukannya. Mendahulukan kebahagiaan orang untuk terlihat baik sungguh melelahkan, tapi itu merupakan salah satu cara membuat diri sendiri merasa lebih berharga dan bermanfaat bagi orang banyak.

Wah… Menarik sekali topiknya, Kak. Aku baru tau ada sindrom seperti ini. Setelah melihat website yang kakak cantumkan, aku sendiri merasa pernah mengalaminya.
Sejak kanak–kanak bahkan mungkin hingga sekarang masih sering terjadi. Aku terbiasa mengikuti aturan sampai-sampai orang menganggap aku terlalu kaku. Setiap kali menerima kesan tentang diri aku, kebanyakan orang hanya menuliskan kata “baik”. Aku sendiri juga tidak tahu kenapa. Aku memang enggan mencari masalah dengan orang lain, tapi merasa dekat dengan mereka semua tidak juga.
Pada dasarnya, aku mencoba terus menjadi baik agar aku mendapat apresiasi. Aku menganggap apresiasi yang diberikan orang lain padaku akan membuatku bahagia. Dan dengan mementingkan orang lain aku merasa akan terhindar dari musuh.
Lebih sulit lagi,saat menjadi orang yang diandalkan. Tekanan untuk memuaskan keinginan orang lain seringkali sangat memberatkan diri .
Tapi, belakangan seorang teman menasehatiku bahwa aku tidak semestinya menggantungkan kebahagiaanku ke orang lain. Itu akan membuat ku lebih banyak terluka.
Dan itu benar. Karena seiring waktu, walau sudah berperilaku baik seringkali tak ada yang peduli dan mengapresiasi lagi.
Dampak lainnya adalah karena terlalu mengikuti aturan, kegiatanku terbatas pun aku lebih sulit berkembang. Karena terkadang perlu untuk mengambil tindakan untuk batasan.