Apakah Kalian Yang Kalian Ketahui Mengenai Kritisisme Sastra (Literary Criticism)?

English Literature Special Reference Content

Kritisisme sastra atau yang biasa disebut sebagai Literary Criticism merupakan kegiatan yang berhubungan dengan analisis berbagai bentuk literatur atau karya sastra . Kritisisme Sastra sendiri juga merupakan bidang yang lazim di geluti oleh studi – studi sastra di Universitas – Universitas di dunia, termasuk Indonesia dan juga Kritisisme sastra sendiri juga menjadi cabang ilmu yang paling banyak digunakan untuk melakukan analisis mendalam terhadap sebuah karya sastra atau literatur dalam banyak penelitian, skripsi, ataupun thesis.

Nah apakah youdics sekalian merasa familiar dengan apa yang disebut sebagai kritisisme sastra dan juga bagian – bagiannya ?

Konsep dari Kritisisme Sastra

Menurut Fard (2016) dalam jurnalnya yang membahas mengenai pengenalan dari Krisitisme Sastra, Kritisisme sastra sendiri secara historis dapat di trace kembali dalam buku berjudul “ The Mirror and The Lamp “ yang ditulis oleh Meyer Howard Abrams yang merupakan seorang kritikus sastra terkenal dari Amerika Serikat pada tahun 1953.

Buku itu sendiri membahas 4 pendekatan utama dalam Kritisisme sastra yakni : Teori Mimetik (Mimetic Theory), Teori Pragmatik (Pragmatic Theory), Teori Ekspresif (Expressive Theory), dan Teori Objektif (Objective Theory). 4 Teori ini sendiri merupakan teori – teori pendekatan Kritisisme sastra yang sentral yang memiliki perspektif tersendiri bagaimana sebuah karya sastra di analisis. Menurut Abrams, Karya sastra tidaklah dapat berdiri sendiri dan saling berkaitan dengan 4 komponen utama yaitu semesta (universe), teks (text), penulis (artist), dan penonton/pembaca (audience)

Penjelasannya adalah sebagai berikut sebagaimana yang dijelaskan Fard ditambah dengan penjelasan dari Purohit (2013) dalam jurnalnya yang berjudul Four Critical Theories From the View Point of M.H. Abrams :

Teori Mimetik (Mimetic Theory)
Teori mimetic menurut Abrams berhubungan erat dengan hubungan antara teks dengan semesta. Semesta yang dimaksud oleh Abrams adalah semua hal yang berada di luar atau terpisah dari ranah audience, teks, dan penulis). Abrams berargumen jika teori mimetik adalah teori yang usianya sudah sangat tua dan “ yang paling primitif “ dari ketiga teori lainnya. Menurut teori ini, penulis atau seniman merupakan imitator (peniru) dari semesta (universe) yang mereka amati. Artinya adalah, karya sastra atau karya seni yang di produksi oleh para penulis dan seniman tadi tidaklah sepenuhnya “ orisinil “ karena bersifat mimetik alias merupakan cerminan dari apa yang mereka lihat dan rasakan. Analoginya adalah seperti seorang pelukis yang sedang melukis objek yang ada di depannya. Objek yang sedang di lukisnya itu menurut pemikiran Plato dalam bukunya yang berjudul “ Republic “ merupakan objek yang asli sementara hasil karya dari si pelukis itu merupakan imitasi alias tiruan dari objek yang ia lukis tadi. Hal yang sama juga berlaku kepada karya sastra yang merefleksikan apa yang penulis amati dan rasakan tentang dunia di luar karya mereka.

Teori Pragmatik (Pragmatic Theory)
Teori Pragmatik berhubungan erat dengan hubungan antara teks dengan audience (pembaca, penonton). Teori ini sendiri juga sudah lama berkembang bahkan sejak abad ke-19 yang mengadopsi pemikiran – pemikiran dari penyair Romawi Kuno bernama Horatius dan banyak terminologi - terminologi untuk Teori Pragmatik diambil dari istilah – istilah yang berkembang sejak zaman Klasik.

Teori Pragmatik sendiri seperti yang sudah dijelaskan di atas menjelaskan hubungan antara pembaca dengan teks. Menurut teori ini, karya sastra di buat sebagai sebuah hal yang dikonstruksikan untuk memberikan efek – efek tertentu kepada pembaca. Efek – efek yang mungkin saja terjadi pada pembaca setelah membaca karya sastra tertentu bisa berupa bentuk emosi – emosi. Teori pragmatik sendiri banyak dikaji dari karya – karya sastra berbentuk puisi yang dimana Aristoteles dalam karyanya yang berjudul “ Ars Poetica” mengatakan jika puisi memiliki tiga fungsi utama, yakni, untuk memberikan pengajaran, untuk pemuasan, dan untuk menggerakan.

Teori Ekspresif (Expressive theory)
Teori ekspresif adalah teori yang menjelaskan mengenai hubungan antara penulis dan teks. Teori ekspresif sendiri hadir dari adanya “ pemindahan dari teori pragmatik dan mimetik dengan segi ekspresif dari sebuah karya sastra “ yang populer sejak tahun 1830-an, melihat dari karya – karya penulis dan penyair terkenal seperti Wodsworth dan Bacon yang berlanjut hingga ke era romatik. Teori ekspresif menekankan pada dasarnya sebuah karya sastra dihasilkan dari proses kreatif yang beroperasi di bawah dorongan perasaan, dan mencakup produk sastra yang dihasilkan dari kombinasi produk atau persepsi, pemikiran, dan perasaan dari si penulis atau penyair tersebut.
Oleh sebab itu, sumber utama dan pokok bahasan sebuah karya sastra dalam perspektif teori Ekspresif adalah atribut dan tindakan dari pikiran penyair atau penulis itu sendiri. Intinya adalah Teori ekspresif sendiri bertujuan untuk menganalisis dan mensintensiskan gambaran, pemikiran, dan perasaan dari penulis atau penyair di dalam karya sastra yang mereka buat.

Teori Objektif (Objective Theory)
Teori Objektif adalah teori yang menjelaskan mengenai kritisisme sastra yang dilihat dari perspektif teks itu sendiri tanpa campur tangan penulis, audience, ataupun dunia luar. Abrams beragumen jika teori objektif adalah sebuah teori yang mengisolasi analisis teks tanpa melibatkan unsur - unsur yang sudah disebutkan sebelumnya (penulis, audience, dan universe).

Teori Objektif sendiri juga disadur dari pemikiran – pemikiran Aristoteles mengenai karya seni terutama drama. Aristoteles berpendapat jika Tragedi (sebuah genre dalam drama yang begitu populer di zaman Yunani dan Romawi Kuno) dapat dikatakan sebagai sebuah objek di dalamnya yang memiliki beberapa komponen internal seperti plot, karakter, diksi, pemikiran, melodi, dan sebagainya) yang menurut Aristoteles, komponen – komponen ini berkaitan satu sama lainnya untuk memproduksi sebuah efek Katarsis (upaya untuk permurnian dan pembersihan diri dari perasaan – perasaan negatif).

Jika konteks dalam argumen Aristoles diperluas dalam analisis semua jenis karya sastra, maka Teori objektif menekankan sebuah analisis karya sastra berdasarkan unsur – unsur internal atau intrinsiknya seperti struktur bahasa yang digunakan, diksi, dan lain – lain yang dianggap sebagai komponen – komponen penting dalam pembentukan meaning atau makna dalam sebuah karya sastra tanpa memperhatikan unsur – unsur ekstrinsik yang terkandung di dalam karya sastra tersebut.

Keempat teori diatas adalah landasan – landasan utama dalam bidang Kritisisme Sastra yang hingga saat ini masih dipakai.

Teknik – Teknik dan Langkah – Langkah Dalam Melakukan Kritisisme Sastra
Kritisisme sastra merupakan disiplin ilmu analisis sastra yang meliputi kegiatan menginterpretasi, menganalisis, dan mengevaluasi karya sastra. Lalu karya sastra sendiri juga secara umum di di definisikan sebagai hasil karya penulisan yang bertahan selama bertahun – tahun dan berhubungan dengan ide – ide yang tidak mengenal batas waktu dan tema – tema yang universal. Bentuk dari karya sastra sendiri bisa berupa novel, cerita pendek, drama, puisi, essay, dan lain sebagainya (Fard, 2016).

Lalu 3 kegiatan utama dalam Kritisisme sastra yaitu menginterpretasi, menganalisis, dan mengevaluasi juga memiliki perspektif pertanyaan yang berbeda – beda :

  1. Pertanyaan Interpretatif (Interpretive Questions) : Apa makna dari Karya sastra yang sedang kita baca ? Ketika kita menginterpretasikan sebuah karya sastra tentunya akan menimbulkan kemungkinan dari beberapa makna yang disajikan dalam karya sastra tersebut. Intinya adalah penulis dari karya sastra tersebut menyajikan tulisan – tulisan sementara para pembaca adalah pihak yang bertugas untuk memberikan interpretasi atas tulisan – tulisan tersebut dari macam – macam perspektif yang berbeda.

  2. Pertanyaan Analitik (Analytic Questions) : Bagaimana karya sastra dapat bekerja ? Ketika kita melakukan analisis sebuah karya sastra, kita dituntut untuk menyelam lebih dalam dan memperhatikan setiap unsur yang ada dan bagaimana cara kerjanya di dalam karya sastra tersebut. Analisis itu sendiri sifatnya adalah Teknikal seperti contohnya menganalisis hubungan variable tertentu dalam sebuah karya sastra, menganalisis efek, dan lain sebagainya yang membuat, kita tidak lagi dituntut untuk sekedar mempertanyakan makna saja, tetapi juga sudah mempertanyakan bagaimana cara kerja setiap komponen dalam karya sastra tersebut.

  3. Pertanyaan Evaluatif (Evaluative Questions) : Apakah sebuah karya sastra ini bagus atau sebaliknya ? Ketika kita melakukan evaluasi terhadap sebuah karya sastra, kita dituntut untuk memiliki judgement pribadi. Misalnya dengan mengajukan pertanyaan apakah novel ini bagus , biasa saja, atau kurang atau bisa juga Kita mempertanyakan nilai yang ingin diambil dari karya sastra yang kita analisis.

Lalu Pertanyaan selanjutnya adalah, Apa saja sih kegunaan dari mempelajari Krisitisme sastra ? Disini Fard telah mengelaborasikannya dalam tiga fungsi utama :

  1. Kritisisme sastra berperan besar dalam peningkatan kemampuan membaca seseorang.
  2. Kritisime sastra memberikan kamu beragam perspektif ketika menyikapi atau merespons karya sastra yang sedang kita baca.
  3. Kritisisme Sastra juga memiliki peranan yang begitu penting dalam peningkatan Critical Thinking seseorang yang pada akhirnya akan mengembangkan kemampuan kita sebagai pemikir dan pembaca yang independen.

Teori Sastra dan Jenis – Jenis dari Teori Sastra

Teori sastra merupakan bagian yang sangat penting dan vital dalam Kritisisme Sastra. Dalam Kritisisme sastra sendiri teori merupakan seperangkat metode, pendekatan, dan sudut pandang yang digunakan oleh seorang kritikus untuk melakukan proses interpretasi, analisis, dan evalusi terhadap sebuah karya sastra. Menurut Fard sendiri, Ada banyak sekali teori – teori sastra yang ada di dunia saat ini yang dimana kita harus cermat dan mengerti betul setiap teori yang hendak kita gunakan dalam menganalisis sebuah karya sastra.

Ada beberapa pertanyaan yang bisa diajukan ketika kita hendak menentukan teori yang cocok untuk menganalisis sebuah karya sastra seperti : Berapa banyak cara yang dapat digunakan seorang pembaca dalam menganalisis sebuah karya sastra, Bagaimana cara kerjanya, dan Mana sajakah teori – teori yang sekiranya masuk akal, cocok, dan berguna bagi kita untuk melakukan analisis karya sastra dan mana saja yang tidak.

Jenis – Jenis teori karya sastra dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Berdasarkan Tipe-nya :

  • Kritisisme Teoretikal (Theoretical Criticism)
  • Kritisime Praktikal atau Kritisisme Terapan (Practical Criticism or Applied Criticism)
  • Kritisisme Impresionistik (Impressionistic Criticism)
  • Kritisisme Yudisial (Judicial Criticism)

Tipe – Tipe Teori Kritisisme Tradisional dan Krisitisme Terapan :

  • Kritisisme Mimetik (Mimetic Criticism)
  • Kritisisme Pragmatik (Pragmatic Criticism)
  • Kritisisme Ekspresif (Expressive Criticism)
  • Kritisime Objektif (Objective Criticism)

Pendekatan – Pendekatan Terhadap Karya Sastra :

  • Pendekatan Historikal (Historical Approach)
  • Pendekatan Filosofis atau Moral (Philosophical or Moral Approach)
  • Pendekatan Formalisme atau Kritisisme Baru (Formalism or New Criticism)
  • Pendekatan Psikologis (Psychological Approach)
  • Pendekatan Mitologis (Mythological or Archetypal Approach)
  • Pendekatan Feminisme (Feminism Approach)

Catatan : Setiap pendekatan terhadap karya sastra memiliki untung dan rugi masing – masing sehingga bacaan lebih lanjut ada di dalam tulisan Fard yang terlampir di dalam referensi atau bisa dengan sumber – sumber lain yang terkait.

Referensi :

  1. Fard, S., F. (2016). An Introduction to Literary Criticism. International Journal of Humanities and Cultural Studies. pp. 328 – 337.
  2. Thamarana, S. (2015). A Critical Overview of Literary Criticism and Its Relevance to Literature. International Journal of English Language, Literature, and Humanities. 3(9), 381 – 393.
  3. Purohit, D. (2013). Four Critical Theories from Viewpoint of M.H. Abrams. Conference : National.