Apakah ikan terbang benar-benar bisa “Terbang”?

ikan terbang

Ikan terbang secara ilmiah masuk ke dalam keluarga Exocoetidae. Mereka bisa ditemukan di laut yang bertemperatur hangat, terutama di wilayah sekitar khatulistiwa. Termasuk juga di perairan Indonesia.

Sebenarnya, ikan terbang tidak benar-benar terbang seperti burung atau kelelawar. Lebih tepatnya, mereka hanya “melayang” di udara untuk waktu yang agak lama. Jenis ikan ini melompat keluar dari air dalam rangka kabur dari ikan-ikan pemangsa. Caranya dengan berenang dengan kecepatan sangat tinggi (mencapai 60 Km per jam) di dekat permukaan air, kemudian setelah mendapat momentum yang tepat, mereka akan menyeruak keluar dari air.

Dorongan yang kuat dari ekor akan membuat ikan terbang ini melayang ke udara, setelah itu terbentanglah sirip mereka yang unik. Ikan terbang memiliki sirip depan dan belakang yang sangat lebar dan berselaput, mirip dengan sayap. Tapi, berbeda dengan sayap burung, ketika direntangkan sirip ikan terbang tidak bisa mengepak. Dan hanya berfungsi untuk menangkap angin saja, supaya mereka tetap berada di udara dalam waktu selama mungkin. Prinsipnya hampir sama dengan layang-layang. dengan kecepatan mencapai 70 kilometer per jam!

Setelah melayang cukup lama dan mulai mendekati air lagi, ikan terbang bisa mengepakkan ekor mereka untuk mendapat momentum tambahan untuk kembali ke udara. Rekor terlama ikan ini berada di udara adalah 45 detik. Dan jarak terjauh yang bisa mereka tempuh totalnya yang pernah dicatat adalah 400 meter. Konon harga telur ikan terbang jauh lebih mahal dibanding ikannya sendiri. Di Indonesia, nelayan biasa memanen telur ikan terbang secara masif di perairan Laut Flores dan Selat Malaka.

Sumber:
sains.me

Kemampuan khusus ikan terbang ini bertujuan untuk adaptasi dan menghindari predator di perairan seperti ikan tuna, ikan marlin, ikan pedang, dan ikan karang. Ikan terbang biasanya cukup berkamuflase dengan perairan dalam untuk menyembunyikan diri dari predator. Apabila persembunyiannya terbongkar, maka ikan terbang langsung berenang dengan kecepatan tinggi ke permukaan dan menghentakkan ekornya lalu mengepakkan siripnya untuk terbang. Sirip ini mengepak sebanyak 50-70 kali untuk menimbulkan gerakan aerodinamis dan dapat terbang dengan kecepatan maksimal 72 km/jam.

Rata-rata ikan terbang monoplanes hanya bisa melaju dengan kecepatan 25 km/jam. Ikan terbang dalam sekali mengambil loncatan dapat menjangkau jarak hingga 400 meter karena juga keterbatasan kemampuan bertahan di udara tanpa bernafas yang hanya dapat dilakukan 40 detik. Saat kembali ke permukaan perairan, ikan terbang menggunakan ekornya sebagai landasan dan akan bersiap terbang kembali dengan segera apabila masih terdapat ancaman predator.

Cara ekor tersebut dilakukan dengan mengambil masuk ke perairan sejenak lalu menghentakkan beberapa kali di permukaan dan dilanjutkan kembali mengepakkan sirip untuk terbang.

Sumber: