Apakah bau kentut menyehatkan bagi yang menghirup?

https://i0.wp.com/warstek.com/wp-content/uploads/2017/02/fart_header_0-e1502323248778.jpg?resize=780%2C445&ssl=1

Gas Hidrogen Sulfida (H2S) adalah gas yang bertanggung jawab terhadap tidak sedapnya bau telur busuk dan juga gas flatulensi (dalam bahasa awam lebih dikenal dengan istilah “kentut”). Suatu penelitian di tahun 2014 mengungkapkan bahwa senyawa H2S penyusun aroma kentut yang baunya tidak sedap tersebut diduga dapat menimbulkan efek menyehatkan.

Menarik untuk diketahui bahwa kentut yang dihasilkan dari proses metabolisme tubuh mengandung Nitrogen (20-90%), Hidrogen (0-50%), Karbondioksida (10-30%) sejumlah kecil oksigen, metanetiol, dan dimetilsulfida (komponen Sulfur), serta hidrogen sulfida (H2S) [data diperoleh dari Anne Marie Helmenstine, seorang ahli kimia dalam “About Education”]. Kandungan senyawa tersebut bervariasi tergantung pada pola makan seseorang. Namun perlu dipahami bahwa gas H­2S yang menyehatkan dan dibahas dalam artikel Profesor Matt Whitemann dan Dr. Mark Wood tidaklah berasal dari gas yang dihasilkan dari proses metabolisme manusia, melainkan dari senyawa hasil sintesis di laboratorium.

Penelitian tersebut juga dirilis oleh Universitas Exeter pada tahun 2014 yang menyatakan bahwa peneliti mereka telah membuat suatu senyawa (sintesis) gaseous mediator (gasomediator) H2S baru yang diberi nama 10-oxo-10-(4-(3-thioxo-3H-1,2-dithiol-5-yl)phenoxy)decyl)-triphenylphosphonium bromide (lebih mudah disebut dengan senyawa AP39). Hasil penelitian tersebut dipublikasikan di official journal of the European Federation for Medicinal Chemistry (Med. Chem. Commun).

Gasomediator adalah sebutan bagi gas yang dapat berfungsi sebagai penyampai pesan biologis (biological-messenger molecule), contoh yang sangat populer adalah Nitrogen Monoksida (NO). Gas nitrogen monoksida dipakai oleh dokter pada bayi prematur (umumnya bayi prematur memiliki kondisi pembuluh darah di paru-paru yang gagal berelaksasi sehingga tidak bisa dialiri aliran darah). Dengan melakukan terapi pernafasan menggunakan nitrogen monoksida, gas tersebut membawa pesan agar paru-paru dapat berelaksasi sehingga bayi prematur tersebut dapat bernafas dengan normal.

Kembali ke gasomediator H2S. Senyawa AP39 yang berfungsi sebagai donor senyawa H2S ini pada awalnya bertujuan untuk mendapatkan senyawa yang lebih efektif dibandingkan senyawa GYY413. Senyawa GYY413 merupakan suatu donor gasomediator H2S yang mampu menghambat stres oksidatif, efek cytotoxicity, dan mampu membantu pemulihan organel mitokondria yang kehilangan fungsinya dalam memproduksi energi bagi sel tubuh. Namun dikarenakan sifat senyawa GYY413 yang sangat mudah larut dalam air, menjadikan senyawa tersebut memiliki permeabilitas sel yang terbatas. Hal tersebut juga menyebabkan keterbatasan kemampuan GYY413 dalam praoses terapi dan penyembuhan.

Kemampuan donor gasomediator H2S dari senyawa AP39 diinkubasikan pada sampel sel endotelial khususnya bagian organel mitokondria. Sel endotelial adalah sel yang membentuk suatu jaringan yang disebut endotelium, yang memisahkan pembuluh darah dan sistem limfatik (getah bening) pada seluruh bagian tubuh. Mitokondria dipilih karena merupakan organel pusat produksi energi pada sel.

Apabila disfungsi dan stress oksidatif terjadi pada organel mitokondria, maka hal tersebut dapat dijadikan kunci kejadian patologis dalam memahami sejumlah penyakit yang diidap manusia (seperti hipertensi, stroke, arthritis, hepatitis, dll). Uji yang dilakukan pada penelitian ini menunjukkan bahwa H2S yang diberikan dalam kadar 100 nM dari senyawa AP39, mampu direspon secara baik oleh mitokondria. Respon tersebut memberikan efek cytoprotective yang tidak ditemukan pada perlakuan menggunakan GYY413, yakni menjaga kadar Adenosin Triphosphate (ATP) dan mampu menurunkan zat oksidan pada mitokondria.

Meskipun jalur biomolekuler senyawa AP39 masih perlu dipelajari lebih lanjut, penelitian tentang donor H2S dari senyawa gasomediator AP39 terhadap mitokondria sangatlah prospektif. Penelitian tersebut diharapkan dapat membuka peluang baru untuk mempelajari lebih dalam fungsi mitokondria dalam kaitannya terhadap kesehatan dan penyakit pada manusia.

Sumber :

[1] Helmenstine, Anne Marie. “What Is the Chemical Composition of Farts?”. (diakses pada 13/ 02/ 2017)

[2] University of Exeter News Research. “Rotten Egg Gas Holds Key to Healthcare Therapies”. (diakses pada 13/ 02/ 2017)

[3] Whiteman, Matthew et al. Med. Chem. Commun., 2014, 5, 728-736.