Apakah "aksi" memamerkan saldo ATM dapat merusak Kesehatan Mental seseorang?

TOPIK 6|690x300-350

Media sosial diramaikan dengan adanya challenge Review Saldo ATM. Adapun challenge yang marak di TikTok tersebut menggunakan latar lagu berupa suara wanita yang berujar: “Ganteng, Review Saldonya dong,” dari bunyi dalam video yang banyak beredar, tak main-main, sejumlah anak muda yang mengikuti challenge pamer saldo ATM tersebut menunjukkan sisa saldo ATMnya hingga miliaran rupiah.

Pamer saldo tabungan yang sekarang tren di media sosial melalui tantangan review saldo ATM dinilai bisa menimbulkan dampak buruk secara psikologis bagi masyarakat, apalagi di tengah kondisi sulit masa pandemi sekarang ini.“Ada orang yang dapat menerima tren tersebut dengan reaksi biasa, ada yang menjadi terbeban, ada yang menjadi iri atau bahkan tertekan,” kata psikolog dari Universitas Indonesia, A Kasandra Putranto, Selasa (10/8). Media sosial dan aktivitas di dalamnya sangat berdampak besar bagi kesehatan mental seseorang. Dari tren tersebut banyak orang yang jadinya merasa minder dan insecure terhadap kepemilikan orang lain.

Nah menurut Youdics, benarkah challenge tersebut dapat merusak Kesehatan Mental seseorang? Bukan kah seharusnya tren tersebut dijadikan sebagai motivasi dalam kehidupan?

1 Like

Pamer saldo tabungan yang menjadi tren di modial sosial lewat tantangan review saldo ATM dapat berdampak buruk secara psikologis bagi masyarakat, terutama di tengah kondisi sulit masa pandemi Covid-19 sekarang. Hal ini lah yag kadang dapat berakibat sebagian masyarakat ingin berlomba-lomba dalam mengejar ketenaran dan keberuntungan.

Namun, menurut saya kembali lagi dengan pola pikir masyarakat bagaimana menanggapi hal tersebut. Apakah pikiran tersebut ingin di arahkan sebagai suatu motivasi agar dapat menjadi lebih baik lagi atau justru malah saling berperasangka iri atau dengki karena pencapaian orang lain.

Namun di harapkan juga untuk sang pembuat konten agar lebih bijak dalam bersosial media. Karena ada beberapa hal yang tergolong ke dalam ranah privacy dan juga ada beberapa hal yang dapat menjadi konsumsi publik.

Menurut saya, saya setuju dengan tren challenge Review Saldo ATM bisa menimbulkan dampak buruk secara psikologis bagi masyarakat. Perlu diingat bahwa meskipun tujuan dari tren tersebut hanya untuk hiburan namun dimata masyarakat pelaku tren hanya menunjukkan perilaku kurangnya empati terhadap masyarakat lainnya khususnya di situasi pandemi seperti ini. Kita memang tidak bisa mengatur tren hiburan yang terjadi di masyarakat, namun apabila penggunaan sosial media dilakukan secara bijak dengan menghormati dan menghargai orang lain khususnya di situasi seperti ini akan lebih baik. Algoritma tiktok bagi pengguna juga seringkali muncul secara acak, maka untuk terhindar dari perasaan minder dan insecure terhadap suatu konten tren atau perilaku yang kurang diminati bisa menggunakan fitur ‘not interest’ atau report apabila memang konten yang dinilai cenderung ofensif.

Saya setuju dengan pendapat kak meuthea, dampak dari penggunaan media sosial menjadi pilihan masing-masing orang. Terdapat orang yang menjadi motivasi dengan adanya tren tersebut, juga ada orang yang minder dan iri kemudian menjadi depresi. Akan tetapi, yang banyak saya temukan di sekitar saya, mereka cenderung menyikapi dengan pola pikir negatif. Mereka bersikap iri dan insecure dengan adanya tren tersebut.

Berdasarkan artikel yang saya baca, dampak negatif dari penggunaan media sosial yang tidak bijak adalah gejala depresi ( sumber : https://core.ac.uk/download/pdf/345243132.pdf#page=32 ). Perasaan iri dengan saldo rekening orang lain dapat menjadikan seseorang menjadi iri dengan pencapaian orang lain dan meratapi nasib yang tidak seberuntung mereka. Dan dampak buruknya adalah mereka menjadi depresi karena hal tersbut.

Menurut ku hanya sebagian orang yang merasa kesehatan mentalnya rusak karena challenge tersebut karena hal itu bisa terjadi tergantung dari cara kita memandang dan menanggapi challenge tersebut. Tren tersebut mungkin bisa jadi motivasi seseorang untuk semangat dalam bekerja dan mengumpulkan pundi-pundi rupiah namun sayangnya tidak semua orang memiliki pemikiran yang sama sehingga dapat terjadi perbedaan pandangan dan juga jawaban :blush:

Tren ini bisa menimbulkan dampak negatif maupun positif tergantung dari sudut pandang mana orang melihatnya. Ada orang yang malah termotivasi untuk bekerja lebih giat lagi agar bisa mencapai kesejahteraan finansial, ada pula orang yang merasa terbebani dan merasa insecure dengan adanya tren ini karen merasa gagal dalam menjalani kehidupan.
Dilansir dari goodtherapy.org (https://www.goodtherapy.org/blog/psychpedia/insecurity) seseorang dengan insecurity akan mengalami berbagai masalah dalam dirinya, terutama yang berhubungan dengan aspek kepercayaan diri. Namun, menurut saya kembali lagi tergantung dari pola pikir masyarakat bagaimana menanggapi hal tersebut. Apakah menjadikannya motivasi atau justru menjadi tidak percaya diri karena pencapaian oranglain sehingga menimbulkan perasaan iri.
Saya berharap tren yang ada di media sosial adalah tren yang bisa membawa dampak positif bagi banyak orang.

Setiap pembuat challenge memiliki alasan sendiri , untuk mengenai challenge pamer saldo ATM ini banyak orang orang yang menganggap sebagai hiburan dan ada yang memanfaatkan sebagai promosi agar akun sosmed mereka bisa bertambah.

Dengan review saldo ATM dapat juga menjadikan seseorang itu insecure seperti yang diungkapkan oleh Konsultan Psikologi sekaligus CEO Shine Consulting, Lina Karlina S.Psi. “Sangat bisa bikin orang insecure. Kalau insecure, orang tersebut pasti jadi merasa iri,” ungkapnya saat dihubungi Suara.com, Senin (16/8/2021).

ketika dalam konteks memotivasi itu tergantung cara pandang mereka, ketika mereka memandang bahwasanya dia bisa maka saya juga harus bisa , tetapi hanya beberapa orang yang menganggap itu sebagai motivasi karena memang banyak orang yang langsung ke sisi insecure.

[Meski Iseng, Psikolog Sebut Tren Pamer Saldo ATM Bisa Bikin Insecure]

Saya setuju dengan pendapat kakak, tren ini memang sangat membawa dampak buruk bagi masyarakat luas, apalagi dimasa pandemi seperti saat ini. Banyak masyarakat yang insecure dengan tren ini. Alangkah baiknya kita lebih mengabaikan tren yang membawa dampak negatif dan bisa memilih mana yang baik dan buruknya dari sebuah tren yang terus berganti disetiap zamannya. Kita harus memulai sselektif dalam beberapa hal. Terlebih lagi belum tentu orang yang memamerkan saldo ATM benar-benar mempunyai saldo sebanyak itu, bisa jadi settingan atau apalah itulah. Masih banyak berbagai kemungkinan yang terjadi. Jadi intinya kita harus memilih mana yang baik dan buruk karena dengan begitu kita bisa terhindar dari sifat iri dan dengki

Menurut saya, belum tentu aksi memamerkan saldo ATM dapat merusak kesehatan mental seseorang. Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar. Keadaan kesehatan mental setiap orang itu berbeda-beda. Akan ada seseorang yang menanggapi aksi memamerkan saldo ATM ini sebagai motivasi untuk menumbuhkan semangat dalam dirinya dan berpikir setiap orang bebas untuk menunjukkan rasa bahagianya di depan khalayak. Tetapi ada juga orang yang menganggap hal itu adalah perbuatan riya.

Saya pribadi memandang aksi tersebut tidak ada manfaatnya karena memamerkan saldo ATM di dunia maya selain dianggap seperti riya tetapi justru dapat mengundang kejahatan seperti perampok yang kemudian akan mengincar orang pemilik saldo atm tersebut.Selain itu di negara Indonesia masih banyak warganya yang masih hidup kesusahan dan akan lebih baik jika kita menyisihkan uang dari saldo atm kita untuk mereka. Daripada hanya dipamerkan di sosial media. Akan lebih baik jika kita mengisi sosial media dengan hal-hal yang positif dan tidak membuat orang lain iri. Meski aksi memarkan saldo ATM dapat dijadikan sebai motivasi untuk menambah semangat. Tetapi jika masih ada cara lain untuk memotivasi orang lain kenapa kita tidak mencoba cara lain yang justru lebih efektif dan tidak mebuat netizen menjadi negatif thinking.

Diskusi ini adalah diskusi yang menuju diskusi ke psikologis dan penggunaan teknologi .

Media sosial tiktok beberapa waktu lalu sempat viral dengan tagar “challange review saldo ATM”. Yaitu, tantangan memamerkan isi saldo ATM. Umumnya yang mengikuti tantangan ini saldo ATMnya berjumlah milyaran rupiah. Tentunya ini menjadi perbincangan pengguna sosial.

Pertanyaan yang muncul adalah apakah tantangan memamerkan saldo ATM ini merusak mental seseorang?

Menurut pendapat dan hemat saya, jawabannya tidak setuju apabila merusak mental seseorang. Hal ini dikarenakan tergantung bagaimana cara pandang kita melihat tantangan memamerkan saldo ATM tersebut. Pasalnya juga, kita harus memilih dengan cerdas informasi yang diberikan dimedia sosial. Ambil hal positif dari media sosial ataupun tantangan tersebut. Apabila saldo ATM yang berjumlah milyaran, jadikanlah ladang motivasi untuk kita agar mempunyai saldo ATM yang sama atau lebih yang dipamerkan di tantangan tersebut. Apabila kita berpikir tantangan tersebut merusak mental, maka skip atau hilangkan pandangan dari video tantangan tersebut. Maka, gunakanlah sosial media dengan cerdas. Apakah video tantangan tersebut membuat kita jadi sedih, atau bahkan gila? Tentu tidak. Menurut saya hal ini menjadi terlalu berlebihan apabila tantangan tersebut merusak mental. Media sosial adalah pusat informasi dan sebagai hiburan bagi penggunanya.

Maka kesimpulan diskusi ini, saya tidak setuju apabila tantangan tersebut dapat merusak mental seseorang. Karena ini tergantung cara berpikir sesesorang. Tidak bisa sepenuhnya mengatakan bahwa merusak mental seseorang akibat melihat tantangan tersebut. Gunakanlah media sosial dengan cerdas, dan selalu berpikir positif atas yang kita lihat di media sosial. Maka, otak akan merespon hal - hal baik pula sehingga psikologis kita tidak tertuju kepada hal - hal negatif.

Menurut saya tren ini tidak sepenuhnya benar dapat merusak mental seseorang. Karena tergantung bagaimana orang yang menanggapinya. Ada orang yang menanggapi itu hanya hiburan yang bisa dijadikan motivasi adapula orang yang merasa insecure karena belum bisa memiliki jumlah saldo yang lumayan besar di ATMnya. Melihat tren tersebut banyak orang yang beranggapan itu riya dan tidak pantas untuk ditiru. Menurut saya bagi para pengguna media sosial kita perlu memilih dan menanggapi sesuatu hal dengan bijak. Apabila konten tersebut membuat diri menjadi insecure lebih baik menonton hal-hal lainnya yang bisa memotivasi diri menjadi lebih baik. Terimakasih

Belakangan ini, aksi viral di salah satu sosial media menunjukkan seorang pria memamerkian saldo ATM nya yang sebesar 1,2 milliar. Apakah ini merusak mental? Mari kita bedah dari beberapa sudut pandang tertentu

  • Alasan di baliknya
    Sebenarnya yang membuat saya bertanya-tanya adalah, apa yang membuat seseorang pamer saldo? Menurut saya, tidak apa-apa sesekali memamerkan hasil kerja keras kita, namun tren ini cukup berlebihan. Apakah ia begitu ingi diakui sehingga memutuskan untuk pamer? dari sisi sang pemamer, mungkin ia sedan mengalami sesuatu seperti sedang rendah diri atau terobsesi akan kekayaan sehingga melakukan hal tersebut.

  • Bandwagon effect
    Bandwagon effect adalah suatu rantai kelakuan atau keinginan yang cenderung mengikuti apa yang sedang tren. Karena aksi ini viral, maka banyak masyarakat yang ikut-ikutan. Hal ini mendorong adanya pressure yang lebih dan berujung ke arah memaksa diri sendiri sehingga tidak baik. Belum lagi dengan ramainya hal ini, bisa memancing kejahatan tertentu.

  • Mental dalam sosial media
    Sosial media memang saat ini menjadi platform yang tidak bisa dihindari. Efek pandemi ini membuat banyak anak muda pamer dari sekrdar bermain saham sampai pamer penghasilan. Sebenarnya, hal tersebut berimbas ke penonton yang seumuran. akan mukai muncul pikiran “dia di umur segitu sudah memperoleh segitu, aku ngapain aja?” dah malah membebani diri sendiri hingga stres, padahal setiap orang punya waktunya sendiri untuk sukses

  • Jadikan motivasi
    Mungkin kita sekarang akan bahas sudut pandang yang lebih “cerah”. Sebagian orang akan menjadikan hal itu sebagai motivasi daripada beban. Namun, perlu diingat bahwa tingkat toleransi orang berbeda-beda. Tidak semuanya memiliki mental kuat sehingga hal-hal seperti ini juga harus dipikirkan

Intinya, media sosial memang media yang ditakdirkan untuk pamer. Namunm yang penting adalah bagaimana kita pintar-pintar mengolah apa yang kita lihat dan baca di media sosial. Jangan lupa bahwa setiap individu memiliki kemampuan dan kelebihannya serta rezekinya masing-masing. Sukses memiliki banyak arti, bukan hanya sekedar saldo ATM.

Untuk pernyataan tidak setuju merusak mental, menurut saya ini bisa saja merusak mental bagi orang-orang tertentu. Bayangkan jika setiap hari menonton konten tersebut. Beberapa orang yang tidak tahu kerja keras dan pengorbanan di balik saldo ATM gunung tersebut pasti langsung merasa insecure.

Maka dari itu, sangat penting untuk mengetahui latar belakang bagaimana hal itu terjadi sebelum mengambil kesimpulan. Kita harus punya pengertian bahwa tidak ada hal yang instan di dunia ini. Opini tidak merusak mental bangsa juga tidak sepenuhnya salah. Daripada lebih ke arah menyebabkan insecure orang lain, saya lebih menaruh kekhawatiran di orang yang hobi pamer karena perlu mengendalikan sifat pamernya itu. Bijak bijaklah menggunakan sosial media.

Benar sekali, apalagi ditambah dengan tren ikoy-ikoyan (tren meminta sesuatu ke selebgram dan menjelaskan latar belakangnya) yang bisa jadi ajang untuk mengemis, dan setau saya ada beberapa orang yang tidak nyaman akan hal itu.

Masih mending diminta ikoy-ikoyan… jika mengundang kejahatan bagaimana? Saat ini media sosial juga mudah bocor data pribadi seseorang. Jika tidak benar, maka akan menambah kasus penipuan dan pencurian.

Menurut saya yang merusak kesehatan mental seseorang bukanlah aksi memamerkan saldo tersebut, tapi mamang orang yang melihatnya saja yang sepertinya harus mengurang-ngurangi rasa iri di hatinya :sweat_smile: