Apakah akhirat tidak kekal ?

Surga neraka

Syurga dan neraka itu tidak kekal karena yang kekal hanyalah Allah Swt. dengan adanya dasar tersebut maka akhirat dan dunia bisa jadi tidak kekal apapakah hal ini di benarkan dalam islam?

Akhirat adalah sesuatu yang ghaib yang tidak diketahui, kecuali dengan berita wahyu baik dalam al Qur`an maupun Sunnah Rasulullah. Sehingga, seseorang tidak menetapkan suatu ketentuan, kecuali berdasarkan kepada keduanya. Namun perlu diingat dalam memahami keduanya dengan benar, harus merujuk kembali kepada para murid Rasulullah yang langsung menerima keterangan dan penjelasan beliau n dan juga melihat kepada ketentuan dan pemakaian bahasa Arab sebab Al Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab.

Demikian juga dengan pertanyaan ketidak kekalan akhirat, perlu ditanyakan, adakah di kalangan para sahabat yang menyatakan demikian?

Tidak cukup hanya dengan menyebut dalil al Qur`an, apalagi berdasarkan terjemahannya -bahasa Indonesia- kemudian menafsirkan seluruh ayat-ayat lain yang dianggap tidak sesuai dengan hipotesa yang dibuatnya sendiri.

Pendapat yang mengatakan akhirat, surga dan neraka tidak kekal, bukanlah pendapat baru. Pendapat ini hanya membangkitkan kembali pemikiran sesat al Jahmiyah, yang dipelopori Jahm bin Shafwan. Begitu juga dengan pembesar Mu’tazilah, yaitu Abu al Hudzail al ‘Allaf.

Imam Abu Ja’far ath Thahawi menyatakan :

“Surga dan neraka adalah makhluk ciptaan Allah, tidak punah selama-lamanya”.

Ketika menjelaskan perkataan Abu Ja’far ath Thahawi di atas, Imam Ibnu Abil ‘Izzi al Hanafi berkata :

“Orang yang berpendapat surga dan neraka tidak kekal adalah Jahm bin Shafwan, pemimpin al Jahmiyah. Pendapatnya ini, tidak ada seorang pun yang mendahului, baik dari kalangan sahabat ataupun tabi’in. Tidak juga dari para imam muslimin dan Ahlu Sunnah. Seluruh Ahlu Sunnah telah mengingkarinya, dan memvonis kafir kepada Jahm disebabkan pendapatnya ini”.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan :

Pendapat yang menyatakan surga dan neraka tidak kekal, maka saya tidak pernah mengetahui ada seorang pun yang menukilnya dari salah seorang salafush-shalih, baik dari kalangan sahabat maupun tabi’in. Mereka hanya menceritakan, pendapat ini dari Jahm bin Shafwan dan para pengikutnya (yaitu al Jahmiyah). Pendapat ini termasuk yang diingkari oleh para ulama besar Islam. Bahkan, menjadi argumen mereka untuk memvonis kafir terhadap al Jahmiyah, sebagaimana telah dijelaskan oleh Imam Abdullah bin Ahmad bin Hambal (dalam as Sunnah), al Atsram (dalam as Sunnah), dan Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il al Bukhari (dalam Halqu Af’al al ‘Ibad) serta lainnya dari Kharijah bin Mush’ab, bahwa ia berkata : Al Jahmiyah menjadi kafir berdasarkan beberapa ayat dari al Qur`an. Di antaranya empat ayat.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

[buahnya tak henti-henti (kekal), sedang naungannya (demikian pula) -al Ra’ad/13 ayat 35-].

Mereka menyatakan, tidak kekal.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

Sesungguhnya ini adalah benar-benar rizki dari Kami yang tiada habis-habisnya (Shad/38 ayat 54)

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

Yang tidak berhenti (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya (Waqi’ah/56 ayat 33).

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

Sebagai karunia yang tiada putus-putusnya. (Hud/11 ayat 108)

Dari ayat-ayat tersebut sudah jelas bahwa akhirat adalah kekal.