Apa yang terjadi jika suatu pengurus dari suatu organisasi tidak menerapkan konsep-konsep computational thinking dalam pengorganisasian?

berpikir komputasi untuk organisasi

Organisasi adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk mencapai tujuan bersama. Tentunya organisasi tersebut harus mempunyai pengurus agar organisasi tersebut dapat terstruktur dan berjalan dengan baik.

Apa yang terjadi jika suatu pengurus dari suatu organisasi tidak menerapkan konsep-konsep computational thinking dalam pengorganisasian ?

Sebelum kita mengerti apa akibat jika seorang pengurus organisasi tidak menerapkan konsep computational thinking dalam pengorganisasian, tentunya kita harus mengenal terlebih dahulu apa itu computational thinking. Computational thinking adalah sebuah pendekatan dalam proses pembelajaran. CT ini memiliki peran penting dalam mendukung kita untuk menyelesaikan suatu masalah. Berpikir secara komputasi adalah teknik pemecahan masalah yang sangat luas penerapannya. Beberapa metode dalam CT ini adalah dekomposisi, pattern recognition, abstraksi, serta algorithm design.

Di dalam suatu organisasi, tentunya terdapat orang-orang yang menjadi pengurus atau manajer dalam organisasi tersebut. Sebagai seorang manajer atau pengurus, tentunya mereka harus mampu menghadapi dan memecahkan masalah yang terjadi dalam organisasi tersebut. Oleh karena itu pengurus atau manajer dalam suatu organisasi memerlukan cara berpikir secara komputasional agar dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Jika pengurus atau manajer dalam organisasi tidak menerapkan cara berpikir secara komputasional, pengurus atau manajer tersebut tentunya akan kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Masalah yang tidak dapat diselesaikan dapat menghambat organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau direncanakan. Selain itu pengurus yang tidak menerapkan konsep berpikir secara komputasi tidak mampu dalam menganalisa dan mengorganisasi data. Jika tidak bisa menganalisa data, kita tidak bisa menganalisa apa penyebab dari masalah yang timbul dalam organisasi tersebut. Jika tidak bisa mengetahui apa penyebab dari masalah tersebut, tentunya masalah itu tidak dapat terselesaikan. Orang yang berpikir secara komputasional tentunya mampu mengimplementasikan solusi dengan berbagai kombinasi langkah secara efektif. Namun jika tidak memiliki karakteristik tersebut, tentunya manajer tersebut tidak mampu dalam mengimplementasikan solusi yang ada secara efektif dan sesuai dengan masalah yang ada. Sehingga masalah yang ada dalam organisasi tersebut tidak dapat terselesaikan.

Berpikir komputasi (Computational Thinking) adalah sebuah metoda pemecahan masalah dengan mengaplikasikan/melibatkan teknik yang digunakan oleh software engineer dalam menulis program. Berpikir komputasi tidak berarti berpikir seperti komputer, melainkan berpikir tentang komputasi di mana sesorang dituntut untuk (1) memformulasikan masalah dalam bentuk masalah komputasi dan (2) menyusun solusi komputasi yang baik (dalam bentuk algoritma) atau menjelaskan mengapa tidak ditemukan solusi yang sesuai.

Karakteristik berpikir komputasi adalah:

  1. Mampu memberikan pemecahan masalah menggunakan komputer atau perangkat lain.
  2. Mampu mengorganisasi dan menganalisa data.
  3. Mampu melakukan representasi data melalui abstraksi dengan suatu model atau simulasi.
  4. Mampu melakukan otomatisasi solusi melalui cara berpikir algoritma.
  5. Mampu melakukan identifikasi, analisa dan implementasi solusi dengan berbagai kombinasi langkah / cara dan sumber daya yang efisien dan efektif.
  6. Mampu melakukan generalisasi solusi untuk berbagai masalah yang berbeda.

Berpikir komputasi ditujukan untuk menyelesaikan masalah, bukan hanya untuk masalah seputar ilmu komputer, melainkan juga untuk menyelesaikan beragam masalah. Machine learning misalnya, telah menggubah bagaimana ilmu statistika dimanfaatkan. Sedangkan dalam bidang ilmu biologi, data mining (yang merupakan konsep komputasi) dapat melakukan pencarian pada sejumlah besar data untuk menemukan pola-pola. Harapannya adalah struktur data dan algoritma (yang merupakan teknik abstraksi pada ilmu komputer) dapat menggambarkan struktur protein dengan cara yang menjelaskan fungsi-fungsi mereka.

Begitu juga halnya dengan seseorang yang akan menjadi seorang pemimpin dalam suatu organisasi.
Contohnya adalah seorang manajer. Seorang manajer harus dan diwajibkan memiliki pola pemikiran yang Computational Thingking. Karna untuk mencapai suatu tujuan atau untuk bisa memecahkan suatu permasalahan, ia harus bisa menentukan “Apa” Masalah yang sedang dihadapi. Maka dari situ akan diketahui apa langkah yang perlu diambil untuk nenyelesaikannya. Baik itu pengumpulan data, menganalisis permasalah, dan pemutusan langkah apa yang harus diterapkan.

Apa jadinya jika seorang manajer tidak memiliki pola fikir yang Computational. Masa ia, beliau langsung mengambil keputusan tanpa tau akar permasalahan yang sedang dihadapi perusahaan yang ia pimpin.

Sebelum mengetahui apa akibatnya mari melihat apa computational thinking itu. Computational thinking merupakan cara berfikir yang biasanya dipakai oleh para programmer, namun sebenarnya computational thinking banyak sekali diterapkan pada bidang bidang lainya. Bahkan sekarang, Amerika, Inggris, serta Google memberi perlakuan kusus tentang cara berfikir computational. Amerika dan inggris mulai menerapkan mata pelajaran ini pada SMA di sana, sedangkan Google mencari dan mendidik guru guru dalam bidang computational thinking.

Computational thinking memiliki 3 paket penting didalamnya, yaitu dekomposisi, pengenalan pola, dan abstraksi. Pada dekomposisi, seseorang dituntut untuk memecah data, informasi, atau masalah yang sebelumnya kompleks agar menjadi lebih sederhana dan tugas tugas yang lebih mudah dikelola
Pengenalan pola adalah sebuah kemampuan untuk melihat sebuah pola atau bahkan perbedaan pola, dan keteraturan dalam data, masalah, informasi, maupun tugas, yang nantinya akan digunakan dalam membuat prediksi untuk menyelesaikan masalah tersebut maupun penyajian data.
Abstraksi berarti melakukan generalisasi dan mengidentifikasi prinsip prinsip umum yang menghasilkan pola atau keteraturan tertentu.

Sebuah kepentingan computational thinking didalam organisasi, ditentukan pada siapa dan apa posisi yang menggunakannya. Ketika seorang manajer dari suatu organisasi menggunakan computational thinking, pasti akan lebih berpengaruh daripada missal suatu pengurus yang hanya melaksanakan tugas dari atasan. Maka dari itu, sebenarnya tidak semua pengurus perlu menerapkan computational thinking, namun, bagi atasan, seperti manajer, ketua, dan lain lain, Jika mereka tidak menerapkan computational thinking, maka yang terjadi adalah, masalah masalah yang berada dalam perusahan akan susah untuk diselesaikan, mengapa? karena manajer atau ketua akan melihat masalah tersebut dalam hal yang besar, seperti ketika memberi makan kepada anak anak kucing yang banyak, kita membagi makanan menjadi sedikit sedikit agar setiap anak kucing bias menghabiskannya, computational thinking juga bersifat demikian, masalah dalam perusahaan akan pecah menjadi masalah yang lebih sederhana, dan tugasnya dapat diberikan kepada beberapa anggota, namun jika masalah tersebut tidak di dekomposisi terlebih dahulu, maka pembagian tugas akan sulit, dan tidak akan ada suatu spesialisasi dalam perusahaan tersebut.