Apa Yang Terjadi Jika Seorang Pekerja Mengalami Defisiensi Gizi?

Meningkatkan status gizi penduduk merupakan basis pembentukan SDM yang berkualitas (sehat, cerdas, produktif, dan mandiri). Penduduk yang tidak cukup mengkonsumsi pangan, atau mungkin konsumsi pangan sudah mencukupiakan tetapi jika pada konsumsi sehari-hari tidak seimbang akan menimbulkan masalah pada penduduk. Gizi kerja adalah gizi yang diterapkan pada karyawan untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan jenis dan tempat kerja dengan tujuan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas yang setinggi-tingginya. Gizi kerja merupakan upaya promotif, syarat penting untuk meningkatkan derajat kesehatan dan produktivitas kerja. Penerapan gizi kerjadi perusahaan menjadi keharusan investasi yang rasional bagi perbaikan kualitas tenaga kerja. Selain terkait dengan aspek kesehatan, dalam gizi kerja juga terkandung aspek kesejahteraan dan pengembangan sumber daya (Anies, 2014).

Keadaan gizi seseorang dapat dipengaruhi oleh perilaku pola konsumsi. Kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi akan mempengaruhi keadaan giz idan kesehatan seseorang. Adanya semua zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh menunjukan suatu kualitas makanan, sedangkan untuk jumlah masing-masing zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh menunjukan kuantitas makanan. Kondisi keadaan gizi yang baik didapatkan dari susunan makanan yang memenuhi kebutuhan tubuh baik dari segi kuantitas maupun segi kualitas. Asupan zat gizi yang baik dibutuhkan oleh seorang pekerja agar dapat menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi. Dalam mengkonsumsi makanan, konsumsi pangan sumber energi sangat perlu diperhatikan. Hal tersebut disebabkan karena sumber pangan energi diperlukan oleh tubuh untuk menghasilkan tenaga, selain itu, energi juga dibutuhkan oleh manusia untuk melakukan aktivitas fisik, menunjung pertumbahan tubuh dan mempertahankan kehidupan seseorang (Almatsier, 2010).

Kebutuhan asupan gizi seseorang dipengaruhi oleh faktor usia,jenis kelamin, aktivitas, berat badan dan tinggi badan (Par’i, 2017). Konsumsi energi seorang pekerja dapat menentukan kondisi kesehatan dan kemampuan fisik atau daya kerjanya, sehingga energi yang keluar dalam melakukan segala aktivitasnya sangat bergantung pada konsumsi energi pekerja. Asupan energi yang tidak sesuai dengan kebutuhan pekerja untuk melakukan aktivitasnya menyebabkan daya kerja menurun, sehingga dapat timbul berbagai masalah seperti kelelahan kerja hingga menurunnya produktivitas pekerja. Rendahnya konsumsi pekerja dapat dipicu oleh fasilitas penyelenggaraan makanan yang belum disediakan oleh pihak perusahaan dan hanya diberikan dalam bentuk uang menjadi salah satu penyebab pemenuhan energi dan zat gizi lainnya tidak sesuai dengan kebutuhan pekerja (Sari dan Muniroh, 2017).

Asupan energi menjadi faktor utama yang dibutuhkan oleh pekerja untuk melakukan kegiatan umum dan juga untuk melaksanakan kerja. Hal tersebut dapat sangat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitasnya. Dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja, pemantauan status gizi dan pola konsumsi pekerja menjadi suatu aspek yang cukup penting. Defisiensi zat-zat gizi dalam makanan akan menyebabkan adanya gangguan kesehatan dan penurunan produktivitas kerja (Anies, 2014). Pada dasarnya produktivitas mempunyai kaitan yang erat dengan sistem produksi, dimana faktor-faktor seperti bangunan perusahaan, modal/kapital seperti mesin, bahan baku, peralatan kerja serta tenaga kerja itu sendiri, dikelola dengan cara yang terorganisir untuk mewujudkan suatu produk secara efesien dan efektif (Wignjosoebroto, 2016).

Oleh karena itu jika seorang pekerja mengalami defisiensi gizi akan sangat berpengaruh pada produktivitas kerja. Seseorang tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik, sedangkan seseorang yang kurus dengan kekurangan berat badan tingkat berat maupun ringan maka orang tersebut akan kurang mampu bekerja keras. Namun jika apabila pekerja mengalami kelebihan berat badan maka orang tersebut kurang gesit dan lamban dalam bekerja. Jadi seharusnya perusahaan memastikan pekerjanya memfasilitasi gizi kerja dengan baik sehingga pekerja mempunyai berat badan normal dan akan lebih lincah dalam bekerja.

Referensi
Almatsier. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Anies. 2014. Kedokteran Okupasi: Berbagai Penyakit Akibat Kerja dan Upaya Penanggulangan dari Aspek Kedokteran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Par’i HM. 2017. Penilaian Status Gizi. Rezkina E, editor. Jakarta: EGC.
Sari AR dan Muniroh L. 2017. Hubungan kecukupan asupan energi dan status gizi dengan tingkat kelelahan kerja pekerja bagian produksi (studi di PT. Multi Aneka Pangan Nusantara Surabaya). Amerta Nutrition, 1(4), pp.275-281.
Wignjosoebroto S. 2016. ERGONOMI Studi Gerak dan Waktu. I Ketut Gunarta, editor. Surabaya: Prima Printing.