Apa Yang Terjadi Bila Indonesia Tidak Mengalami Krisis 1998?

Indonesia pada tahun 1998 pernah mengalami masa suram. Masalah ekonomi dan harga-harga yang melambung tinggi menyebabkan ekonomi di Indonesia tumbang. Hal ini menjadi penyebab mengapa sejumlah kelompok mahasiswa melakukan orasi di gedung MPR meminta agar presiden Soeharto turun dari jabatannya yang sudah berjalan selama 32 tahun.

Dampaknya, reformasi-pun berkumandang terutama di ibu kota. Hal ini tentu merubah berbagai hal, salah satunya adalah hak media massa yang dulu ditekan kebebasannya oleh pemerintah menjadi sebuah kebebasan berekspresi. Namun, di zaman sekarang ini ditambah lagi dengan berbagai perkembangan di media sosial menimbulkan sebuah masalah baru yaitu berita-berita hoax.

2 Likes

“KEAJAIBAN yang hilang”. Itulah istilah yang paling pantas diberikan bagi perekonomian Indonesia sepanjang tahun 1998.

Tahun 1998 menjadi saksi bagi tragedi perekonomian bangsa. Keadaannya berlangsung sangat tragis dan tercatat sebagai periode paling suram dalam sejarah perekonomian Indonesia. Mungkin dia akan selalu diingat, sebagaimana kita selalu mengingat black Tuesday yang menandai awal resesi ekonomi dunia tanggal 29 Oktober 1929 yang juga disebut sebagai malaise.

Hanya dalam waktu setahun, perubahan dramatis terjadi. Prestasi ekonomi yang dicapai dalam dua dekade, tenggelam begitu saja. Dia juga sekaligus membalikkan semua bayangan indah dan cerah di depan mata menyongsong milenium ketiga.

> Seperti efek bola salju, krisis yang semula hanya berawal dari krisis nilai tukar baht di Thailand 2 Juli 1997, dalam tahun 1998 dengan cepat berkembang menjadi krisis ekonomi, berlanjut lagi krisis sosial kemudian ke krisis politik.

Akhirnya, dia juga berkembang menjadi krisis total yang melumpuhkan nyaris seluruh sendi-sendi kehidupan bangsa. Katakan, sektor apa di negara ini yang tidak goyah. Bahkan kursi atau tahta mantan Presiden Soeharto pun goyah, dan akhirnya dia tinggalkan. Mungkin Soeharto, selama sisa hidupnya akan mengutuk devaluasi baht, yang menjadi pemicu semua itu.

Terlepas dari segal macam isu perihal krisi moneter 1998, ada kalanya kita sedikit berandai-andai, seandainya krisis 1998 tidak pernah terjadi, perubahan apa yang akan terjadi selanjutnya pada Negeri kita tercinta ini?

1. Berubah status dari Negara berkembang menjadi Negara Maju!

Sudah pasti Indonesia akan bersanding sejajar dengan China, Jepang, Dan Juga Korea Selatan, hemat katanya Indonesia akan menjadi negara termaju di Asia Timur khususnya Asia Tenggara. Dengan margin pertumbuhan ekonomi dari tahun 1990 - 1997 secara konstan sebesar 7% pertahun! Hal ini sama dengan pertumbuhan Jepang setelah perang dunia ke 2 hingga tahun 1990! Menajubkan!

2. Dalam sektor pangan, Indonesia berhasil mentransformasi ketahanan pangan masyarakat!

Yang jelas kita akan swasembada pangan, bukan mengimpor, tapi justru mengekspor kekayaan pangan kita ke seluruh dunia khususnya Asia Tenggara, dengan nilai tukar rupiah rata-rata Rp. 2500 per $1.

Dari bukti yang ada, negara yang menjadi langganan Indonesia dalam ekspor pangan adalah vietnam, Myanmar dan Laos.

3. Negara maritim yang menghasilkan industri penerbangan sepadan dengan Boeng dan Airbus

“N250 dulu sempat menjadi kebanggaan bangsa Indonesia, namun karena ada negara yang takut Indonesia berkembang pesat di Industri penerbangan, pesawat itu tidak boleh dilanjutkan proyek pengerjaannya,” kata Asisten Direktur Utama Bidang Bisnis Pemerintah PT Dirgantara Indonesia (PT DI) Irzal Rinaldi ditemui di The 12th Langkawi International Maritime & Aerospace & Exhibition, Malaysia, Rabu (27/3/2013)".

Pesawat ini merupakan primadona IPTN dalam usaha merebut pasar di kelas 50-70 penumpang dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya (saat diluncurkan pada tahun 1995). Menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng. Namun akhirnya pesawat ini dihentikan produksinya setelah krisis ekonomi 1997.

4. Negara produsen otomotif kelas dunia : Timor!

Keinginan Soeharto mewujudkan produksi dan pemasaran mobnas, untuk swadaya kendaraan dalam negeri membuahkan Instruksi Presiden (Inpres) No.2/1996. Isinya memerintahkan kepada Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Penggerak Dana Investasi/Ketua Badan Koordinasi, untuk “melicinkan” proses kelahiran mobnas yang memiliki unsur, mengenakan merek sendiri, serta diproduksi dan menggunakan komponen dalam negeri.

5. Sistem kepala negara yang absolut!

Yang jelas, sama halnya seperti yang terjadi di Singapura, apabila rakyat senang dengan kinerja pemerintah, otomatis rakyat akan memilih penerus yang berasal dari pemimpin negaranya tersebut, sama halnya dengan Bapa Soeharto, mungkin beliau akan pensiun pada tahun 2005an atau bisa juga sampai tahun sekarang baru pensiun… hehehe

6. Pembatasan peran media : Internet, cetak dan TV

Pada masa orde baru, segala penerbitan di media massa berada dalam pengawasan pemerintah yaitu melalui departemen penerangan. Bila ingin tetap hidup, maka media massa tersebut harus memberitakan hal-hal yang baik tentang pemerintahan orde baru. Pers seakan-akan dijadikan alat pemerintah untuk mempertahankan kekuasaannya, sehingga pers tidak menjalankan fungsi yang sesungguhnya yaitu sebagai pendukung dan pembela masyarakat. Nah apalagi buat internet, kemungkinan FB dan Twitter pasti tidak bisa diakses dengan mudah.

7. Bertransformasi menjadi sebuah negara yang ditakuti di Asia

Dari segi senioritas, Indonesia adalah pioner dalam menghadirkan teknologi airborne surveillance system. Dibuktikan ketika pada Boeing 737 Surveillance Patmar (Patroli Maritim) hadir dengan radar SLAMMR (Side Looking Airborne Multi Mission Radar). Pesawat intai maritim ini mulai digunakan TNI AU sejak Juni 1982.

Nah dari 7 hal tersebut mungkinkah akan terjadi ditahun yang akan datang? Semoga…

2 Likes