Apa yang mendorong krisis ketahanan pangan dan gizi saat masa pandemic covid-19?

Merespon darurat kesehatan menjadi tanggung jawab utama pemerintah. Respon tersebut digunakan untuk mencegah penyebaran virus lebih banyak pada masyarakat. Ancaman penyebaran wabah menyebabkan adanya bahaya ketahanan pangan dan gizi. Lalu, Apa yang mendorong krisis ketahanan pangan dan gizi saat masa pandemic covid-19?

COVID-19 dapat mempengaruhi ketahanan pangan dan nutrisi melalui tiga acara utama:

  1. Penurunan pendapatan mengurangi kemampuan seseorang untuk membeli makanan sehingga permintaan mengalami penurunan
  2. Pasokan yang terganggu disebabkan oleh tindakan lockdown dan pembatasan produksi serta mengganggu rantai nilai pangan
  3. Kepanikan dan penimbunan makanan dipicu oleh respons kebijakan peningkatan harga dan penurunan pasokan
    Wabah COVID-19 dan krisis ekonomi mengakibatkan jutaan manusia terutama yang bekerja pada sector informal kehilangan pekerjaan dan pendapatan sehingga tidak dapat membeli makanan yang cukup. Tidak adanya pendapatan akan mendorong kelaparan selama pandemic berlangsung. Saat pandemic, ekonomi global diperkirakan turun sebesar 4.8% dibandingkan tahun 2019 serta memperkirakan 95 juta orang jatuh dalam kemiskinan ekstrem pada tahun 2020. Hal ini sebagian besar terjadi di Afrika sub-Sahara dan Asia selatan. Krisis ini didorong oleh dampak langsung dari pandemic dan kebijakan publik yang menerapkan pembatasan sosial dan lockdown untuk mengurangi kerusakan kesehatan. Orang orang di perkotaan akan lebih sering terkena dampak dibandingkan di daerah pedesaan. Sedangkan pengurangan sosoial banyak terganggu pada sector jasa. Diperkirakan akan terjadi peningkatan kemiskinan sebesar 15% diperkotaan dan 11% di pedesaan. Namun, sebagian besar orang yang terkena wabah akan lebih mudah pada daerah pedesaan.

Sumber:
Laborde, D., & Smaller, C. (2020). What Would it Cost to Avert the COVID-19 Hunger Crisis? Washington: International Institute for Sustainable Development (IISD).