Apa yang membuat kalian tidak mau membuka hati untuk orang lain?

Saya pernah mengalami toxic relationship. Menurut saya sangat wajar jika seseorang yang pernah terjebak pada situasi tersebut mengalami trauma sehingga tidak membuka hati lagi pada orang lain. Ketika kita sudah terjebak pada hubungan tidak sehat, itu akan mempengaruhi kesehatan mental kita bahkan juga bisa mengurangi kepercayaan kita terhadap orang lain. Ini bisa menjadi trauma berat ataupun ringan. Pastinya setiap orang tidak akan mau mengalami hal buruk dengan orang yang disayang, jika itu terjadi akan menjadi kenangan buruk yang tidak akan pernah terlupakan. Hubungan yang tidak sehat menurut saya juga ada tingkatannya. Tidak sehat secara verbal (berkata kasar, mengejek, atau hal serupa), tidak sehat secara nonverbal (sudah main fisik), dan ada juga yang keduanya. Jika sudah terjadi pada tahap yang parah untuk akan menjadi pukulan telak yang bahkan mungkin harus disembuh oleh seorang profesional. So, buat kamu pintar-pintar dalam memilih pasangan ya! Jangan mudah percaya kata-kata manis, kita harus menilai dari tindakannya juga dan jangan terlalu menaruh perasaan besar terhadap manusia atau kamu akan merasa kecewa nantinya.

Kalo saya pribadi tidak ingin menjalin hubungan dengan orang lain karena saya memiliki prinsip fokus pada kuliah dulu setelah selesai dan kerja baru fokus ke pasangan, saya merasa kalo sekarang menjalin hubungan itu dapat menggangu fokus saya terhadap kuliah. Dulu pernah mencoba dan hasilnya mengganggu proses belajar, selain itu karena trauma dengan masalalu.

Alasan paling umum yang saya temukan ketika mendengar cerita orang lain adalah karena trauma masa lalu, kisah lama yang belum usai, atau memang sedang dalam fase mati rasa. Saya rasa setiap orang pasti pernah merasa tidak ingin membuka hati untuk orang lain. Tentunya dengan alasan mereka yang beragam. Saya pribadi mengalami hal tersebut karena merasa masih takut dan khawatir, trauma yang berasal dari hubungan sebelumnya. Pernah berada dalam hubungan yang tidak sehat tentunya sangat berpengaruh dengan keputusan saat ini untuk tidak membuka hati bagi orang lain. Meski sudah berdamai dengan diri sendiri dan masa lalu, terkadang menutup hati memang karena dari diri sendiri belum merasa perlu untuk membukanya lagi.

Kalau saya pribadi, di usia yang seperti ini, rasanya sulit untuk memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan hubungan romantis, terutama setelah mengalami patah hati. Para individu dewasa awal juga pasti sudah bosan atau malas jika harus memikirkan dan membuka hati untuk seseorang karena dianggap membuang-buang waktu, atau sudah bukan masanya. Banyak individu yang merasa bahwa karirnya lebih penting daripada harus memikirkan hubungan romantis.

Kita sering menutup diri ketika peristiwa traumatis terjadi dalam hidup kita; alih-alih membiarkan dunia melembutkan kita, kita membiarkannya mendorong kita lebih dalam ke dalam diri kita sendiri. Kami mencoba untuk menangkis rasa sakit dan rasa sakit dengan berpura-pura itu tidak ada, tetapi meskipun kami dapat mencoba semua yang kami inginkan, pada akhirnya, kami tidak dapat bersembunyi dari diri kami sendiri. Kita perlu belajar untuk membuka hati kita terhadap potensi kehidupan dan membiarkan dunia melembutkan kita.

Kapan pun kita mulai membiarkan ketakutan dan keseriusan menguasai diri kita, kita harus mundur selangkah dan mengevaluasi kembali perilaku kita. Hal-hal yang tercantum di bawah ini adalah tujuh cara Anda dapat membuka hati Anda lebih penuh dan sepenuhnya.

  1. Bernapaslah dalam rasa sakit
    Kapan pun situasi yang menyakitkan muncul dalam hidup Anda, cobalah untuk menerimanya alih-alih melarikan diri atau mencoba menutupi rasa sakit itu. Saat kesedihan menyerang, tarik napas dalam-dalam dan bersandarlah padanya. Ketika kita lari dari kesedihan yang terjadi dalam hidup kita, itu menjadi lebih kuat dan lebih nyata. Kami mengambil emosi yang cepat berlalu dan menjadikannya peristiwa yang solid, alih-alih sesuatu yang melewati kami.

Dengan memanfaatkan napas kita, kita melembutkan pengalaman kita. Jika kita membendungnya, hidup kita akan mandek, tetapi ketika kita membiarkannya mengalir, kita membiarkan lebih banyak hal baru dan pengalaman yang lebih besar berkembang.

  1. Rangkullah yang tidak nyaman
    Kita semua tahu seperti apa rasa cemas itu. Kita tahu bagaimana rasa takut dalam tubuh kita: ketegangan di leher kita, sesak di perut kita, dll. Kita dapat berlatih bersandar pada perasaan tidak nyaman ini dan membiarkannya menunjukkan ke mana kita harus pergi.

Dorongan awal adalah melarikan diri — mencoba dan menekan perasaan ini dengan tidak mengakuinya. Ketika kita melakukan ini, kita menutup diri dari bagian-bagian kehidupan kita yang paling perlu kita alami. Lain kali Anda merasa benar-benar tidak nyaman, bantulah diri Anda sendiri dan bersandarlah pada perasaan itu. Bertindak terlepas dari rasa takut.

  1. Tanyakan pada hatimu apa yang diinginkannya
    Kita sering bingung pada langkah selanjutnya yang harus diambil, membuat daftar pro dan kontra sampai mata kita berdarah dan otak kita sakit. Alih-alih selalu mengambil pendekatan ini, bagaimana jika kita melibatkan bagian baru dari diri kita yang biasanya tidak terlibat dalam proses pengambilan keputusan?

Kalau saya sendiri memiliki beberapa alasan saya tidak mau membuka hati untuk orang lain. Pertama, saya masih nyaman dan fokus mengembangkan diri saya sendiri. Alasan ini mungkin terdengar sangat klise bagi sebagian orang, tapi di umur saya sekarang ini, saya masih tertarik untuk mengeksplor dan mencoba berbagai macam kesempatan baru. Hal ini membuat hidup saya saat ini berfokus pada diri sendiri. Kedua, saya sedang tidak ingin berkomitmen untuk menjaga perasaan seseorang. Ketika membangun hubungan romantis, tentu kita jadi terikat dengan orang tersebut sehingga ketika mengambil keputusan-keputusan dalam hidup pun harus mempertimbangkan perasaan orang tersebut. Ketiga, saya merasa bahwa kehadiran orang-orang yang saya miliki sekarang, seperti keluarga dan teman dekat pun sangat cukup untuk saya, bahkan seringkali saya lupa meluangkan waktu bersama mereka. Saya ingin lebih mengapresiasi orang-orang yang saya miliki dibanding mencari orang baru.

Berbicara mengenai hati, bagi saya pribadi terdapat beberapa alasan untuk tidak membuka hati kepada orang lain diantaranya ialah trauma masa lalu dan ingin mencoba untuk fokus terhadap diri sendiri. Hubungan yang telah dibangun bertahun-tahun sehingga tertanam kepercayaan terhadap masing-masing pasangan kemudian hancur begitu saja akan meninggalkan luka yang amat dalam. Hal ini kemudian mampu membuat seseorang menjadi mati rasa terhadap percintaan sehingga tidak tertarik untuk berurusan atau membuka hati dengan orang-orang baru. Selain karena trauma luka masa lalu, alasan untuk tidak membuka hati kepada orang lain ialah karena lebih fokus untuk pengembangan diri baik dalam karir maupun pendidikan.