Apa yang kamu ketahui tentang Konseling Behavior?

Konseling Behavior

Apa yang kamu ketahui tentang Konseling Behavior?

Pendekatan behavior adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia. Hakikat manusia dalam konseling behavior adalah perilaku manusia ditentukan dan menentukan lingkungan (Corey, 2007).

Asumsi dasar menurut Skinner (Alwisol, 2009: 320) yaitu:

  1. tingkah laku mengikuti hukum tertentu
  2. tingkah laku dapat diramalkan
  3. tingkah laku dapat dikontrol.

Skinner menganggap kemampuan memanipulasi kehidupan dan tingkah laku manusia – keberhasilan mengontrol kejadian atau tingkah laku manusia – merupakan bukti kebenaran suatu teori.

Landasan dari penggunaan teknik ini karena tingkah laku dapat dipelajari dan dapat diubah dengan memberikan penguatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul. Teknik kontrak perilaku didasarkan atas pandangan bahwa membantu konseli untuk membentuk perilaku tertentu yang diinginkan dan memperoleh ganjaran tertentu sesuai dengan kontrak yang disepakati atau komitmen diri.

Karakteristik Konseling Behavior

Pada dasarnya, proses konseling merupakan suatu proses pengalaman belajar untuk membantu individu mengubah perilakunya agar dapat memecahkan masalahnya. Corey (2007) mengemukakan bahwa ciri-ciri konseling behavior adalah:

  1. pemusatan perhatian kepada tingkah laku yang tampak dan spesifik;
  2. kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment;
  3. perumusan prosedur treatment yang spesifik yang sesuai dengan masalah; dan
  4. penaksiran objektif atas hasil-hasil terapi.

Ciri-ciri utama konseling behavior yang dikemukakan oleh Krumboltz adalah sebagai berikut:

  1. Proses pendidikan, konseling merupakan proses pendidikan, dengan kata lain, konseling membantu konseli mempelajari tingkah laku baru untuk memecahkan masalahnya. Konseling menggunakan prinsip-prinsip belajar yang efektif untuk membentuk dasar-dasar pemberian bantuan kepada konseli;

  2. Teknik dirakit secara individual, teknik konseling yang digunakan pada setiap konseli berbeda-beda tergantung pada masalah dan karakteristik konseli. Dalam proses konseling, proses asesmen, dan teknik-teknik dibangun oleh konseli dengan bantuan konselor;

  3. Metodologi ilmiah, konseling behavioral dilandasi oleh metode ilmiah dalam melakukan asesmen dan evaluasi konseling. Konseling ini menggunakan observasi sistematis, kuantifikasi data dan kontrol yang tepat.

Tujuan Konseling Behavior

Latipun (2008) mengemukakan bahwa tujuan konseling behavior adalah mencapai kehidupan tanpa mengalami perilaku simtomatik, yaitu kehidupan tanpa mengalami kesulitan atau hambatan perilaku, yang dapat membuat ketidakpuasan dalam jangka panjang atau mengalami konflik dengan kehidupan sosial.

Secara khusus tujuan konseling behavioral mengubah perilaku salah dalam penyesuaian dengan cara-cara memperkuat perilaku yang diharapkan,dan meniadakan perilaku yang tidak diharapkan serta membantu menemukan cara-cara berperilaku yang tepat.

Tujuan konseling behavior (Komalasari, 2011) berorientasi pada pengubahan atau modifikasi perilaku konseli, yang diantaranya untuk:

  1. Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar;

  2. Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif;

  3. Memberi pengalaman belajar yang adaptif namun belum dipelajari;

  4. Membantu konseli membuang respon-respon yang lama yang merusak diri atau maladaptif dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat dan sesuai (adjustive);

  5. Konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang maladaptif, memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan;

  6. Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran dilakukan bersama antara konseli dan konselor.

Dalam perumusan tujuan konseling, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: tujuan konseling dirumuskan sesuai keinginan konseli,konselor harus bersedia membantu konseli mencapai tujuan konseli, harus mempertimbangkan kemampuan konseli untuk mencapai tujuan. Selain itu mengatakan bahwa konselor dan konseli bersama-sama mengidentifikasi risiko yang berhubungan dengan tujuan dan menilai risiko tersebut, bersama mendiskusikan kebaikan yang diperoleh dari tujuan, dan konselor membantu konseli menjabarkan bagaimana dia akan bertindak di luar cara-cara sebelumnya (Komalasari, 2011).

Tahap-Tahap Konseling Behavior

Menurut Komalasari (2011) konseling behavior memiliki empat tahap yaitu melakukan asesmen (assessment), menentukan tujuan (goal setting), mengimplementasikan teknik (technique implementation), evaluasi dan mengakhiri konseling (evaluation termination).

1. Melakukan Asesmen (Assessment)

Tahap ini bertujuan untuk menentukan apa yang dilakukan oleh konseli pada saat ini. Asesmen yang dilakukan adalah aktivitas nyata, perasaan dan pikiran konseli. Dalam kegiatan asesmen, konselor melakukan analisis ABC. Analisis ABC yaitu:

  • A = Antecedent (pencetus perilaku)

  • B = Behavior (perilaku yang dipermasalahkan), tipe tingkah laku, frekuensi tingkah laku, durasi tingkah laku, intensitas tingkah laku, data tingkah laku. Data ini akan menjadi data awal (baseline data) yang akan dibandingkan dengan data tingkah laku setelah intervensi.

  • C = Consequences (konsekuensi atau akibat perilaku tersebut)

2. Menetapkan Tujuan (Goal Setting)

Konselor dan konseli menetapkan tujuan konseling sesuai dengan kesepakatan bersama berdasarkan informasi yang telah disusun dan dianalisis.

3. Implementasi Teknik (Technique Implementation)

Setelah tujuan konseling dirumuskan, konselor dan konseli menentukan strategi belajar yang terbaik untuk membantu konseli mencapai perubahan tingkah laku yang diinginkan. Konselor dan konseli mengimplementasikan teknik-teknik konseling sesuai dengan masalah yang dialami oleh konseling (tingkah laku excessive atau deficit).

4. Evaluasi dan Pengakhiran (Evaluation-Termination)

Evaluasi konseling merupakan proses yang berkesinambungan. Evaluasi dibuat atas dasar apa yang konseli perbuat. Tingkah laku konseli digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas konselor dan efektivitas tertentu dari teknik yang digunakan. Terminasi lebih dari sekedar mengakhiri konseling. Terminasi (Komalasari, 2011), meliputi:

  • Menguji apa yang konseli lakukan terakhir.
  • Eksplorasi kemungkinan kebutuhan konseli tambahan.
  • Membantu konseli mentransfer apa yang dipelajari dalam konseling ke tingkah laku konseli.
  • Memberi jalan untuk memantau secara terus-menerus tingkah laku konseli.

Sedangkan menurut Krumboltz dan Baker, langkah-langkah yang ditempuh dalam konseling behavior** adalah:

  1. Mendefinisikan masalah dan tujuan konseli
  2. Bersama-sama sepakat untuk mencapai tujuan konseling;
  3. Menghasilkan pemecahan masalah alternatif;
  4. Mengkaji konsekuensi alternatif;
  5. Menilai kembali alternatif dan konsekuensi;
  6. Mengambil keputusan atau secara tentatif memilih suatu alternatif yang kontingen pada perkembangan baru;
  7. Menggeneralisasi proses pengambilan keputusan terhadap problem baru.