Apa yang kamu ketahui tentang hubungan Net Ekspor dan Pertumbuhan ekonomi?

hubungan Net Ekspor dan Pertumbuhan ekonomi

Apa yang kamu ketahui tentang hubungan Net Ekspor dan Pertumbuhan ekonomi?

Dalam teori ekonomi makro ( macroeconomic theory ), hubungan antara ekspor dengan tingkat pertumbuhan ekonomi atau pendapatan nasional merupakan suatu persamaan identitas karena ekspor merupakan bagian dari tingkat pendapatan nasional (Oiconita, 2006). Ditinjau dari sudut pengeluaran, ekspor merupakan salah satu faktor terpenting dari Gross Nasional Product (GNP), sehingga dengan berubahnya nilai ekspor maka pendapatan masyarakat secara langsung juga akan mengalami perubahan. Di lain pihak, tingginya ekspor suatu negara akan menyebabkan perekonomian tersebut akan sangat sensitif terhadap keguncangan-keguncangan atau fluktuasi yang terjadi di pasaran internasional maupun di perekonomian dunia (Irham dan Yogi, 2003).

Dalam teori ekonomi pembangunan, keterkaitan kedua variabel tersebut (ekspor dan pertumbuhan ekonomi) merupakan kasus khusus yang menarik untuk dibahas terutama dalam dataran empiris. Dalam perspektif teori ekonomi pembangunan masalah hubungan kedua variabel tersebut tidak tertuju pada masalah persamaan identitas itu sendiri, melainkan lebih tertuju pada masalah, apakah ekspor bagi suatu negara mampu menggerakkan perekonomian secara keseluruhan dan pada akhirnya membuahkan kesejahteraan bagi masyarakat (Oiconita, 2006).

Ekspor merupakan bentuk paling sederhana dalam sistem perdagangan internasional dan merupakan suatu strategi dalam memasarkan produksi ke luar negeri. Faktor-faktor seperti pendapatan negara yang dituju dan populasi penduduk merupakan dasar pertimbangan dalam pengembangan ekspor (Kotler dan Amstrong, 2001).

Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang-barang dari dalam negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu (Utomo, 2000). Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output yang lebih tinggi lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan (Jhingan, 2000).

Secara teoritis ekspor suatu barang dipengaruhi oleh suatu penawaran ( supply ) dan permintaan ( demand ). Dalam teori Perdagangan Internasional ( Global Trade ) disebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor dapat dilihat dari sisi permintaan dan sisi penawaran (Krugman dan Obstfeld, 2000). Dari sisi permintaan, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, nilai tukar riil, pendapatan dunia dan kebijakan devaluasi. Sedangkan dari sisi penawaran, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, harga domestik, nilai tukar riil, kapasitas produksi yang bisa diproksi melalui investasi, impor bahan baku, dan kebijakan deregulasi.

Ekspor dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam beberapa cara. Pertama, pengaruh langsung ekspor yaitu dengan adanya perbaikan teknologi bagi masing-masing negara yang melakukan kegiatan perdagangan luar negeri. Kedua, ekspor dapat membantu mengatasi kendala nilai tukar mata uang ( exchange rate ). Hal ini kemudian menjadi pendorong bagi sebuah negara untuk melakukan impor, termasuk impor barang modal. Ketiga, berdasarkan penelitian Levine dan Renelt (1992) dalam Alam (2003) diperoleh bukti bahwa perbandingan antara ekspor dengan PDB memiliki hubungan yang sangat kuat dengan perbandingan antara investasi dengan PDB. Terdapat hubungan tidak langsung antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi (PDB) melalui investasi.

Terkait dengan hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi, Jung and Marshall (1985) mengemukakan bahwa dalam hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi, setidaknya ada empat hipotesis atau pandangan yang sama-sama masuk akal ( plausible ) dan dapat diterima. Pertama, hipotesis ekspor sebagai motor pengerak bagi pertumbuhan ekonomi ( export-led growth hypothesis ). Kedua, hipotsesis ekspor merupakan penyebab turunnya pertumbuhan ekonomi ( export-reducing growth hypothesis ). Ketiga, hipothesis yang menyatakan bahwa ekspor bukannya merupakan motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi dalam negeri, tetapi malah sebaliknya, pertumbuhan ekonomi dalam negeri merupakan penggerak bagi ekspor ( internally generated export hypothesis ). Terakhir, keempat adalah hipotesis yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan faktor penyebab turunnya ekspor ( growth reducing export hipothesis ).

1. Hipotesis Export Led Growth (Export Optimism)

Hipotesis ekspor sebagai motor pengerak bagi pertumbuhan ekonomi dan merupakan keharusan dari setiap negara yang ingin maju karena beberapa alasan, antara lain ekspor dapat menyebabkan penggunaan penuh sumbersumber domestik sesuai dengan keunggulan komparatif ( comparative advantage ) dan terjadinya pembagian kerja sehingga mendorong terjadinya skala penghematan ( economic scale ); ekspor dapat memperluas pasar baik di dalam negeri maupun luar negeri; ekspor merupakan sarana untuk mengadopsi ide atau pengetahuan baru, teknologi baru, keahlian baru, serta keahlian lainnya sehingga memungkinkan penggunaan kapasitas lebih besar dan lebih efisien; ekspor dapat mendorong mengalirnya modal dari negara-negara maju ke negara-negara sedang berkembang; ekspor merupakan salah satu cara yang efektif untuk menghilangkan perilaku monopoli, karena produsen dalam negeri dituntut untuk lebih efisien sehingga dapat bersaing dengan produsen lain di luar negeri; adanya ekspansi ekspor akan menghasilkan devisa dan karenanya kesempatan mengimpor barang-barang modal ( capital goods ) dan barangbarang antara ( intermediate goods ) semakin besar pula. Oleh karena itu, ekspor merupakan faktor penyebab naiknya pertumbuhan ekonomi.

Beberapa tokoh yang mendukung hipotesis Export Led Growth adalah Gerald K. H. (1964), Krueger (1978), penelitian World Bank (1987), Marc Piazolo (1995), dan lain-lain.

2. Hipotesis Export Reducing Growth (Export Pessimism)

Hipotesis ekspor sebagai mesin bagi pertumbuhan ekonomi. Mekanisme ini dalam perspektif kaum pesimis, hanya terjadi dalam jangka pendek, khususnya pada negara-negara sedang berkembang. Akan tetapi dalam jangka panjang, ekspor bukanlah resep yang mujarab untuk menyelesaikan masalah pembangunan di negara-negara sedang berkembang, karena ekspor akan menyebabkan perekonomian di negara-negara sedang berkembang menjadi rentan terhadap fluktuasi perekonomian dunia, adanya proteksi dan produkproduk sintesis yang dibuat oleh negara-negara maju untuk menggantikan barang-barang alami (bahan mentah dari negara sedang berkembang), struktur ekonomi dualistik dalam perekonomian negara sedang berkembang pada umumnya.

Beberapa tokoh yang mendukung hipotesis Export Reducing Growth adalah Raul P. (1950), Hans W. S. (1950), Emmanuel (1972), dan lain-lain.

3. Hipotesis Internally Generated Export (Growth Optimism)

Hipotesis ini menyatakan bahwa syarat utama bagi suatu negara dalam melakukan ekspor adalah menciptakan iklim yang dapat membawa terjadinya proses pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang berkesinambungan ( self generating ) melalui pembentukan dan perluasan pasaran dalam negeri yang kokoh. Sehingga ekspor bukan merupakan motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi dalam negeri, tetapi sebaliknya, pertumbuhan ekonomi dalam negeri merupakan penggerak bagi ekspor. Beberapa tokoh yang mendukung hipotesis Internally Generated Export adalah Boltho (1996), K. Ohkawa dan H. Rosovsky (1996), dan lain-lain.

4. Hipotesis Growth Reducing Export (Growth Pessimism)

Hipotesis yang menyatakan bahwa selama kehidupan sosial dan budaya serta pranata sosial masyarakat suatu negara (negara-negara sedang berkembang) masih rapuh, tidak mustahil pertumbuhan ekonomi justru akan menyebabkan turunnya ekspor. Beberapa tokoh yang mendukung hipotesis Growth Reducing Export adalah Robert J. Barro dan Xavier Sala-I-Martin (1994), dan lain-lain.