Apa yang harus Diperhatikan dalam Komunikasi Bisnis ketika terdapat Perbedaan Budaya?

Komunikasi Bisnis adalah pertukaran ide-ide opini, informasi, instruksi dan sejenisnya, yang dikemukakan baik secara personal ataupun nonpersonal melalui simbol atau tanda, untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan

Apa yang harus diperhatikan dalam komunikasi bisnis ketika terdapat perbedaan budaya ?

Perbedaan dan keanekaragaman adalah sesuatu yang alamiah. Setiap orang, setiap bangsa memiliki keunikan sendiri-sendiri. Walaupun dunia terasa seperti makin sempit dan makin pudar, batas-batas negara karena kemajuan teknologi, perbedaan dan keanekaragaman akan tetap ada.

Perbedaan dan keanekaragaman justru menambah semaraknya kehidupan serta merupakan kekayaan bangsa. Keankeragaman budaya juga tidak dapat dihindari dalam sebuah organisasi. Setiap budaya memiliki keunikan dan karakteristik tersendiri, “berbeda bahasa, berbeda
dunia”.

“Bagi orang Jerman dan Finlandia, kebenaran adalah kebenaran. Di Jepang dan Inggris,
kebenaran yang baik apabila kebenaran itu tidak mengganggu keselarasan. Di Cina tidak ada
kebenaran mutlak. Di Italia, kebenaran bisa dirundingkan.”

“Orang Jepang tidak menyukai jabat tangan, tapi lebih menyukai membungkuk ketika
menghormat orang lain dan tidak membersihkan hidung di muka umum. Orang Brazil terbiasa
untuk tidak antre ketika naik bis, lebih menyukai sepatu warna coklat daripada hitam, dan
datang terlambat dua jam pada pesta koktail. Orang Yunani menatap bola mata anda,
menganggukkan kepalanya berarti ‘tidak’, dan ada kalanya membanting piring di restoran.”

Dalam sebuah komunikasi antarbudaya,beberapa hal-hal yang harus diperhatikan antara lain :

1. Persepsi Gap

Persepsi merupakan proses yang dilalui individu untuk memilik mengorganisasikan dan menginterpretasi stimulus baik secara internal maupun eksternal untuk menghasilkan pandangan mereka terhadap dunia. Seluruh informasi yang diterima oleh otak akan mempengaruhi bagaimana seseorang menginterpretasi suatu informasi baru. Informasi tersebut akan diolah dan dikaji oleh otak bersama dengan pembelajaran dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya oleh individu tersebut (Martin & Nakayama, 2010)

Setiap individu unik dan memiliki pengalaman, pengetahuan dan cara pandang yang berbeda sehingga persepsi yang dihasilkan pun akan berbeda pula. Khususnya dengan budaya yang berbeda. Perbedaan persepsi ini yang menimbulkan persepsi negatif hingga terjadi konflik antar budaya.

2. Pola pikir

Sekalipun berasal dari budaya yang sama, bisa jadi pola pikir yang dimiliki oleh orang tersebut berbeda satu dengan yang lain. Hal ini disebabkan setiap orang bebas memaknai hidupnya dengan pandangan hidup yang diyakini masing-masing.

Pola pikir yang didasari latar belakang budaya pada akhirnya menjadi pedoman dalam bertindak dan bertingkah laku. Ketika berinteraksi dengan orang lain yang memiliki pola pikir berbeda, maka tidak jarang terjadi benturan-benturan akibat perbedaan pola pikir tersebut.

3. Etnosentrisme

Porter menyebutkan bahwa etnosentrime merupakan bentuk penghakiman yang dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat terhadap kebudayaan kelompok masyarakat yang lain dengan cara membandingkan atau menggunakan standar budayanya sendiri terhadap kelompok lain tersebut.

Sed**strong text**angkan Nanda dan Warms mengatakan bahwa etnosentrisme merupakan pandangan bahwa budaya seseorang lebih unggul dibanding budaya yang lainnya. Sebenarnya etnosentrisme tidak selalu bersifat negatif. Samovar membedakan tingkat etnosentrisme dari yang positif, negatif hingga sangat negatif.

  • Etnosentrisme yang positif akan membawa kebanggaan terhadap budaya yang dimiliki, sehingga akan berusaha melestarikan budayanya sendiri.

  • Etnosentrisme yang negatif biasanya menilai budaya lain sesuai dengan standar budayanya sendiri.Sedangkan pada tingkatan yang tertinggi adalah etnosentrisme yang sangat negatif dimana mereka melihat budayanya sendiri sebagai yang paling bagus, paling benar dan paling berkuasa (Darmastuti, 2013).

4. Stereotipe

Meskipun interaksi antar budaya semakin sering terjadi namun masalah yang timbul karena prasangka tetap saja bisa terjadi. Stereotip dianggap sebagai generalisasi atas sekelompok orang dari suku, agama maupun ras tertentu dengan mengabaikan perbedaan-perbeedaan individual yang pada umumnya bersifat negatif (Sihabudin, 2013).

Samovar berpendapat bahwa ada kemungkinan dimana suatu stereotipe mengalami perubahan. Dimensi perubahan stereotipe terdiri dari dimensi arah, intensitas, akurasi dan isi spesifik. Dalam konteks arah, stereotipe dinilai dapat mengalami perubahan ke arah yang menguntungkan ataupun sebaliknya dapat berubah ke arah yang tidak menguntukan. Secara intensitas, stereotipe dapat mengalami perubahan konteks intensitasnya dimana terjadi perubahan pada keyakinan yang kuat seseorang terhadap stereotipe yang ada.

Stereotipe juga dapat mengalami perubahan apabila suatu stereotipe terbukti benar atau bahkan tidak akurat. Dalam konteks isi, stereotipe dapat mengalami perubahan dalam konteks isi yang spesifik dimana sifat-sifat khusus yang diatribusikan kepada suatu kelompok.

Stereotipe dapat menjadi hambatan dalam komunikasi antarbudaya karena menghalangi seseorang untuk memulai komunikasi dengan kelompok masyarakat dari budaya lain dengan stereotipe yang dimilikinya(Darmastuti, 2013).

Prasangka

Prasangka merupakan sikap yang biasanya negatif terhadap sekelompok masyarakat dari budaya tertentu dengan sedikit bukti atau tanpa bukti sama sekali. Ketika stereotipe mengatakan kepada seseorang seperti apa kelompok yang dipandangnya, maka prasangka menceritakan mengenai apa yang dirasakan seseorang mengenai kelompok tersebut menurut Newberg dalam (Martin & Nakayama, 2010).

Prasangka muncul dari kebutuhan seseorang secara pribadi untuk merasakan hal-hal yang positif mengenai kelompoknya dan merasakan hal yang negatif mengenai kelompok yang lain atau datang dari pengetahuan tertentu mengenai kelompok tersebut atau pun adanya ancaman yang diperoleh dari pihak yang berasal dari kelompok tersebut menurut Hecht dalam.(Martin & Nakayama, 2010)

Gegar Budaya
Gegar budaya atau yang dikenal dengan culture shock merupakan suatu perasaan dalam jangka pendek dimana individu tersebut merasa tidak memahami dan tidak nyaman karena kehilangan tanda-tanda atau simbol yang sebelumnya sudah ia kenal dari lingkungannya. Gegar budaya terjadi hampir pada semua orang yang berada pada situasi transisi budaya.

Kondisi ini terjadi jika masyarakat tidak mampu menyesuaikan diri denganbudaya dan lingkunganya yang baru. Hal ini dapat menghambat komunikasi antar budaya dikarenakan individu menjadi ragu memulai komunikasi dengan lingkungan baru yang tidak dikenalnya (Martin & Nakayama, 2010).