Apa yang dimaksud Trans Disosiatif?

Apa yang dimaksud Trans Disosiatif?

Trans disosiatif berupa penyempitan kesadaran tentang sekeliling atau perilaku atau gerakan yang stereotipik yang dialami sebagai diluar kendali orang tersebut.

Apa yang dimaksud trans disosiatif?

Trans disosiatif adalah gangguan yang menunjukkan adanya kehilangan sementara aspek penghayatan akan identitas diri dan kesadaran terhadap lingkungannya, dalam beberapa kejadian individu tersebut berperilaku seakanakan dikuasai oleh kepribadian lain, kekuatan ghaib, malaikat atau “kekuatan lain” (Maslim, 2002: 82).

Kesurupan atau possession and trance menurut Hasanudin (2006) adalah gangguan yang ditandai dengan adanya gejala utama kehilangan sebagian atau seluruh integrasi normal di bawah kendali kesadaran antara ingatan masa lalu, kesadaran identitas dan penginderaan segera, serta kontrol terhadap gerakan tubuh. Seperti yang dibuktikan oleh perilaku atau gerakan tertentu dan ditentukan secara kultural yang dirasakan sebagai kendali oleh agen kesurupan (possessing agent). Kemudian di ikuti dengan keadaan lupa segala (amnesia penuh atau sebagian) terhadap kejadian tersebut juga tersisa kelelahan yang amat sangat.

Penyebab Trans Disosiatif

Kartono (1981) menyebutkan penyebab trans disosiatif adalah faktor psikologis dan kultural yang menimbulkan munculnya stres dan ketegangan kuat yang kronis pada seseorang. Selain itu faktor-faktor penyebabnya adalah:

  1. Predisposisi pembawaan berupa sistem syaraf yang lemah.

  2. Tekanan-tekanan mental (stres) yang disebabkan oleh kesusahan, kekecewaan, shocks dan pengalaman-pengalaman pahit yang menjadi trauma.

  3. Disiplin dan kebiasaan hidup yang salah. Hal ini mengakibatkan kontrol pribadi yang kurang baik, atau memunculkan integrasi kepribadian yang sangat rapuh.

  4. Mempergunakan defence mechanism yang negatif/keliru dan maladjustment, sehingga menimbulkan semakin banyak kesulitan.

  5. Kondisi fisik/organis yang tidak menguntungkan; misalnya sakit, lemah, lelah, fungsi-fungsi organik yang lemah, gangguan pikiran dan badan.

  6. Adanya self-sugesti untuk melarikan diri dari kesulitan-kesulitan dan realitas hidup. Atau ada usaha untuk “menguasai keadaan” dan “menetralisir” lingkungan dengan tingkah laku yang “kondisikan” di buat-buat.

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Trans Disosiatif

Kriteria diagnostik untuk gangguan trans disosiatif menurut DSM IV TR (2000), yaitu:

Salah satu (1) atau (2):

  1. Trance , yaitu perubahan keadaan kesadaran atau hilangnya rasa identitas pribadi yang biasanya terjadi secara sementara dan jelas tanpa penggantian oleh identitas pengganti, disertai dengan sekurangnya satu dari berikut:
  • Penyempitan kesadaran tentang sekeliling, atau penyempitan dan pemusatan perhatian selektif yang tidak biasanya terhadap stimuli lingkungan.

  • Perilaku atau gerakan stereotipik yang dirasakan di luar kendali orang tersebut.

  1. Trance kesurupan ( possession trance ), suatu perubahan tunggal atau episodik dalam keadaan kesadaran yang ditandai oleh penggantian rasa identitas pribadi yang lain dengan identitas pribadi. Hal ini dipengaruhi oleh suatu roh, kekuatan, dewa, atau orang lain, seperti yang dibuktikan oleh satu (atau lebih) berikut ini:
  • Perilaku atau gerakan stereotipik dan ditentukan secara kultural yang dirasakan sebagai pengendalian oleh makhluk lain yang memasuki ( possessing agent ).

  • Amnesia penuh atau sebagian terhadap kejadian.

  1. Keadaan trance atau trance kesurupan adalah tidak diterima sebagai bagian normal dari praktek cultural atau religius kolektif.

  2. Keadaan trance atau trance kesurupan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

  3. Keadaan trance atau trance kesurupan tidak terjadi semata-mata perjalanan suatu gangguan psikotik (termasuk gangguan mood dengan ciri psikotik dan gangguan psikotik singkat) atau gangguan identitas disosiatif dan tidak karena efek fisiologis langsung dari suatu zat atau suatu kondisi medis umum.

Keadaan orang yang mengalami Trans disosiatif

Maramis (1998) membagi dua macam keadaan orang yang mengalami kesurupan, yaitu:

  1. Orang itu merasa bahwa didalam dirinya ada kekuatan lain yang berdiri disamping “aku”-nya dan yang menguasainya. Jadi stimultan terdapat dua kekuatan yang bekerja sendiri-sendiri dan orang itu berganti-ganti menjadi yang satu dan yang lain. Kesadarannya tidak menurun. Perasaan ini berlangsung kontinu. Dalam hal ini kita melihat suatu permulaan perpecahan kepribadian yang merupakan gejala khas bagi skizoprenia.

  2. Orang itu telah menjadi lain, ia mengidentifikasikan dirinya dengan orang yang lain, binatang atau benda. Jadi pada suatu waktu tidak terdapat dua atau lebih kekuatan didalam dirinya (seperti dalam hal yang pertama), tapi terjadi suatu metamorphosis yang lengkap. Ia telah menjadi orang yang lain, binatang atau barang, dan ia bertingkahlaku seperti orang, binatang atau barang itu. Sesudahnya terdapat amnesia total atau sebagian.

Gejala-Gejala Trans Disosiatif

Frigerio (2007) menjelaskan gejala-gejala beberapa waktu sebelum kesurupan antara lain kepala terasa berat, badan dan kedua kaki lemas, penglihatan kabur, badan terasa ringan, dan mengantuk. Perubahan ini biasanya masih disadari oleh penderita, tetapi setelah itu ia tiba-tiba tidak mampu mengendalikan dirinya. Melakukan sesuatu diluar kemampuan dan beberapa diantaranya merasakan seperti ada kekuatan di luar yang mengendalikan dirinya.

Mereka yang mengalami kesurupan merasakan bahwa dirinya bukanlah dirinya lagi, tetapi ada suatu kekuatan yang mengendalikan dirinya di luar. Keadaan saat kesurupan ada yang menyadari sepenuhnya, ada yang menyadari sebagian, dan ada pula yang tidak menyadari sama sekali. Dalam keadaan kesurupan penderita melakukan gerakan-gerakan yang terjadi secara otomatis, tidak ada beban mental, dan tercetus dengan bebas.

Kecenderungan Kepribadian Penderita Trans Disosiatif

Menurut Kartono (1981) kepribadian penderita trans disosiatif antara lain:

  1. Umumnya mereka itu sangat egoistis dan selfish. Mereka selalu ingin “semaugue”. Mereka itu semisal anak-anak manja yang jahat. Selalu menginginkan banyak perhatian. Mereka selalu mengharapkan banyak pujian-pujian dan cinta kasih. Atau mereka itu adalah pribadi-pribadi yang merasa tidak bahagia.

  2. Sangat suggestible , mudah terpengaruh, sangat sensitive terhadap pendapat orang lain. Dan selalu ingin melakukan semua sugesti tersebut untuk memperoleh attentive atau perhatian, persetujuan dan pujian.

  3. Memiliki emosi-emosi yang kuat. Mereka mempunyai rasa suka dan tidak suka yang sangat kuat, dan penilaiannya sangat dipengaruhi oleh perasaan likes and dislikes tersebut.

  4. Ada kecenderungan yang sangat kuat sekali untuk melarikan diri dari situasisituasi yang dianggap sebagai suatu hal yang tidak menyenangkan. Juga ada banyak keinginan untuk mendapatkan maaf atas kegagalan dan kelemahannya.

  5. Simptom-simptom fisiknya dibuat-buat, ditiru dengan sengaja atau dengan sengaja diperkuat, agar bisa memperpanjang waktu melarikan diri dengan cara menjadi sakit itu. Dan bertujuan untuk menghindari tugas-tugas tertentu, atau menghindari situasi yang tidak disenanginya. Pada akhirnya, simptomsimptom yang sengaja ditiru-tiru dan dibuat-buat itu menjadi tingkah laku yang stereo-typis, dan jadi fiksasi yang melekat terus-menerus, serta terus berlangsung walaupun badan sudah merasa sembuh.