Apa yang dimaksud Self Regulated Learning?

Apa yang dimaksud Self Regulated Learning?

Apa yang dimaksud Self Regulated sebagai model pembelajaran?

Zimmerman berpendapat bahwa self regulation berkaitan dengan pembangkitan diri baik pikiran, perasaan serta tindakan yang direncanakan dan adanya timbal balik yang disesuikan pada pencapaian tujuan personal. Dengan kata lain, pengelolaan diri berhubungan dengan metakognitif, motivasi, dan perilaku yang berpartisipasi aktif untuk mencapai tujuan personal (Gufron & Risnawita, 2010). Istilah self regulation yang digunakan dalam belajar dikenal dengan sebutan self regulated learning (SRL).

Hasil dari simposium 1986 adalah definisi inklusif SRL sebagai sejauh mana tingkat metakognitif, motivasi, dan prilaku siswa yang aktif berpartisipasi dalam proses belajar mereka sendiri. Definisi ini berfokus pada penggunaan proaktif siswa dari proses tertentu atau respon untuk meningkatkan prestasi akademik mereka. Yang termasuk kategori motivasi yaitu reaksi-reaksi evaluasi diri dan konsekuensi-konsekuensi diri. Pada kategori metakognitif yaitu menetapkan tujuan dan merencanakan, mengorganisir dan mengubah, mencari informasi, serta melatih dan menghafal. Sedangkan kategori perilaku yaitu penataan lingkungan; memelihara catatan dan memantau; meninjau teks, catatan, dan tes; serta mencari bantuan dari rekan-rekan, para guru, dan orang tua (Zimmerman, 2008).

Ada berbagai definisi SRL, tapi tiga komponen teristimewa rupanya penting untuk kinerja kelas. Pertama, SRL meliputi strategi metakognitif siswa untuk merencanakan, memonitor, dan memodifikasi kognisi mereka. Manajemen siswa dan pengendalian usaha mereka pada tugas-tugas akademik di kelas telah diusulkan sebagai komponen penting lainnya. Misalnya, kemampuan siswa yang bertahan pada sebuah tugas sulit atau menghalangi pengacau-pengacau (teman-teman sekelas yang ramai) mempertahankan keterlibatan kognitif mereka dalam tugas, memungkinkan mereka untuk melakukan yang lebih baik. Ketiga, aspek penting SRL bahwa beberapa peneliti telah menemukan konsepsi mereka yaitu sesungguhnya strategi kognitif itu yang siswa-siswa gunakan untuk belajar, mengingat, dan memahami materi (Pintrich & Groot, 1990).

SRL adalah memunculkan dan memonitor sendiri pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan ini bisa jadi berupa tujuan akademik (meningkatkan pemahaman dalam membaca, menjadi penulis yang baik, belajar perkalian, mengajukan pertanyaan yang relevan), atau tujuan sosioemosional (mengontrol kemarahan, belajar akrab dengan teman sebaya) (Santrock, 2008).

Menurut Kerlin, SRL adalah suatu usaha yang mendalam dan memanfaatkan sumber daya dan jaringan yang ada, memonitor dan meningkatkan proses yang mendalam. Dengan kata lain, SRL mengacu pada perencanaan dan memonitor proses kognitif dan afektif yang melibatkan keberhasilan menyelesaikan tugas-tugas akademik (Yoenanto, 2010).

Siklus Self Regulated Learning

Secara khusus, SRL mencakup proses-proses berikut ini, dimana banyak pada dasarnya bersifat metakognitif (Ormrod, 2008):

  1. Penetapan tujuan ( goal setting ). Pembelajar yang mengatur diri tahu apa yang ingin mereka capai ketika membaca atau belajar mungkin mempelajari fakta-fakta yang spesifik, mendapatkan pemahaman konseptual yang luas tentang suatu topik, atau hanya mendapatkan pengetahuan yang memadai agar bisa mengerjakan soal ujian di kelas. Biasanya, mereka mengaitkan tujuan-tujuan mereka mengerjakan suatu aktivitas belajar dengan tujuan dan cita-cita jangka panjang.

  2. Perencanaan ( panning ). Pembelajar yang mengatur diri sebelumnya sudah menentukan bagaimana baiknya menggunakan waktu dan sumber daya yang tersedia untuk tugas-tugas.

  3. Motivasi diri ( self-motivation ). Pelajar yang mengatur diri biasanya memiliki self-efficacy yang tinggi akan kemampuan mereka menyelesaikan suatu tugas belajar dengan sukses. Mereka menggunakan banyak strategi agar tetap terarah pada tugas barangkali dengan menghiasi tugasnya agar lebih menyenangkan, mengingatkan diri mereka sendiri pentingnya mengerjakan tugas dengan baik, atau menjanjikan kepada diri mereka sendiri hadiah tertentu begitu suatu tugas selesai dikerjakan.

  4. Kontrol atensi ( attention control ). Pembelajar yang mengatur diri berusaha memfokuskan perhatian mereka pada pelajaran yang sedang berlangsung dan menghilangkan dari pikiran mereka hal-hal lain yang mengganggu.

  5. Penggunaan strategi belajar yang fleksibel ( flexible use of learning strategies ). Pembelajar yang mengatur diri memiliki strategi belajar yang berbeda tergantung tujuan-tujuan spesifik yang ingin mereka capai. Sebagai contoh, bagaimana mereka membaca sebuah artikel majalah tergantung pada apakah mereka membacanya sebagai sekadar hiburan atau sebagai persiapan ujian.

  6. Monitor diri ( self-monitoring ). Pembelajar yang mengatur diri terus memonitor kemajuan mereka dalam kerangka tujuan yang telah ditetapkan, dan mereka mengubah strategi belajar atau memodifikasi tujuan bila dibutuhkan.

  7. Mencari bantuan yang tepat ( appropriate help seeking ). Pembelajar yang benar-benar mengatur diri tidak selalu harus berusaha sendiri. sebaliknya, mereka menyadari bahwa mereka membutuhkan bantuan orang lain dan mencari bantuan semacam itu. Mereka khususnya mungkin meminta bantuan yang akan memudahkan mereka bekerja secara mandiri di kemudian hari.

  8. Evaluasi diri ( self-evaluation ). Pembelajar yang mampu mengatur diri menentukan apakah yang mereka pelajari itu telah memenuhi tujuan awal mereka. Idealnya, mereka juga menggunakan evaluasi diri untuk menyesuaikan penggunaan berbagai strategi belajar dalam kesempatan-kesempatan di kemudian hari.

Woolfolk (2007) menjelaskan bahwa model SRL berdasarkan pada suatu posisi bahwa pembelajar adalah agen-agen. Agen adalah kapasitas untuk mengkoordinasikan ketrampilan-ketrampilan belajar, motivasi, dan emosi-emosi untuk mencapai tujuan-tujuan. Self regulated learner menjalankan agen ketika mereka terlibat dalam siklus empat tahap utama: menganalisis tugas, menetapkan tujuan dan merancang rencana, melibatkan belajar dan menyesuaikan pendekatan mereka untuk belajar.

  1. Menganalisis tugas belajar, yaitu pembelajar memeriksa informasi apapun yang mereka anggap relevan untuk membangun pemahaman tentang seperti apa tugasnya, sumber daya apa yang harus dimiliki, dan bagaimana perasaan mereka tentang pekerjaan yang telah dikerjakan.

  2. Menetapkan tujuan dan menyusun rencana, yaitu mengetahui kondisikondisi yang mempengaruhi kerja pada tugas-tugas menetapkan informasi yang pembelajar gunakan untuk membuat tujuan-tujuan belajar. Kemudian, rencana-rencana yang bisa dikembangkan tentang bagaimana untuk mencapai tujuan tersebut.

  3. Menetapkan taktik dan strategi untuk menyelesaikan tugas. Self regulated learner yang teristimewa waspada selama pada taraf ini memantau bagaimana rencana baik tersebut bekerja.

  4. Meregulasi belajar. Dalam tahap SRL, pembelajar mengambil keputusan tentang apakah perubahan dibutuhkan pada ketiga tahap sebelumnya.

Karakteristik Siswa yang Memiliki Self Regulated Learning

Dalam Santrock (2008) Winne mengungkapkan karakteristik dari pelajar regulasi diri. Pelajar regulasi diri :

  • Bertujuan memperluas pengetahuan dan menjaga motivasi.

  • Menyadari keadaan emosi mereka dan punya strategi untuk mengelola emosinya.

  • Secara periodik memonitor kemajuan ke arah tujuannya.

  • Menyesuaikan atau memperbaiki strategi berdasarkan kemajuan yang mereka buat.

  • Mengevaluasi halangan yang mungkin muncul dan melakukan adaptasi yang diperlukan.