Apa yang Dimaksud Proses Morfologis?

image
Salah satu pisau bedah penelitian bahasa adalah morfologi. Pada tataran morfologi sebuat kata, klausa, ataupun kalimat akan ada yang mengalami proses morfologis.

Apa yang dimaksud dengan proses morfologis?

Proses Morfologis

Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain (Samsuri, 1983:25). Proses morfologis juga pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk kata dasar melalui pembubuhn afiks, pengulangan, penggabungan, pemendekan, dan pengubahan status (Chaer, 1998:25). Proses pembentukan kata merupakan bagian dari linguistik yang dibahas dalam bidang morfologi. Morfologi dalam bidang linguistik membicarakan masalah bentuk dan pembentukan kata (Chaer, 1998:3). Morfologi juga bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan perubahan bentuk kata terhadap golongan dan kata arti (Tarigan, 1985:4).

Afiks dan Afiksasi

Afiks adalah morfem yang membentuk kata yang selalu merupakan bentuk terikat. Afiks dapat dibedakan berdasarkan letaknya terhadap bentuk dasar. Terdapat beberapa afiks dalam bahasa Indonesia, yakni prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran), konfiks, dan simulfiks. Afiksasi ialah proses memberi imbuhan pada kata dasar.

  • Prefiks (Awalan): Prefiks merupakan salah satu jenis afiks yang produktif. Prefiks atau awalan adalah afiks yang ditempatkan di bagian muka suatu kata dasar.

  • Infiks (Sisipan): Infiks atau sisipan adalah afiks yang diselipkan di tengah kata dasar (Alwi, dkk., 2003: 31). Infiksasi dalam bahasa Indonesia kini sudah tidak produktif lagi. Pembubuhan infiks dalam pembentukan kata adalah dengan menyisipkan infiks tersebut di antara konsonan dan vokal pada suku pertama kata dasar.

  • Sufiks (Akhiran): Sufiks adalah morfem terikat yang ditempatkan di bagian belakang kata (Alwi, dkk… 2003: 31). Pendapat yang sama dikemukakan oleh Putrayasa (2008: 27) yang menyatakan sufiks atau akhiran adalah morfem terikat yang diletakkan di belakang suatu bentuk dasar dalam membentuk kata.

  • Konfiks: Konfiks adalah kesatuan afiks yang secara bersama-sama membentuk sebuah kelas kata (Putrayasa, 2008: 36). Konfiks diimbuhkan secara serentak atau bersamaan pada bentuk dasar. Konfiks adalah satu morfem dengan satu makna gramatikal (Kridalaksana, 1996: 29).

  • Simulfiks: Simulfiks adalah gabungan dari dua macam imbuhan atau lebih yang tiaptiap unsurnya tetap memepertahankan arti dan fungsinya masing-masing (Keraf, 1984:115).

Pengertian proses morfologi ada beberapa macam . Sudaryanto (1992: 15) menjelaskan bahwa proses morfologis merupakan proses pengubahan kata dengan cara yang teratur atau keteraturan cara pengubahan dengan alat yang sama, menimbulkan komponen maknawi baru pada kata hasil pengubahan, kata baru yang dihasilkan bersifat polimorfemis. (Ramlan, 1987: 51) menyatakan bahwa proses morfologi ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya.

Samsuri (1988: 190) , mendefinisikan proses morfologis sebagai cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan yang lain. Proses morfologi tentu berlaku pada setiap bahasa. Pada bahasa Jawa, proses pembentukan kata terdiri atas tiga proses, yaitu proses afiksasi, proses pengulangan, dan proses pemajemukan.

Proses morfologi dikenal juga dengan sebutan proses morfemis atau proses gramatikal. Pengertian dari proses morfologi adalah pembentukan kata dengan afiks (Chaer, 2003: 177). Maksud dari penjelasan Chaer adalah pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan atau reduplikasi, penggabungan atau proses komposisi, serta pemendekan atau proses akronimisasi. Parera (2007: 18), berpendapat bahwa proses morfemis merupakan suatu proses pembentukan kata bermorfem jamak. Proses ini disebut proses morfemis karena proses ini bermakna dan berfungsi sebagai pelengkap makna leksikal yang dimiliki oleh sebuah bentuk dasar.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa proses morfologi adalah proses pembentukan kata dari bentuk dasar menjadi kata baru melalui suatu proses, yaitu proses afiksasi, proses pengulangan, dan proses pemajemukan. Dalam pembentukan kata kerja, proses morfologi yang terjadi adalah afiksasi dan reduplikasi. Proses pemajemukan tidak membentuk kata kerja.

Menurut Poedjosoedarmo (1979: 6-8), pada dasarnya proses morfologis bahasa Jawa terdiri atas beberapa bentuk dasar, yaitu: proses afiksasi dan reduplikasi.

1. Proses afiksasi

Proses afiksasi (affixation) disebut juga dengan proses pengimbuhan. Proses pengimbuhan terbagi menjadi beberapa jenis, hal ini bergantung pada letak atau di mana posisi afiks tersebut digabung dengan kata yang dilekatinya. Kata dibentuk dengan mengimbuhkan awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), atau gabungan dari imbuhan-imbuhan itu pada kata dasarnya (konfiks).

Proses pengimbuhan pada awalan atau prefiks disebut prefiksasi, dalam Paramasastra Jawa disebut dengan ater-ater. Ater-ater berupa N-, di-, sa- pada kata masah [masah], dipurus [dipurUs], sasenti [sêsènti]. Sisipan atau seselan, proses penggabungannya disebut dengan infiksasi. Akhiran atau panambang, proses penggabungannya disebut dengan sufiksasi. Sufiks berupa –i, -na, -ake pada kata kodhoki [kͻḍͻ?i], pukna [pU?nͻ], ceblokake [cêblͻ?aké]. Konfiksasi merupakan proses penggabungan dua afiks di awal dan di belakang kata yang dilekatinya secara bersamaan. Pada penelitian ini konfiksasi tidak diketemukan. Proses afiksasi yang melibatkan dua afiks pada istilah-istilah pertukangan kayu tersebut merupakan afiks gabung antara prefiks dengan sufiks. Misalnya kata digareki [digarè?i] dan natahe [natahé]. Kata natahi berasal dari bentuk dasar tatah mendapat afiks gabung berupa N-/-i, digareki dari bentuk dasar garek mendapat afiks gabung di-/-i, dan kata natahe berasal dari bentuk dasar tatah mendapat afiks gabung N-/-e.

2. Reduplikasi atau Perulangan

Reduplikasi dalam bahasa Jawa dikenal dengan sebutan tembung rangkep, yaitu proses perulangan. Perulangan tersebut berupa perulangan bentuk dasar atau morfem asal (dwilingga), perulangan morfem asal dengan perubahan fonem (dwilingga salin swara), perulangan pada silabe pertama (dwipurwa), perulangan pada silabe awal dengan pergantian bunyi (dwipurwa salin swara), perulangan pada akhir kata (dwiwasana), serta trilingga yaitu perulangan bentuk lingga sejumlah tiga morfem asal (Subalidinata, 1994: 88-94).

Menurut Suwaji (1981: 100), reduplikasi atau perulangan yaitu proses pembentukan kata dengan cara mengulang bentuk dasarnya. Prosesnya terdiri dari beberapa macam, yaitu perulangan penuh, perulangan sebagian, perulangan dengan variasi fonem, dan perulangan yang berkombinasi dengan afiksasi. Perulangan penuh yaitu perulangan dengan cara mengulang seluruh bentuk dasarnya. Berdasarkan bentuk dasarnya yang diulang, perulangan penuh ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu yang berbentuk tunggal atau monomorfemis dan berbentuk kompleks atau polimorfemis. Contoh istilah pertukangan kayu yang berbentuk tunggal yaitu kata ogrok-ogrok. Contoh yang berbentuk kompleks seperti kata mbengkong-mbengkong. Perulangan sebagian merupakan perulangan dengan cara mengulang sebagian bentuk dasarnya. Istilah pertukangan kayu yang termasuk dalam perulangan tipe ini adalah nglemah-nglemahi dan dikethokkethok. Perulangan berkombinasi dengan afiksasi yaitu perulangan dengan jalan mengulang bentuk dasar diikuti pembubuhan morfem afiks. Istilah pertukangan kayu yang termasuk dalam perulangan berafiksasi yaitu kata tatah-tatahan, nyambung-nyambungke.