Apa yang dimaksud POAC dalam Manajemen Organisasi?

Secara umum, dunia manajemen organisasi menggunakan prinsip POAC. Prinsip manajemen ini banyak digunakan oleh organisasi untuk memajukan dan mengelola organisasi mereka. Apa yang dimaksud dengan POAC itu?


POAC atau Planning, Organizing, Actuating, & Controlling adalah prinsip manajemen yang digunakan untuk memajukan dan mengelola organisasi. Berikut penjelasan lebih lanjut tentang masing-masing point tersebut:

  1. Planning
    Planning meliputi pengaturan tujuan dan mencari cara bagaimana untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam planning, manajer memperhatikan masa depan, mengatakan “Ini adalah apa yang ingin kita capai dan bagaimana kita akan melakukannya”.
    Membuat keputusan biasanya menjadi bagian dari planning karena setiap pilihan dibuat berdasarkan proses penyelesaian setiap rencana. Planning penting karena banyak berperan dalam menggerakan fungsi manajemen yang lain. Contohnya, setiap manajer harus membuat rencana pekerjaan yang efektif di dalam kepegawaian organisasi.

  2. Organizing
    Organizing adalah proses dalam memastikan kebutuhan manusia dan fisik setiap sumber daya tersedia untuk menjalankan rencana dan mencapai tujuan yang berhubungan dengan organisasi. Organizing juga meliputi penugasan setiap aktifitas, membagi pekerjaan ke dalam setiap tugas yang spesifik, dan menentukan siapa yang memiliki hak untuk mengerjakan beberapa tugas.
    Agar tujuan tercapai maka dibutuhkan pengorganisasian. Dalam organisasi biasanya diwujudkan dalam bentuk bagan organisasi. Yang kemudian dipecah menjadi berbagai jabatan. Pada setiap jabatan biasanya memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dan uraian jabatan (Job Description). Disinilah salah satu prinsip dari manajemen. Yaitu membagi-bagi tugas sesuai dengan keahliannya masing-masing.

  3. Actuating
    Perencanaan dan pengorganisasian yang baik menjadi kurang berarti bila tidak diikuti dengan pelaksanaan kerja. Untuk itu maka dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas dan kerjasama. Semua sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang telah disusun.

  4. Controlling
    Agar pekerjaan berjalan sesuai dengan visi, misi, aturan dan program kerja, maka dibutuhkan pengontrolan. Baik dalam bentuk supervisi, pengawasan, inspeksi hingga audit. Kata-kata tersebut memang memiliki makna yang berbeda, tapi yang terpenting adalah bagaimana sejak dini dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pengorganisasian. Sehingga dengan hal tersebut dapat segera dilakukan koreksi, antisipasi dan penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan situasi, kondisi dan perkembangan zaman.

Sumber Referensi

https://medium.com/@TERRAITB/poac-planning-organizing-actuating-and-controlling-manajemen-organisasi-ea982e20529

1 Like

POAC adalah fungsi dasar dari manajemen organisasi, yang terdiri dari (1) perencanaan, (2) pengorganisasian, (3) pengarahan, dan (4) pengawasan. Berikut ini penjelasan dari masing-masing fungsi dasar tersebut :

1. Perencanaan ( Planning)

Untuk membuat perencanaan yang efektif, Torang memberi pedoman dengan 6 pertanyaan dasar, dan terdapat 8 langkah dasar yang harus dibuat oleh perencana. Keenam pertanyaan tersebut adalah:

What action will be done ?. Pada konsep ini, pertanyaan yang harus dijawab adalah tipe aktivitas apa yang akan dilakukan. Biasanya organisasi memiliki banyak keinginan tetapi tidak beraturan. Agar organisasi lebih fokus, dalam membuat dan menetapkan perencanaan, organisasi perlu memahami apa yang akan dikerjakannya.

Why has the action to be done ?.Pada konsep ini pertanyaan yang harus dijawab adalah apa aktivitas mana yang mendesak dilakukan atau aktivitas mana yang paling mendesak untuk dilakukan. Organisasi memiliki banyak keinginan, akan tetapi organisasi juga memiliki banyak keterbatasan sumber daya (manusia, waktu, uang, sarana dan prasarana). Maka dalam membuat perencanaan, manager organisasi harus memiliki skala prioritas berdasarkan mana di antara keinginan itu yang paling mendesak dilakukan.

Where will the action be done ?. Pada konsep ini pertanyaan yang harus dijawab adalah dimana tempat pelaksanaan aktivitas. Tempat pelaksanaan aktivitas harus jelas dapat di lihat, dan dapat diketahui oleh semua anggota organisasi. Sebagai missal, ketika organisasi publik (sebut saja Dinas Pekerjaan Umum) ingin membangun jalan, maka harus jelas di mana Dinas PU itu akan membangun jalan, jika di desa, maka di dusun mana dalam wilayah desa itu, dan seterusnya. Pointnya adalah perencanaan organisasi harus memiliki kejelasan tentang tempat.

When will the action be done ?. Pada konsepsi ini, pertanyaan yang harus dijawab adalah kapan aktivitas dimulai dan kapan berakhir. Maka pertanyaan ini terkait dengan persoalan waktu atau jangka waktu suatu pengerjaan aktivitas yang direncanakan.

Who will do the action ?. Pada konsep ini, pertanyaan yang harus dijawab adalah siapa yang diberi tugas dan tanggung jawab melaksanakan. Jadi pertanyaan ini terkait dengan orang atau manusia yang akan ditugaskan melaksanakan kegiatan.

How will the action be done ?. Pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengecek seluruh perencanaan untuk maksud penyempurnaan dan petunjuk untuk mencapai tujuan. Maka pertanyaan yang harus dijawab adalah bagaimana cara menyelesaikan seluruh perencanaan yang telah dibuat.

2. Pengorganisasian ( Organizing)

Pengorganisasian merupakan proses mendistribusikan pekerjaan dan tugas- tugas serta mengkoordinasikannya untuk mencapai tujuan organisasi. Paling tidak ada lima tindakan yang harus dilakukan dalam proses pengorganisasian, yaitu; (1) menyusun pekerjaan atau tugas-tugas yang harus dilakukan, (2) membagi pekerjaan, (3) mengelompokkan pekerjaan atau tugas (untuk organisasi yang sudah besar atau kompleks, (4) menetapkan mekanisme kerja atau pengkoordinasian pekerjaan dalam satu kesatuan yang harmonis, (5) memonitor serta mengambil langkah-langkah penyesuaian dengan maksud mempertahankan dan meningkatkan efektivitas.

Bagaimana dengan pekerjaan organizing ?. dalam pelaksanaan organizing, terdapat empat hal yang perlu dilakukan, yaitu; (1) membagi dan mengelompokkan pekerjaan, (2) menetapkan pekerjaan yang harus dilakukan, (3) pendelegasian wewenang, dan (4) menyediakan tempat kerja dan teknologi pendukung. Pertanyaan yang muncul kemudian, bagaimana cara pemimpin seluruh sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan oragnisasi bersangkutan? Menurut Torang, ada enam cara mengorganisir aktivitas organisasi, sebagaimana dijelaskan berikut ini 30

Know the organization`s objectives (mengetahui tujuan organisasi). Maksudnya adalah usaha pengorganisasian harus sejalan dengan pekerjaan yang akan dikerjakan atau diselesaikan. Untuk itu, mengetahui atau menetapkan tujuan organisasi merupakan langkah yang sangat penting. Mengapa demikian? Karena tujuan organisasi merupakan syarat yang mendasar dalam melakukan pengorganisasian.

Breakdown the work to be done into component ectivities . Maksudnya adalah, manager harus menyusun secara berurut kegiatan/ pekerjaan yang akan dilaksanakan (procedural)

Group the ectivities into practical unit (mengelompokkan kegiatan pada unit/bagian/bidangnya masing-masing. Misalnya untuk menangani pengelolaan kehutan sekaligus dengan lingkungan hidup Joko Widodo ingin menggabungkan kementrian kehutanan dengan kementrian lingkungan hidup menjad Departemen Kehutanan dan Lingkungan Hidup.

Define clearly the ducties to be carried out and indicate by whom . Manager harus menguraikan atau mendefinisikan dengan jelas tugas yang harus dilaksanakan dan mencatat personel yang diindikasikan sesuai atau sangat pantas dikerjakan oleh person tersebut.

Assign qualified personnel . Setelah tugas difahami, maka tugas manager selanjutnya adalah menentukan orang/staf/pejabat yang akan melaksanakan. Apabila organisasi ingin mencapai tujuannya dengan efektif, efisien, dan rasional, maka penentuan orang/staf/personal tidak lagi didasarkan pada “ family approach”, mony approach or political approach ’. Melainkan didasarkan pada kesesuaian antara kompetensi yang dimiliki oleh orang/staf/pejabat dengan tugas yang akan dia/mereka laksanakan.

3. Pengarahan ( Actuating)

Tahap pengarahan sering dikenal dengan istilah lain yakni *actuating*. Makna kata ini adalah tindakan. Tahapan ini penting dalam kerja organisasi karena tanpa adanya tindakan, maka perencanaan tidak memiliki makna. Perencanaan yang dilakukan dengan benar memang telah menyelesaikan 80% dari kerja organisasi. Namun apabila perencanaan tersebut tidak dapat diimplementasikan dengan efektif, maka dapat menyumbangkan 80% kegagalan kerja organisasi. Proposisi ini di dukung oleh pernyataan Torang yang menyebutkan “ no action, but talk only ” (pimpinan tanpa suatu tindakan maka tidak ada sesuatu yang dapat dihasilkan. Karena itu saya kira pemimpin bukan sosok yang hanya bisa bicara, tetapi yang paling penting adalah mampu bekerja dengan menggerakkan seluruh sumber daya organisasi.

Actuating dimaksudkan agar seluruh pegawai yang ada dalam organisasi mau dan suka melakukan, serta bisa menyelesaikan pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, actuating juga diorientasikan agar setiap individu dalam organisasi bersedia melakukan dan menyelesaikan pekerjaannya tanpa menunggu perintah dari atasannya. Idealnya setiap individu dalam organisasi berinisiatif melaksanakan dan menyelesaikan tugas mereka masing-masing. Di samping itu setiap individu seharusnya mampu menjalin kerja sama antara sesama serta berinisiatif dan mampu mencari atau membuka akses *network* dengan pihak eksternal tanpa perintah pimpinan. Namun demikian, actuanting sebaiknya didukung oleh; kepemimpinan ( leadership ), pengawasan ( supervision ), komunikasi, dan perintah ( orders ).

4. Pengendalian ( Controlling)

Dalam perspektif fungsi manajemen, pengendalian merupakan tahap dimana pemimpin memantau semua kegiatan pegawai/staf dalam organisasi agar dipastikan bahwa semua aktivitas yang dilakukan sesuai dengan rencana. Agar controlling dapat lebih optimal, ada empat faktor yang mesti diperhatikan manager, yakni; standar pekerjaan, pembiayaan, laporan eksekutif, dan biaya. Selanjutnya ada empat langkah yang harus dilakukan manejer dalam pelaksanaan controlling , yakni; (1) menetapkan standar atau dasar pengawasan, (2) mengukur kinerja, (3) bandingkan kinerja dengan standar kinerja, dan tetapkan perbandingan atau perbedaannya, (4) koreksi penyimpangan yang terjadi sebagai langkah perbaikan. Dengan demikian terdapat empat outcomes dari controlling , yakni; (1) menentukan/menetapkan apa yang harus dilakukan atau diharapkan, (2) menemukan/mengetahui apa yang terjadi, (3) menemukan perbandingan antara hasil dengan harapan, dan (4) menyetujui atau tidak menyetujui hasil yang dicapai disertai dengan pengoreksian.

Fungsi-fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan di jadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan”. Kemudian menurut Manulang fungsi- fungsi manajemen adalah serangkaian tahap kegiatan atau pekerjaan sampai akhir tercapainya tujuan kegiatan atau pekerjaan.

Menurut G.R Terry dalam Winardi menyatakan, fungsi- fungsi manajemen adalah serangkaian sub bagian tubuh yang berada di manajemen sehingga bagian-bagian tubuh tersebut dapat melaksanakan fungsi dalam mencapai tujuan organisasi. fungsi- fungsi manajemen terdiri dari : Perencanaan (plaining) , Pengorganisasian (organizing) , Penggerakan (actuating) , Pengawasan (controling).

Perencanaan (plaining)

Perencanaan merupakan unsur yang sangat penting dan merupakan fungsi fundamental manajemen, karena organizing, actuating dan controlling harus terlebih dahulu direncanakan.

Adapun pengertian perencanaan adalah kegiatan memilih dan menghubungkan fakta-fakta dan membuat, serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dalam hal memvisualisasikan serta merumuskan aktifitas-aktifitas yang diusulkan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil-hasil yang diinginkan.

Dean R. Spizer dalam Munir dan Wahyu menyebutkan “Those who fail toplan, plan to fail” (siapa yang gagal dalam membuat rencana, sesungguhnya ia sedang merencanakan kegagalannya).

Adapun perencanaan menurut dimensi waktu sebagai berikut.:

  1. Perencanaan jangka panjang
    Perencanaan jangka panjang biasanya mempunyai jangka waktu lima sampai sepuluh tahun bahkan lebih, tergantung besar tidaknya suatu perusahaan, organisasi maupun lembaga itu sendiri. Perencanaan jangka panjang memuat rencana-rencana yang umun, global serta belum terperinci.

  2. Perencanaan jangka menengah
    Perencanaan jangka menengah biasanya mempuyai jenjang waktu dua sampai lima tahun. Perencanaan jangka menengah merupakan repeletika dari perencanaan jangka panjang. Didalamnya tercantunkan tujuan dan target secara lebih jelas sehingga memberikan dasar-dasar yang pasti bagi kegiatan yang direncanakan.

  3. Perencanaan jangka pendek
    Perencanaan jangka pendek biasanya mempunyai jangka waktu satu tahun sampai dengan tiga tahun. Salah satu yang sering kita temukan dari perencanaan jangka pendek adalah rencana tahunan. Perencanaan tahunan sering juga disebut perencanaan opersional dan merupakan suatu siklus yang sering berulang setiap tahunnya.

Adapun perencanaan dilihat dari substansi perencanaan tersebut adalah sebagai berikut.:

  1. Objective (Sasaran)
    Rencana yang berbentuk objective ini sebenarnya merupakan bentuk khusus dari tujuan (goal, end). Sasaran tersebut tergantung pada kegiatan masing-masing yang terdapat dalam perusahaan, seperti sasaran-sasaran, pemasaran produksi, kepegawaian, dan sebagainya.

    Jadi, dalam sasaran ini di-pertimbangkan aktivitas-aktivitas masa mendatang, tinjauan ke masa depan, menentukan proyeksi, dan bagian integral dari aktivitas perencanaan secara keseluruhan. Tujuan dirumuskan oleh pimpinan tingkat atas berdasarkan pernilaian ekonomi, sosial, dan politik sesuai dengan garis-garis pengarahan strategi dan kebijaksanaan.

  2. Policy (kebijakan)
    Ialah pernyataan umum tentang perilaku dari organisasi dalam menentukan pedoman untuk pengambilan keputusan mengenai sumber-sumber yang diperlukan. Kebijakan membatasi ruang lingkup dalam pembuatan keputusan dan menjamin keputusan yang diperlukan akan memberikan sumbangan terhadap penyelasian tujuan yang menyeluruh.

  3. Procedure (prosedur)
    Sama halnya dengan kebijakan, tetapi prosedur banyak ditekankan dalam menetukan jawaban yang tertentudalam mengendalikan kegiatan untuk waktu yang akan datang. Pada dasarnya prosedur-prosedur menggambarkan urutan-urutan yang bersifat kronologis dari tindakan yang harus dilakukan.

  4. Method (metode)
    Metode merencanakan atau cara bagaimana setiap tugas dari suatu prosedur akan diselenggarakan oleh seorang pekerja. Jadi ringkasnya, metode adalah cara melaksanakan atau melakukan sesuatu.

  5. Standard (ukuran baku)
    Suatu standard merupakan suatu nilai yang dalam manajemen digunakan sebagai norma atau sebagai dasar rujukan. Standard dapat dianggap sebagai suatu hal yang perlu diikuti atau digunakan sebagai model guna maksud perbandingan. Disamping itu standard juga digunakan sebagai alat-alat untuk di identifikasi, perbandingan, apakah produk atau hasil yang diinginkan sesuai dengan ukuran atau nilai yang telah ditetapkan.

  6. Budget (anggaran)
    Budget adalah rencana yang mempunyai dua segi yaitu segi penerimaan dan pengeluaran. Suatu budget merupakan kategori penting dari rencana sehingga kadang- kadang dianggap segi terpenting pada setiap perusahaan. Suatu budget terdiri dari data yang diatur secara logis, yang menunjukan apa yang diharapkan untuk dicapai dalam periode tertentu.

Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian merupakan serangkaian pekerjaan yang melibatkan banyak orang untuk menempati unit-unit tertentu, seperti kerja-kerja manajerial, teknis dan lain sebagainya. Sebagaimana diungkapkan Malayu (1989).

“Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan pengelompokan dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktifitas, menetapkan wewenang yang secara relative didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakkukan aktivitas-aktivitas tersebut.”

Jika kita menggunakan pengorganisasian dengan pengertian dan pendekatan di atas maka akan terlihat ada empat tipe model pengorganisasian sebagai berikut.

1. Pengorganisasian lini

image

Tipe pengorganisasian lini merupakan tipe simpel dan hanya membutuhkan bidang atau anggota yang sangat sedikit. Adapun tipe ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut.:

  1. Organisasi berukuran kecil.
  2. Jumlah karyawan sedikit.
  3. Komunikasi pimpinan dan bawahan bersifat langsung.
  4. Saling mengenal secara pribadi.
  5. Struktur organisasi sederhana.
  6. Pemilik menjadi pimpinan tertinggi.
  7. Tujuan yang di capai tidak terlalu rumit.

2. Pengorganisasian Lini dan Staf.

image

Pengorganisasian lini dan staf mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Organisasinya besar.
  2. Terlibat dalam pelaksanaan berbagai kegiatan yang komplek.
  3. Jumlah pekerja yang relative banyak dengan pemilikan pengetahuan dan keterampilan yang beraneka ragam.
  4. Hubungan kerja yang bersifat langsung antara atasan dan bawahan tidak mungkin selalu dilakukan, baik karena jumlah anggota organisasi yang besar, maupun karena lokasi yang berbeda dan berjauhan.
  5. Diperlukan tingkat spesialisasi manajerial dan teknis operasional yang tinggi dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan yang beraneka ragam.

3. Pengorganisasian fungsional

image

Pengorganisasian tipe fungsional adalah tipe pengorganisasian yang dalam bagian strukturnya pertimbangan utama yang digunakan adalah pengelompokan fungsi-fungsi tertentu yang sejenis, baik itu merupakan tugas pokok maupun tugas penunjang.

4. Pengorganisasian matriks

image

Pengorganisasian matriks adalah penggambaran struktur yang langsung dikaitkan dengan kegiatan yang perlu dilakukan. Dewasa ini bentuk ini banyak digunakan karena dalam organisasi yang kegiatan-kegiatan tertentu diselenggarakan oleh lebih dari satu unit organisasi, keahlian tenaga-tenaga spesialis dimanfaatkan sempenggerakanamal mungkin dengan memungkinkan koordinasi yang mantap terselenggara.

5. Pengorganisasian tipe panitia

Pengorganisasian tipe panitia mempunyai beberapa ciri antara lain.:

  1. Keberadaanya berupa penugasan kepada sekelompok orang yang dipandang mampu menyelesaikan tugas-tugas tambahan tertentu disamping tugas fungsional yang sudah menjadi tanggung jawab utama masing-masing.

  2. Merupakan satuan kerja yang bersifat extra struktural dengan wewenang yang sangat terbatas.

  3. Keanggotaan berdasarkan kemampuan dan keahlian para anggota yang di perkirakan akan mampu membagi waktunya antara melakukan tugas fungsionalnya dan tugas tambahan yang dipercayai kepadanya.

  4. Karena sifatnya yang sementara, hubungan antara anggota biasanya informal.

  5. Produktifitas kerja panitia tinggi, bukan saja karena kejelasan acuan tugas. Tetapi juga karena menyangkut reputasi professional yang bersangkutan di samping tekanan kuat dari faktor waktu.

Penggerakan (actuating)

Fungsi penggerakan merupakan usaha untuk menciptakan iklim kerja sama di antara staf pelaksana program sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien. Fungsi penggerakan tidak terlepas dari fungsi manajemen lainnya. Fungsi penggerak dan pelaksanaan dalam istilah lainnya yaitu motivating (membangkitkan motivasi), directing (memberikan arah), influencing (mempengaruhi) dan commanding (memberikan komando atau perintah).

1. Tujuan fungsi Penggerakan (actuating)

Fungsi Penggerakan (actuating) haruslah dimulai pada pimpinan organisasi. Seorang pemimpin harus mampu bersikap yaitu objektif dalam menghadapi berbagai persoalan organisasi melalui pengamatan, objektif dalam menghadapi perbedaan dan persamaan karakter stafnya baik sebagai individu maupun kelompok manusia. Pemimpin mempunyai tekad untuk mencapai kemajuan, peka terhadap lingkungan dan adanya kemampuan bekerja sama dengan orang lain secara harmonis.

2. Tahapan Penggerakan (actuating)

Tindakan Penggerakan dibagi dalam tiga tahap, yaitu:

  1. Memberikan semangat, motivasi, inspirasi atau dorongan sehingga timbul kesadaran dan kemauan para petugas untuk bekerja dengan baik. Tindakan ini juga disebut motivating.

  2. Pemberian bimbingan melalui contoh-contoh tindakan atau teladan.

  3. Tindakan ini juga disebut directing yang meliputi beberapa tindakan, seperti: pengambilan keputusan, mengadakan komunikasi antara pimpinan dan staf, memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompok dan memperbaiki sikap, pengetahuan maupun ketrampilan staf.

Pengawasan (controlling)

Pengawasan diartikan sebagai usaha menentukan apa yang sedang dilaksanakan dengan cara menilai hasil atau prestasi yang dicapai dan kalau terdapat penyimpangan dari standar yang telah ditentukan, maka segera diadakan usaha perbaikan, sehingga semua hasil atau prestasi yang dicapai sesuai dengan rencana.

Pengawasan merupakan kegiatan positif, karena mengarahkan kegiatan sedemikian rupa sehingga mencapai tujuan, atau mengarahkan kegiatan kearah standar yang telah ditentukan sesuai dengan rencana yang dibuat. Proses pengawasan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut.:

1. Mengukur hasil

Mengukur berarti menentukan dengan tepat jumlah dan kapasitas keseluruhan. Tanpa pengukuran, manajer akan bertindak meraba-raba saja sehingga tidak bisa dipercayai. Untuk itu perlu dibuat unit pengukuran dan diadakan perhitungan berapa kali jumlah unit tersebut dibandingkan dengan keseluruhan jumlah.

Membandingkan hasil yang dicapai dengan hasil yang diinginkan Kegiatan ini merupakan kegiatan menilai hasil yang dicapai, kalau ada hasil berbeda antara yang dicapai dengan standar yang ditentukan, harus diputuskan pemecahan mana yang akan dilakukan. Tetapi harus diingat bahwa ada derajat perbedaan antara penyimpangan yang tak berarti dengan penyimpangan yang relatif berarti. Untuk menentukan apakah penyimpangan tersebut berarti atau tidak, tergantung pada manajer sendiri setelah dia menganalisis dan menilai hasilnya.

2. Memperbaiki penyimpangan

Ini merupakan langkah terakhir dalam proses pengawasan. Tujuan utama langkah ini adalah untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan hasil yang diinginkan. Hasil yang berbeda harus segera diperbaiki dan tidak boleh ditunda, dimaafkan atau dikompromikan, karena hal tersebut merupakan suatu keharusan.