Bulu babi merupakan fauna dari filum Echinodermata yang paling melimpah dan tersebar di seluruh perairan Indonesia. Menurut Radjab (2001) secara morfologi, bulu babi terbagi menjadi dua kelompok yaitu bulu babi regularia atau bulu babi beraturan ( regular sea urchin ) dan bulu babi iregularia atau bulu babi tidak beraturan ( irregular sea urchin ).
Bulu babi memiliki bentuk tubuh segilima, mempunyai lima pasang garis kaki tabung dan duri panjang yang dapat digerakkan. Kaki tabung dan duri memungkinkan binatang ini merangkak di permukaan karang dan juga dapat digunakan untuk berjalan di atas pasir. Cangkang luarnya tipis dan tersusun dari lempeng-lempeng yang berhubungan satu sama lain. Diadema setosum merupakan salah satu jenis dari bulu babi yang memiliki nilai konsumsi penting di Indonesia (Aziz, 1993).
Suwignyo et al. (2005) menyebutkan bahwa tubuh bulu babi berbentuk bulat atau pipih bundar, tidak bertangan, mempunyai duri-duri panjang yang dapat digerakkan. Semua organnya umumnya terdapat di dalam tempurung, yang terdiri dari 10 keping pelat ganda, biasanya bersambung dengan erat, yaitu pelat ambulakral selain itu terdapat pelat ambulakral yang berlubang-lubang tempat keluarnya kaki tabung. Pada permukaan tempurung terdapat tonjolan-tonjolan pendek yang membulat, tempat menempelnya duri. Kebanyakan bulu babi mempunyai dua duri, duri panjang atau utama dan duri pendek atau sekunder.
Selanjutnya, mulut bulu babi terletak di daerah oral, dilengkapi dengan lima gigi tajam dan kuat untuk mengunyah yang dikenal sebagai aristotle’s lantern. Anus, lubang genital dam madreporit terletak di sisi aboral.
Salah satu diantara keping genital yang berukuran paling besar merupakan tempat bermuaranya sistem pembuluh air ( waste vascular system ). Sistem ini menjadi ciri khas filum Echinodermata, berfungsi dalam pergerakan, makan, respirasi, dan ekskresi. Pada sistem peristomial terdapat pada selaput kulit tempat menempelnya organ “ lentera aristotle ”, yakni semacam rahang yang berfungsi sebagai alat pemotong dan penghancur makanan. Organ ini juga mampu memotong cangkang teritip, moluska ataupun jenis bulu babi lainnya (Azis, 1987).
Klasifikasi Bulu babi
Pengklasifikasian suatu organisme sangatlah penting, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui organisme tersebut dengan lebih detail. Klasifikasi bulu babi menurut Heinke dan Schultz (2006) adalah sebagai berikut :
- Filum : Echinodermata
- Subfilum : Echinozoa
- Kelas: Echinoidea
- Ordo : Cidaroida
- Famili : Cidaridae, Psychocidaridae, Histocidaridae
- Ordo : Echinothuroida
- Famili : Echinothuridae
- Ordo : Diadematoida
- Famili : Diadematidae, Micropygidae
- Ordo : Phymosomatoida
- Famili : Glyptocidariidae, Stomopneustidae
- Ordo : Arbacioida
- Famili : Arbaciidae
- Ordo : Temnopleuroida
- Famili : Temnopleuridae
- Ordo : Echinoida
- Famili : Echinidae, Parechinidae, Echinometridae, Strongylocentrotidae, Toxopneustidae
- Ordo : Clypeasteroida
- Famili : Clypeasteridae, Arachnoididae, Laganiidae, Rotulidae, Echinarchniidae, Dendrasteridae, Mellitidae
- Ordo : Spatangoida
- Famili : Spatangidae, Mycrasteridae, Brissidae, Loveniidae, Schizasteridae, Pericosmidae, Asterostomatidae
- Ordo : Holectypoida
- Famili : Echinoneidae
- Ordo : Cassiduloida
- Famili : Cassidulidae, Apatopygidae, Echinolampadidae
- Ordo : Holasteroida
- Famili : Stereoneustidae, Urechinidae, Pourtalesiidae
Reproduksi dan Siklus Hidup Bulu babi
Siklus hidup dari bulu babi diawali dengan terjadinya pembuahan yang terjadi diluar tubuh. Induk jantan membuahi telur-telur dari induk betina. Telur bulu babi dibungkus dengan semacam gelatinous yang biasa disebut dengan jelly coat (Guidice, 1986). Setelah itu terbentuklah embrio, dimana embrio ini akan membelah dengan frekuensi yang sangat tinggi. Setelah mencapai tahap embrio terus masuk fase morula dan embrio muda disebut blastula. Selama 10 jam setelah terbuahi sejak fase blastula, maka embrio tersebut mulai aktif berenang. Setelah itu muncullah anakan bulu babi, bulu babi sudah dapat dikatakan telah menjadi anakan bila sudah terdapat tentakel-tentakel, duri-duri dan pediselaria (Czihak, 1971).
Semakin bertambahnya waktu, anakan bulu babi menjadi dewasa. Bulu babi dewasa telah memiliki organ tubuh yang lengkap mulai dari tubuh bagian dalam sampai pada organ tubuh bagian luar semuanya telah tampak dengan jelas.
Namun bulu babi dikatakan dewasa betul apabila telah mencapai ukuran cangkang 60 mm. Selain itu bulu babi dewasa memiliki organ lengkap secara morfologi (Gambar 3). Bulu babi dewasa telah memiliki kulit (cangkang) yang keras, jari-jari dan duri-duri (spine) yang sudah dapat berfungsi dengan sempurna, misalnya jari-jari yang sudah dapat memegang pada substrat.
Sebaran Bulu babi
Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratannya, oleh karena itu organisme yang ada pun sangatlah beragam. Bulu babi adalah salah satu jenis organisme dari laut yang banyak ditemukan diseluruh pantai di Indonesia. Bulu babi dapat ditemukan mulai dari daerah pasang surut sampai perairan yang dalam. Penyebaran lokal bulu babi sangat tergantung kepada perkembangan faktor substrat dan makanan.
Bulu babi oleh masyarakat yang tinggal di daerah pantai kawasan Timur Indonesia lebih dikenal dengan nama duri babi yang merupakan salah satu dari sekian jenis makrobenthos dari kelas echinoidea yang dapat mencapai ukuran diameter 163 mm dan mencapi berat 200 gr. Bulu babi dari kelas echinoidea, yang hidup di dunia diperkirakan sebanyak 800 jenis dan terbagi dalam 2 anak kelas yaitu Perischoechinoidea yang terdiri dari 1 bangsa dan 2 suku, sedangkan anak kelas Euchhinoidea terdiri dari 14 bangsa dan 44 suku (Aziz, 1987). Bulu babi ini ditemukan antara lain di laut Hindia, Australia, Philipina dan Afrika (Clark dan Rowe, 1971).
Kebanyakan bulu babi beraturan hidup pada substrat yang keras, yakni batu-batuan atau terumbu karang dan hanya sebagian kecil yang menghuni substrat pasir dan Lumpur, karena pada kondisi demikian kaki tabung sulit untuk mendapatkan tempat melekat. Golongan tersebut khusus hidup pada teluk yang tenang dan perairan yang lebih dalam, sehingga kecil kemungkinan dipengaruhi ombak.
Perikanan mengenai bulu babi telah dikenal semenjak 1000 tahun sebelum Masehi, terutama di kawasan Mediterania. Di Eropa Barat bagian selatan, perikanan bulu babi terutama berkembang di Perancis dan Italia. gonad bulu babi diolah menjadi masakan dengan bumbu khusus. Selain dari Eropa Barat bagian selatan, kebiasaan makan gonad bulu babi juga telah membudaya di Jepang dan Korea. Di Jepang gonad bulu babi dikenal dengan sebutan uni , dan merupakan komponen utama dalam jenis masakan yang disebut sushi .
Habitat Bulu babi
Bulu babi banyak ditemukan di daerah padang lamun dan terumbu karang. Mereka ditemukan di daerah yang berpasir atau pasir berlumpur biasa juga didapatkan di atas pecahan karang. Mereka menyukai perairan yang jernih dan tenang (Aziz, 1994). Lamun adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang tumbuh dan berkembang dengan baik di lingkungan laut dangkal, dan membentuk kelompok-kelompok sampai padang lamun yang sangat luas.
Padang lamun dapat berbentuk vegetasi tunggal yang terdiri dari satu jenis lamun atau vegetasi campuran yang terdiri dari 2 sampai 12 jenis lamun yang tumbuh bersama-sama pada satu substrat (Kirkman, 1990). Sedangkan menurut Azkab (2006) lamun ( seagrass ) adalah tumbuhan air berbunga (Anthophyta) yang hidup dan tumbuh terbenam di lingkungan laut, berpembuluh, berimpang (rhizoma), berakar, dan berkembang biak secara generative maupun vegetatif. Rimpangnya merupakan batang yang beruas-ruas yang tumbuh terbenam dan menjalar dalam substrat pasir, lumpur dan pecahan karang.
Jenis-jenis lamun umumnya memiliki morfologi luar yang tampak hampir serupa yakni memiliki daun panjang, tipis dan mirip pita yang mempunyai saluran air, serta bentuk pertumbuhannya monopodial. Bagian tubuh lamun dapat dibedakan ke dalam morfologi yang tampak seperti akar, batang, daun, bunga dan buah (Philips dan Menez, 1988 ; Fortes, 1990; Tomascik et al. 1997). Lamun mengkolonisasi suatu daerah melalui penyebaran buah ( propagule ) yang dihasilkan secara seksual ( dioecious ) (Mann, 2000). Lamun biasanya terdapat dalam jumlah yang melimpah dan membentuk padang yang luas di perairan tropik. Padang lamun memiliki peran ekologis yang sangat penting yakni sebagai produsen primer, tempat pemijahan, tempat pengasuhan, tempat berlindung, tempat mencari makan, dan sebagai tempat ruaya berbagai jenis ikan dan organisme laut lainnya.