Apa yang dimaksud Landak Laut atau Bulu Babi?

bulu babi

Bulu babi (Echinoidea) atau yang dikenal juga dengan nama landakl laut adalah hewan laut yang berbentuk bulat serta memiliki kulit berduri.

Selain landak laut, bintang laut juga termasuk ke dalam pengelompokan Echinoidea. Bagaimana ciri-ciri landak laut?

Ciri-ciri Landak Laut :

Hewan bulat ini bisa ditemukan di daerah yang pasang-surut sampai dengan laut kedalaman kurang lebih 5000 meter. Biasanya landak laut akan terlihat di pantai sebab terbawa arus. Duri-duri pada kulit landak laut dapat digerakkan, berfungsi melindungi mereka dari serangan makhluk lain. Ukuran si landak laut pun maksimal 5 inchi atau sekitar 12 sentimeter lebih. Hewan ini memiliki gigi-gigi yang tidak terlalu kuat, jumlahnya pun tidak banyak. Hanya ada sekitar 5 gigi di dalam mulut seekor landak laut.

  1. Makanan
    Makanan yang dikonsumsi landak laut pun bisa bermacam-macam-mulai dari tanaman hingga hewan laut lainnya, ganggang, rumput laut, dan sebagainya. Jadi, binatang berduri ini memang selalu bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.

  2. Manfaat Mengonsumsi Landak Laut
    Oleh manusia, landak laut kerap dikonsumsi karena dianggap baik bagi tubuh. Hewan ini memiliki banyak kalori sementara kandungan lemaknya lebih sedikit. Selain itu, mengonsumsi landak laut juga dapat mengatasi beberapa penyakit seperti jantung dan tekanan darah tinggi. Orang Jepang adalah salah satu yang rutin mengonsumi olahan landak laut dalam keseharian.

  3. Bahaya Landak Laut
    Umumnya landak laut atau bulu babi bisa ditemukan ketika main di pantai, oleh karena itu kamu harus tetap berhati-hati bahkan sebisa mungkin jangan menyentuhnya. Sebab hewan ini memiliki racun untuk melindungi diri dari gangguan. Duri dari landak laut bisa membuat badan menjadi sakit dan perih. Sejauh ini, belum ada obat medis yang diakui bisa menyembuhkan sakit akibat terkena duri seekor landak laut.

Bulu babi merupakan fauna dari filum Echinodermata yang paling melimpah dan tersebar di seluruh perairan Indonesia. Menurut Radjab (2001) secara morfologi, bulu babi terbagi menjadi dua kelompok yaitu bulu babi regularia atau bulu babi beraturan ( regular sea urchin ) dan bulu babi iregularia atau bulu babi tidak beraturan ( irregular sea urchin ).

image

Bulu babi memiliki bentuk tubuh segilima, mempunyai lima pasang garis kaki tabung dan duri panjang yang dapat digerakkan. Kaki tabung dan duri memungkinkan binatang ini merangkak di permukaan karang dan juga dapat digunakan untuk berjalan di atas pasir. Cangkang luarnya tipis dan tersusun dari lempeng-lempeng yang berhubungan satu sama lain. Diadema setosum merupakan salah satu jenis dari bulu babi yang memiliki nilai konsumsi penting di Indonesia (Aziz, 1993).

Suwignyo et al. (2005) menyebutkan bahwa tubuh bulu babi berbentuk bulat atau pipih bundar, tidak bertangan, mempunyai duri-duri panjang yang dapat digerakkan. Semua organnya umumnya terdapat di dalam tempurung, yang terdiri dari 10 keping pelat ganda, biasanya bersambung dengan erat, yaitu pelat ambulakral selain itu terdapat pelat ambulakral yang berlubang-lubang tempat keluarnya kaki tabung. Pada permukaan tempurung terdapat tonjolan-tonjolan pendek yang membulat, tempat menempelnya duri. Kebanyakan bulu babi mempunyai dua duri, duri panjang atau utama dan duri pendek atau sekunder.

Selanjutnya, mulut bulu babi terletak di daerah oral, dilengkapi dengan lima gigi tajam dan kuat untuk mengunyah yang dikenal sebagai aristotle’s lantern. Anus, lubang genital dam madreporit terletak di sisi aboral.

Salah satu diantara keping genital yang berukuran paling besar merupakan tempat bermuaranya sistem pembuluh air ( waste vascular system ). Sistem ini menjadi ciri khas filum Echinodermata, berfungsi dalam pergerakan, makan, respirasi, dan ekskresi. Pada sistem peristomial terdapat pada selaput kulit tempat menempelnya organ “ lentera aristotle ”, yakni semacam rahang yang berfungsi sebagai alat pemotong dan penghancur makanan. Organ ini juga mampu memotong cangkang teritip, moluska ataupun jenis bulu babi lainnya (Azis, 1987).

Klasifikasi Bulu babi


Pengklasifikasian suatu organisme sangatlah penting, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui organisme tersebut dengan lebih detail. Klasifikasi bulu babi menurut Heinke dan Schultz (2006) adalah sebagai berikut :

  • Filum : Echinodermata
  • Subfilum : Echinozoa
  • Kelas: Echinoidea
  • Ordo : Cidaroida
  • Famili : Cidaridae, Psychocidaridae, Histocidaridae
  • Ordo : Echinothuroida
  • Famili : Echinothuridae
  • Ordo : Diadematoida
  • Famili : Diadematidae, Micropygidae
  • Ordo : Phymosomatoida
  • Famili : Glyptocidariidae, Stomopneustidae
  • Ordo : Arbacioida
  • Famili : Arbaciidae
  • Ordo : Temnopleuroida
  • Famili : Temnopleuridae
  • Ordo : Echinoida
  • Famili : Echinidae, Parechinidae, Echinometridae, Strongylocentrotidae, Toxopneustidae
  • Ordo : Clypeasteroida
  • Famili : Clypeasteridae, Arachnoididae, Laganiidae, Rotulidae, Echinarchniidae, Dendrasteridae, Mellitidae
  • Ordo : Spatangoida
  • Famili : Spatangidae, Mycrasteridae, Brissidae, Loveniidae, Schizasteridae, Pericosmidae, Asterostomatidae
  • Ordo : Holectypoida
  • Famili : Echinoneidae
  • Ordo : Cassiduloida
  • Famili : Cassidulidae, Apatopygidae, Echinolampadidae
  • Ordo : Holasteroida
  • Famili : Stereoneustidae, Urechinidae, Pourtalesiidae

Reproduksi dan Siklus Hidup Bulu babi


Siklus hidup dari bulu babi diawali dengan terjadinya pembuahan yang terjadi diluar tubuh. Induk jantan membuahi telur-telur dari induk betina. Telur bulu babi dibungkus dengan semacam gelatinous yang biasa disebut dengan jelly coat (Guidice, 1986). Setelah itu terbentuklah embrio, dimana embrio ini akan membelah dengan frekuensi yang sangat tinggi. Setelah mencapai tahap embrio terus masuk fase morula dan embrio muda disebut blastula. Selama 10 jam setelah terbuahi sejak fase blastula, maka embrio tersebut mulai aktif berenang. Setelah itu muncullah anakan bulu babi, bulu babi sudah dapat dikatakan telah menjadi anakan bila sudah terdapat tentakel-tentakel, duri-duri dan pediselaria (Czihak, 1971).

Semakin bertambahnya waktu, anakan bulu babi menjadi dewasa. Bulu babi dewasa telah memiliki organ tubuh yang lengkap mulai dari tubuh bagian dalam sampai pada organ tubuh bagian luar semuanya telah tampak dengan jelas.
image

Namun bulu babi dikatakan dewasa betul apabila telah mencapai ukuran cangkang 60 mm. Selain itu bulu babi dewasa memiliki organ lengkap secara morfologi (Gambar 3). Bulu babi dewasa telah memiliki kulit (cangkang) yang keras, jari-jari dan duri-duri (spine) yang sudah dapat berfungsi dengan sempurna, misalnya jari-jari yang sudah dapat memegang pada substrat.

image

Sebaran Bulu babi


Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratannya, oleh karena itu organisme yang ada pun sangatlah beragam. Bulu babi adalah salah satu jenis organisme dari laut yang banyak ditemukan diseluruh pantai di Indonesia. Bulu babi dapat ditemukan mulai dari daerah pasang surut sampai perairan yang dalam. Penyebaran lokal bulu babi sangat tergantung kepada perkembangan faktor substrat dan makanan.

Bulu babi oleh masyarakat yang tinggal di daerah pantai kawasan Timur Indonesia lebih dikenal dengan nama duri babi yang merupakan salah satu dari sekian jenis makrobenthos dari kelas echinoidea yang dapat mencapai ukuran diameter 163 mm dan mencapi berat 200 gr. Bulu babi dari kelas echinoidea, yang hidup di dunia diperkirakan sebanyak 800 jenis dan terbagi dalam 2 anak kelas yaitu Perischoechinoidea yang terdiri dari 1 bangsa dan 2 suku, sedangkan anak kelas Euchhinoidea terdiri dari 14 bangsa dan 44 suku (Aziz, 1987). Bulu babi ini ditemukan antara lain di laut Hindia, Australia, Philipina dan Afrika (Clark dan Rowe, 1971).

Kebanyakan bulu babi beraturan hidup pada substrat yang keras, yakni batu-batuan atau terumbu karang dan hanya sebagian kecil yang menghuni substrat pasir dan Lumpur, karena pada kondisi demikian kaki tabung sulit untuk mendapatkan tempat melekat. Golongan tersebut khusus hidup pada teluk yang tenang dan perairan yang lebih dalam, sehingga kecil kemungkinan dipengaruhi ombak.

Perikanan mengenai bulu babi telah dikenal semenjak 1000 tahun sebelum Masehi, terutama di kawasan Mediterania. Di Eropa Barat bagian selatan, perikanan bulu babi terutama berkembang di Perancis dan Italia. gonad bulu babi diolah menjadi masakan dengan bumbu khusus. Selain dari Eropa Barat bagian selatan, kebiasaan makan gonad bulu babi juga telah membudaya di Jepang dan Korea. Di Jepang gonad bulu babi dikenal dengan sebutan uni , dan merupakan komponen utama dalam jenis masakan yang disebut sushi .

Habitat Bulu babi


Bulu babi banyak ditemukan di daerah padang lamun dan terumbu karang. Mereka ditemukan di daerah yang berpasir atau pasir berlumpur biasa juga didapatkan di atas pecahan karang. Mereka menyukai perairan yang jernih dan tenang (Aziz, 1994). Lamun adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang tumbuh dan berkembang dengan baik di lingkungan laut dangkal, dan membentuk kelompok-kelompok sampai padang lamun yang sangat luas.

Padang lamun dapat berbentuk vegetasi tunggal yang terdiri dari satu jenis lamun atau vegetasi campuran yang terdiri dari 2 sampai 12 jenis lamun yang tumbuh bersama-sama pada satu substrat (Kirkman, 1990). Sedangkan menurut Azkab (2006) lamun ( seagrass ) adalah tumbuhan air berbunga (Anthophyta) yang hidup dan tumbuh terbenam di lingkungan laut, berpembuluh, berimpang (rhizoma), berakar, dan berkembang biak secara generative maupun vegetatif. Rimpangnya merupakan batang yang beruas-ruas yang tumbuh terbenam dan menjalar dalam substrat pasir, lumpur dan pecahan karang.

Jenis-jenis lamun umumnya memiliki morfologi luar yang tampak hampir serupa yakni memiliki daun panjang, tipis dan mirip pita yang mempunyai saluran air, serta bentuk pertumbuhannya monopodial. Bagian tubuh lamun dapat dibedakan ke dalam morfologi yang tampak seperti akar, batang, daun, bunga dan buah (Philips dan Menez, 1988 ; Fortes, 1990; Tomascik et al. 1997). Lamun mengkolonisasi suatu daerah melalui penyebaran buah ( propagule ) yang dihasilkan secara seksual ( dioecious ) (Mann, 2000). Lamun biasanya terdapat dalam jumlah yang melimpah dan membentuk padang yang luas di perairan tropik. Padang lamun memiliki peran ekologis yang sangat penting yakni sebagai produsen primer, tempat pemijahan, tempat pengasuhan, tempat berlindung, tempat mencari makan, dan sebagai tempat ruaya berbagai jenis ikan dan organisme laut lainnya.

2 Likes

Klasifikasi Bulu Babi :

  • Kingdom : Animalia
  • Phylum : Echinodermata
  • Kelas : Echinoidea
  • Ordo : Diadematoida
  • Famili : Diadematoidae
  • Genus : Diadema
  • Spesies : Diadema setosum

Famili Diadematidae mempunyai sekitar 5 Genus yaitu :

  1. Astropyga,
  2. Centrostephanus,
  3. Chaetodiadema,
  4. D. Echinothrix
  5. Lissodiadema.

Genus Diadema merupakan marga yang relatif kecil yaitu dengan 4 jenis. Keempat jenis dari marga Diadema hidup di perairan tropis dan subtropis menurut Sugiarto & Supardi (1995), yaitu :

  1. D. antillarum, hidup di Karibia
  2. D. mexicanum, hidup di pantai barat Amerika
  3. D. setosum, hidup di Indo Pasifik Barat
  4. D. savignyi, hidup di Indo Pasifik Barat

Morfologi Bulu Babi


Bulu babi Diadema Setosum termasuk kedalam kelompok bulu babi yang mempunyai cangkang beraturan (regularia). Bentuk luar cangkang berupa buah delima atau dengan bentuk lebih tertekan/memipih memberikan kesan setengah bola.sebagaimana bentuk umum bulu babi regularia, cangkang Diadema tersusun dari ratusan keping-keping kecil yang terpolakan dengan arsitektur yang unik.

Berbeda dengan kelas Asteroidea dan Ophiuroidea, pada bulu babi tangan yang berpola pentaradial absen sama sekali. Tetapi lempengan-lempengan kapur tetap tersusun dengan pola pentaradial simetri. Lima pasang jalur keping ambulakral tersusun bergantian dengan lima pasang jalur keping interambulakral (Clark & Rowe 1971). Bentuk Bulu Babi Regularia Berbeda dengan bintang laut dan bintang ular, bulu babi (Echinoidea) tidak memiliki lengan. Tubuh bulu babi berbentuk agak bulat seperti bola dengan cangkang yang keras berkapur dan dipenuhi duri-duri. Duri-duri terletak berderet dalam garis-garis membujur dan dapat di gerakkan. Mulut terletak di bawah menghadap ke bawah dan anus terletak diatas menghadap ke atas di puncak cangkang yang membulat (Sugiarto & Supardi 1995). D.setosum memiliki ciri-ciri berwarna hitam dengan dari-duri berwarna hitam pula yang memanjang keatas untuk pertahanan diri sedangkan bagian bawah pendek sebagai alat pergerakan. Memiliki 5 titik putih pada bagian atas dan terletak di antara segmen setiap 1 titik putih (Aziz 1987).

Tubuh bulu babi sendiri terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian oral, aboral, dan bagian diantara oral dan aboral. Pada bagian tengah sisi aboral terdapat sistem apikal dan pada bagian tengah sisi oral terdapat sistem peristomial (Birkeland 1989). Lempeng-lempeng ambulakral dan interambulakral berada diantara sistem apikal dan sistem peristomial. Di tengah-tengah sistem apikal dan sistem peristomial termasuk lubang anus yang dikelilingi oleh sejumlah keping anal (periproct) termasuk diantaranya adalah keping-keping genital. Salah satu diantara keping genital yang berukuran paling besar merupakan tempat bermuaranya sistem pembuluh air (waste vascular system). Sistem ini menjadi ciri khas Filum Echinodermata, berfungsi dalam pergerakan, makan, respirasi, dan ekskresi (Aziz 1987). Sedangkan pada sistem peristomial terdapat pada selaput kulit tempat menempelnya organ lentera aristoteles, yakni semacam rahang yang berfungsi sebagai alat pemotong dan penghancur makanan. Organ ini juga mampu memotong cangkang teritip, molusca ataupun jenis bulu babi lainnya. Di sekitar mulut bulu babi beraturan kecuali ordo Cidaroidea terdapat lima pasang insang yang kecil dan berdinding tipis (Aziz 1987).

Tubuh bulu babi memiliki satu rongga utama yang berisi lentera aristoteles dan organ pencernaan. Lentera aristoteles terdiri dari lima buah gigi yang disatukan oleh suatu substansi berkampur dan dikelilingi oleh otot pengulur dan penarik. Otot ini berperan mengatur pergerakan gigi (Sugiarto & Supardi1995). Lentera aristoteles berfungsi seperti mulut dan gigi yang bertugas mengambil, memotong dan menghaluskan makanan, Esophagus, usus halus, usus besar dan anus tersusun melingkari lentera aristoteles membentuk suatu sistem pencernaan (Thamrin 2011). Pada bulu babi D. setosum kaki tabung memiliki banyak fungsi.selain untuk bergerak, kaki tabung juga digunakan sebagai indera peraba, organ respirasi dan tempat pengeluaran air dari tubuh (Aziz & Sugiarto 1994).

Habitat dan Penyebaran Bulu babi


Bulu babi hidup pada ekosistem terumbu karang (zona pertumbuhan alga) dan lamun. Bulu babi dapat ditemui dari daerah intertidal sampai kedalaman 10 m dan merupakan penghuni sejati laut dengan batas toleransi salinitas antara 30-34 (Aziz 1995 dalam Hasan 2002). Hyman (1955) dalam Ratna (2002) menambahkan bahwa bulu babi termasuk hewan benthonic, ditemui di semua laut dan lautan dengan batas kedalaman antara m. Karena echinoidae memiliki kemampuan beradaptasi dengan air payau lebih rendah dibandingkan invertebrate lain. Kebanyakan bulu babi beraturan hidup pada substrat yang keras, yakni batubatuan atau terumbu karang dan hanya sebagian kecil yang menghuni substrat pasir dan lumpur, karena pada kondisi demikian kaki tabung sulit untuk mendapatkan tempat melekat. Kelompok tersebut khusus hidup pada teluk yang tenang dan perairan yang lebih dalam, sehingga kecil kemungkinan dipengaruhi ombak.

Pola Makan dan Makanan Bulu Babi


Pada bulu babi yang hidup di tempat dangkal, makanan utamanya terdiri dari berbagai jenis algae dan lamun (Sugiarto & Supardi 1995). Bulu babi marga Diadema menggunakan organ lentera Aristoteles secara aktif untuk memotong dan mengunyah makanannya. Menurut Lawrence (1975) melaporkan bahwa bulu babi jenis D. antillarum dan D. setosum mengkonsumsi lamun, algae coklat, algae benang sebagai makanannya. Hal yang serupa juga dilaporkan Dix (1970) melaporkan bahwa bulu babi jenis Evechinus chloroticus yang hidup di perairan sekitar New Zealand mengkonsumsi sekitar 7 jenis algae coklat, 4 jenis algae merah, 1 jenis alga hijau, dan 5 jenis alga lainnya yang tidak teridentifikasikan. Dalam pencernaan makanan, pada bulu babi terdapat semacam kelenjar penghasil enzim, yaitu proteinase, amylase dan lipase yang membantu sistem pencernaan. Absennya enzim selulose diduga digantikan fungsinya oleh aktifitas bakteri lambung (Aziz 1987).

Daur Hidup Bulu Babi


Fauna echinodermata pada umumnya bulu babi marga Diadema mempunyai kelamin yang terpisah (Aziz & Sugiarto 1994). Pada musim memijah sel telur dan sperma dilepas ke medium air laut di sekitarnya. Sifat agregrasi atau hidup mengelompok diduga ikut membantu mempermudah proses fertilisasi. Zigot sebagai hasil pertemuan sperma dan sel telur akan mengalami fase-fase pembelahan sampai ke stadium morula, blastula, dan gastrula. Gastrula selanjutnya akan berkembang menjadi larva pluteus yang hidup bebas sebagai plankton yang mempunyai bentuk simetris bilateral (Sugiarto & Supardi 1995).

Larva pluteus bila menemui substrat keras seperti karang mati, cangkang keong atau batu akan mengalami penempelan (set-tling larva), kemudian akan mengalami metamorfosa dan menjelma menjadi bulu babi kecil. Hal yang mempengaruhi pemijahan adalah suhu dan tersedianya makanan yang cukup. Batas suhu bagi Diadema setosum adalah untuk melakukan reproduksi adalah sekitar 25 C. Bila suhu berada dibawah batas tersebut, maka aktifitas reproduksi dapat terhambat (Young dalam Horiet al. 1986). Pada daerah tropis, dimana suhu air selalu diatas 25 C, memungkinkan D. setosum untuk memijah sepanjang tahun (Pearse 1970).

Peranan Bulu babi dalam Ekosistem


Selain pemanfaatan bulu babi sebagai bahan pangan, bulu babi juga sangat berperan dalam kesetimbangan ekosistem habitatnya. Salah satu contohnya, yaitu peran bulu babi jenis D. antillarum bagi terumbu karang. Bila populasi jenis D. antillarum turun (absence grazing), maka karang akan ditumbuhi oleh alga yang dapat berakibat kematian pada karang dewasa dan tidak adanya tempat bagi larva karang (Sugiarto dan Supardi 1995). Kehadiran populasi bulu babi jenis D. antillarum penting bagi terumbu karang, karena menurut Sugiarto dan Supardi (1995), organisme bulu babi dapat bersifat sebagai penyeimbang.

Kepadatan dari populasi D. antillarum akan menjaga kesetimbangan populasi dari alga yang hidup pada karang, sehingga akan menghindari adanya kompetisi penempatan ruang antara alga dan karang (Lawrence 1975). Kematian massal bulu babi pernah terjadi pada tahun di Pasifik Barat, yang dimulai dari Panama di awal Januari 1983 yang menyebar ke Karibia, Teluk Meksiko, Bahama, Bermuda dengan tingkat kematian mencapai %. Penyebabnya tidak diketahui dengan jelas, namun diduga terinfeksi bakteri. Dampak kematian bulu babi ini menyebabkan biomassa alga meningkat, karena makanan utama bulu babi adalah alga coklat, alga hijau dan lamun (Lasker dan Giese 1952; Herring 1972; Chiu 1985 dalam Azis 1993 diacu dari Ratna 2002).

Wilayah perairan St. Croix mengalami peningkatan biomassa alga yang pesat hingga %, hanya berselang 5 hari setelah kematian bulu babi. Bila pada masa sebelum kematian alga perairan tersebut didominasi oleh turf algae dan crustose algae, maka setelah kematian massal bulu babi perairan itu didominasi oleh makroalga seperti Sargassum dan Turbinaria turbinata. Selain itu, kematian massal ini menyebabkan tutupan alga crustose, tutupan karang, dan gorgonian menurun drastis. Pada kasus ini, kompetitor bulu babi yang memakan turf algae ternyata tidak menunjukkan penambahan populasi yang berarti. Peningkatan populasi kompetitor baru meningkat berarti setelah beberapa tahun dari kematian masal (Lawrence 1975).

1 Like