Apa yang dimaksud Kesehatan Sosial-Emosional?

Apa yang dimaksud Kesehatan Sosial-Emosional?

Kesehatan sosial-emosional ( social emotional health ) adalah kapasitas pengembangan kompetensi sosial perilaku seseorang dalam interaksi positif dengan orang lain untuk membentuk suatu hubungan yang aman, merasakan dan mengatur emosi, dan mempelajari sesuatu untuk mendapatkan pengetahuan lebih.

Apa yang dimaksud Kesehatan Sosial-Emosional?

Furlong, You, Renshaw, Smith dan O’Malley (2013) menuliskan bahwa social emotional health merupakan perkembangan dan proses kompetensi sosial dan emosional seseorang dalam menghadapi berbagai situasi yang menimpa secara interpersonal (antar satu dengan yang lain) dan dari hal tersebut dapat mendorong tingkat kesejahteraan psikologis seseorang menjadi lebih tinggi seperti menangani masalah dengan positif, mudah beradaptasi dengan lingkungan dan sebagainya. Crisp dan Turner (2014) menambahkan bahwa setiap anak akan mengalami pengembangan psikologis secara kognitif yang dapat membantu anak untuk mengatur dan mendorong perkembangan positif.

Sedangkan Cooper, Masi, dan Vick (2009) menjelaskan bahwa kesehatan sosial-emosional merupakan pengembangan fisik maupun psikologis yang datangnya dari hubungan baik seseorang dengan keadaan sosial dan lingkungannya yang dapat menghasilkan hal positif dalam berinteraksi. Furlong, You, Shishim, Dowdy (2016) menambahkan bahwa pada masa remaja, kesehatan sosial-emosional dapat dijadikan pengembangan mendasar yang menjadi keterlibatan seseorang untuk pembentukan dan pemeliharaan kesejahteraan kepuasan hidup remaja dalam menghadapi berbagai situasi Geogetown University (ecmh.org) menuliskan bahwa social emotional health adalah terbentuknya latar belakang, kesehatan sosial-emosionalonal seseorang yang berasal dari lingkungan untuk membentuk hubungan atau interaksi yang dekat.

Aspek-aspek kesehatan sosial-emosional

Menurut Furlong, You, Renshaw, Smith, dan O’Malley (2013) terdapat empat dimensi yang terdapat pada social emotional health untuk standar higher-education atau pada usia remaja yaitu:

1. Kepercayaan Pada Diri ( Belief in Self )

Yaitu bagaimana cara seseorang menilai dirinya sendiri, minat, moral, kekuatan diri, dan kepercayaan diri dari pembelajaran sosial- emosional pada dirinya. Belief in self memiliki karakteristik yang diantaranya adalah self awareness, persistance, self efficacy

2. Kepercayaan Pada Orang Lain ( Belief in Others )

Merupakan kepercayaan seseorang terhadap orang lain maupun lingkungan sekitar. Terutama pada masa kanak-kanak dan mampu mengambil perspektif positif terhadap lingkungan sosialnya kelak akan diingat hingga masa dewasa nanti. Belief in others memiliki karakteristik yang pertama adalah family support (dukungan keluarga) merupakan dukungan yang diberikan keluarga pada individu seperti membantu membuat keputusan maupun kebutuhan secara emosional.

3. Kompetensi Emosional ( Emotional Competence )

Yaitu sebagai cara seseorang untuk berempati terhadap lingkungannya dan membangun serta mempertahankan hubungan yang positif dengan orang lain, mengelola, dan menyelesaikan konflik interpersonal

4. Keterlibatan Hidup ( Engaged Living )

Yaitu sebagai cara seseorang mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas pertimbangan standar etika dan sesuai norma sosial. Karakteristik dari engaged living terdiri dari gratitude atau yang disebut sebagai rasa syukur adalah emosi positif dengan konteks dan atribusi yang bergantung untuk menjadikan kehidupan yang lebih naik, zest dapat diartikan sebagai semangat individu dalam melakukan sesuatu, optimism atau berpikir secara optimis dapat diartikan sebagai keyakinan atas segala sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan dan memiliki harapan untuk mendapatkan hasil yang baik pula.

Faktor-faktor yang mempengaruhi

Menurut Zaenah, Stafford, Nagle, Rice (2005) menjelaskan terdapat empat faktor yang terdapat social emotional health di antaranya adalah :

1. Biological Contex

Konteks biologis adalah faktor intrinsik yang mempengaruhi perkembangan yang mencakup pengaruh genetik, temperamen, konstitusi, kesehatan fisik, dan atrIbut fisik. Perkembangan sebagian bergantung pada pengalaman fisik dan keadaan fisik tubuh dan otak.

2. Development Contex

Yaitu berinteraksi dan berkomunikasi dengan keluarga, mulai melakukan diskriminasi pengasuh, mengekspresikan berbagai emosi, dan semakin mampu mengkomunikasikan kebutuhan. Mengembangkan strategi untuk belajar, dan mampu terlibat dalam interaksi kompleks dengan teman sebaya, termasuk bekerja sama dan menunjukkan empati terhadap orang lain, dan memiliki kemampuan awal untuk menyelesaikan konflik.

3. Environmental Context

Faktor lingkungan juga dipengaruhi oleh keluarga, budaya, dan etnis. dukungan eksternal untuk keluarga. Misalnya, daerah pedesaan atau terisolasi, kota dalam dengan kondisi hidup yang padat dan ruang hidup yang tidak sehat, bahkan iklim dan fisik. Pengaruh budaya dan etnis mempengaruhi kepercayaan dan perilaku mengasuh anak, harapan tentang peran Ibu, Ayah, dan anggota keluarga besar, dan bagaimana caranya berkomunikasi yang terjadi di antara anggota keluarga, termasuk bagaimana konflik ditangani. Sementara berbagai kelompok budaya dan etnis mengembangkan praktik pengasuhan anak yang berbeda.

4. Relationship Context

Meski memiliki pengaruh lingkungan, keluarga, dan kesehatan fisik. Hubungan pengasuhan adalah konteks pengalaman terpenting untuk perkembangan, belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain, dan mulai mengembangkan rasa kompetensinya dan harga diri. Lingkungan pengasuhan mendukung kualitas hubungan adalah faktor risiko atau perlindungan untuk mengembangkan hubungan keterikatan aman.