Apa yang dimaksud Intensi?

Apa yang dimaksud Intensi?

Intensi adalah bagian penting teori tindakan beralasan ( Theory of reasoned action ) dari Fishbein dan Ajzen (1975).

Lebih lanjut lagi, apa yang dimaksud Intensi?

Intensi ( intention ) adalah satu perjuangan guna mencapai satu tujuan, ciri-ciri yang dapat dibedakan dari proses-proses psikologis, yang mencakup referensi atau kaitannya dengan satu objek (Chaplin, 2004).

Intensi merupakan probabilitas atau kemungkinan yang bersifat subjektif, yaitu perkiraan seseorang mengenai seberapa besar kemungkinannya untuk melakukan suatu tindakan tertentu (Anwar dkk, 2005). Intensi adalah komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Hal-hal yang diasumsikan dapat menangkap faktor -faktor yang memotivasi dan yang berdampak kuat pada tingkah laku (Fishbein dan Ajzen, 1975).

Faktor Penentu Intensi

Intensi perilaku menururt Fishbein dan Ajzen (1975) dapat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu :

  1. Keyakinan perilaku, yang merupakan dasar bagi pembentukan norma subyektif. Di dalam sikap terhadap perilaku terdapat dua aspek pokok, yaitu keyakinan individu bahwa menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu akan menghasilkan akibat-akibat atau hasil-hasil tertentu, dan merupakan aspek pengetahuan individu tentang obyek sikap dapat pula berupa opini individu, hal yang belum tentu sesuai dengan kenyataan. Semakin positif keyakinan individu akan akibat dari suatu obyek sikap, maka akan semakin positif pula sikap individu terhadap obyek tersebut, demikian pula sebaliknya (Fisbein dan Ajzen, 1975).

  2. Keyakinan normatif, yaitu keyakinan individu akan norma, orang sekitarnya dan motivasi individu untuk mengikuti norma tersebut. Di dalam norma subyektif terdapat dua aspek pokok yaitu keyakinan akan harapan, referensi norma harapan, merupakan pandangan pihak lain yang dianggap penting oleh individu yang menyarankan individu untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu serta motivasi untuk mematuhi harapan normatif.

  3. Kontrol perilaku, yang merupakan dasar bagi pembentukan kontrol perilaku yang dipersepsikan. Kontrol perilaku yang dipersepsi merupakan persepsi terhadap kekuatan faktor-faktor yang mempermudah atau mempersulit. Persepsi terhadap faktor-faktor yang memudahkan atau menghalau faktor yang menyulitkan penampilan perilaku tertentu.

Aspek-Aspek Intensi

Intensi sebagai niat untuk melakukan suatu perilaku demi mencapai tujuan tertentu memiliki beberapa aspek. Menurut Fishbein dan Ajzen (1975 ) intensi memiliki empat aspek, yaitu :

  1. Perilaku ( behavior ), yaitu perilaku spesifik yang nantinya akan diwujudkan.

  2. Sasaran ( target ), yaitu objek yang menjadi sasaran perilaku. Objek yang menjadi sasaran dari perilaku spesifik dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu orang tertentu/objek tertentu ( particular object ), sekelompok orang/sekelompok objek ( a class of object ), dan orang atau objek pada umumnya ( any object ).

  3. Situasi ( situation ), yaitu situasi yang mendukung untuk dilakukannya suatu perilaku (bagaimana dan dimana perilaku itu akan diwujudkan). Situasi dapat pula diartikan sebagai lokasi terjadinya perilaku.

  4. Waktu ( time ), yaitu waktu terjadinya perilaku yang meliputi waktu tertentu, dalam satu periode atau tidak terbatas dalam satu periode, misalnya waktu yang spesifik (hari tertentu, tanggal tertentu, jam tertentu), periode tertentu (bulan tertentu), dan waktu yang tidak terbatas (waktu yang akan datang).

Berdasar pada theory of planned behavioural (TPB), perilaku dipengaruhi oleh intensi (niat) dalam mengkonsumsi tablet Fe. Intensi (niat) dipengaruhi oleh sikap, norma subjektif dan pengendalian perilaku yang disadari.

Intensi (niat) dalam kamus besar bahasa Inggris-Indonesia oleh Echolas & Sadili (2000) melalui kata dasarnya memiliki arti maksud, pamrih, atau tujuan, disengaja. Intents yang artinya adalah niat. Menurut Notoatmodjo (2007) menerangkan tentang Teori Snehandu B. Kar bahwa behaviour intention merupakan niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan
kesehatan atau perawatan kesehatanya.

Villis (2000) mendeskripsikan intensi (niat) adalah penetapan tujuan yang merupakan sebuah perkiraan perilaku. Conner & Norman (2005) menerangkan bahwa pada Social Cognitif Theory dalam psikologi sosial mengenai kesehatan, intensi (niat) merupakan konstruksi inti dalam
memahami intensi (niat) perilaku terkait dengan kesehatan, tindakan atau perubahan perilaku. Pada perilaku yang akan dilakukan adalah intensi (niat) behavioral yang merupakan intensi (niat) untuk melakukan tindakan kesehatan yang teratur, dimana terdapat kemungkinan yang semakin meningkat untuk melakukan tindakan kesehatan tersebut (Albery & Munafo, 2011). Intensi (niat) merupakan kumpulan keyakinan yang dapat disebut dengan berniat.

Menurut Albery & Munafo (2011), Intensi (niat) perilaku ditentukan olehsikap, norma subjektif dan pengendalian perilaku yang disadari. Kecenderungan untuk memilih melakukan tindakan atau tidak, intensi (niat) ini ditentukan sejauh mana individu memilih untuk melakukan perilaku tertentu mendapat dukungan dari orang lain yang berpengaruh.

Penelitian sebelumnya oleh Arum & Mangkunegara (2010) yang berjudul “Peran sikap, norma subjektif & persepsi kendali perilaku dalam memprediksi intensi (niat) wanita melakukan SADARI” membuktikan hipotesis bahwa mengindikasikan derajat perencanaan yang direncanakan seseorang pada perilaku mendatang dan menggambarkan seberapa keras seseorang menghendaki untuk mencoba serta seberapa banyak upaya yang mereka pikirkan untuk dikeluarkan dalam menampilkan perilaku.

Referensi

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-tesiniadya-7660-3-babii.pdf

Menurut Fishbein dan Ajzen ( Riyanti 2007): Intensi adalah posisi seseorang dalam dimensi probabilitas subjektif yang melibatkan suatu hubungan antara dirinya dengan beberapa tindakan. Intensi merupakan faktor motivasional yang mempengaruhi tingkah laku.

Intensi dapat menunjukkan seberapa besar kemauan seseorang untuk berusaha melakukan suatu tingkah laku tertentu. Intensi tersebut masih merupakan disposisi untuk bertingkah laku sampai pada saat ada kesempatan yang tepat. Intensi terdiri dari empat elemen, yaitu:

  1. Tingkah laku yang spesifik
  2. Objek target diarahkannya tingkah laku
  3. Situasi dilakukan tingkah laku
  4. Waktu dilakukannya tingkah laku

Sedangkan Warshaw dan Davis ( Landry, 2003) menjelaskan bahwa intensi adalah tingkatan dimana seseorang memformulasikan rencana untuk menunjukkan suatu tujuan masa depan yang spesifik atau tidak, dan itu semua dilakukan secara sadar.

Mereka berdua juga menambahkan bahwa intensi melibatkan pembentukan komitmen perilaku untuk menunjukkan suatu tindakan atau tidak, dimana ada harapan yang diperkirakan seseorang dalam menunjukkan suatu tindakan bahkan ketika komitmen tersebut belum dibuat.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) intensi diartikan sebagai:

  1. perangkat atribut atau ciri yg menjelaskan sesuatu yg dapat diacu dengan kata tertentu (dibedakan dengan ekstensi)
  2. keinginan atau permohonan khusus yg diajukan umat dalam upacara misa
  3. maksud atau tujuan: terdapat hubungan antara gaya hidup, konsep diri, citra produk, dan sistem nilai.

Ajzen dan Fishbein (2008) mengemukakan bahwa berdasarkan teori tindakan beralasan, intensi merefleksikan keinginan individu untuk mencoba menetapkan perilaku, yang terdiri dari tiga determinan, yaitu:

  1. Sikap Terhadap Perilaku
    Sikap terhadap perilaku dipengaruhi oleh keyakinan bahwa perilaku tersebut akan membawa kepada hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan. Individu yang memiliki keyakinan yang positif terhadap suatu perilaku akan memiliki kecenderungan untuk melakukan tindakan tersebut. Atau dengan kata lain, sikap yang mengarah pada perilaku ditentukan oleh konsekuensi yang ditimbulkan oleh perilaku, yang disebut dengan istilah keyakinan terhadap perilaku.

  2. Norma Subyektif
    Keyakinan mengenai perilaku apa yang bersifat normatif (yang diharapkan orang lain) dan motivasi untuk bertindak sesuai dengan harapan normatif tersebut membentuk norma subyektif dalam individu. Keyakinan yang mendasari norma subyektif yang dimiliki individu disebut sebagai keyakinan normatif. Individu memiliki keyakinan bahwa individu atau kelompok tertentu akan menerima atau tidak menerima tindakan yang dilakukannya.

    Apabila individu meyakini apa yang menjadi norma kelompok, maka ia akan mematuhi dan membentuk perilaku yang sesuai dengan kelompoknya. Dapat disimpulkan, bahwa norma kelompok inilah yang membentuk norma subyektif dalam diri individu, yang akhirnya akan membentuk perilakunya.

  3. Kontrol Perilaku yang Disadari
    Kontrol perilaku merupakan keyakinan tentang ada atau tidaknya faktorfaktor yang memfasilitasi dan menghalangi performansi perilaku individu.Kontrol perilaku ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan perilaku yang bersangkutan.

    Keyakinan ini didasari oleh pengalaman terdahulu tentang perilaku tersebut, yang dipengaruhi oleh informasi dari orang lain, misalnya dari pengalaman orang-orang yang dikenal atau teman-teman.Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang meningkatkan atau mengurangi kesulitan yang dirasakan jika melakukan tindakan atau perilaku tersebut. Kontrol perilaku ini sangat penting artinya ketika rasa percaya diri seseorang sedang berada dalam kondisi lemah.