Apa yang dimaksud Fungsiolek?

Apa yang dimaksud Fungsiolek?

Variasi bahasa bidang ini ciri yang paling tampak yaitu dalam penggunaan kosakatanya. Setiap bidang kegiatan ini biasanya mempunyai sejumlah kosakata khusus atau tertentu yang tidak digunakan dalam bidang lain. Apa yang dimaksud Fungsiolek?

Fungsiolek yaitu ragam bahasa yang sistemnya tergantung situasi dan keadaan berbicara yaitu peristiwa berbicara, penutur-penutur bahasa, tempat berbicara, masalah yang dibicarakan, tujuan berbicara, media berbahasa (tulisan atau lisan), dan sebagainya (Nababan, 1984). Martin Joos (dalam Chaer,1995) membagi fungsiolek dalam bahasa inggris berdasarkan tingkat formal atas lima tingkat. Tingkatan ini sering disebut style atau gaya bahasa. Kelima tingkatan itu yaitu frozen, formal, consultative, casual, dan intimate. Dalam bahasa Indonesia berturut turut berarti ragam beku, resmi, usaha, santai, dan akrab.

1. Ragam Beku

Ragam beku adalah ragam bahasa yang paling resmi yang dipergunakan dalam situasi-situasi yang khidmat dan upacara-upacara resmi. Ragam beku ini juga terdapat dalam dokumen-dokumen bersejarah seperti undang-undang dasar dan dokumen lainnya. Disebut ragam beku karena pola dan kaidahnya sudah ditetapkan secara mantap, tidak dapat diubah. Berikut ini ciri-ciri ragam beku.

  • Struktur gramatikalnya tidak dapat diubah

  • Susunan kalimatnya biasanya panjang-panjang, bersifat kaku, dan kata- katanya lengkap

  • Kosa kata yang biasa digunakan : bahwa, maka, dan sesungguhnya

Sebagai contoh ragam beku dapat kita lihat dalam alenia 1 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945:

“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak setiap bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kamanusiaan dan peri keadilan”.

Ragam beku juga dapat ditemukan dalam ungkapan tradisional berbahasa Jawa seperti paribasa, bebasan dan saloka. Ketiganya memiliki bentuk dan makna yang tetap dan tidak dapat diubah-ubah. Salah satu contoh dalam paribasan :emban cindhe emban siladan yang maknanya pilih sih atau pilih kasih.

2. Ragam Resmi

Ragam resmi adalah ragam baasa yang digunakan dalam pidato-pidato resmi seperti pidato kenegaraan, rapat dinas atau rapat resmi pimpinan suatu badan. Bentuk tertulis, ragam ini dapat ditemukan dalam surat menyurat dinas, khotbah, buku-buku pelajaran, dan sebagainya. Pola dan kaidah ragam resmi sudah ditentukan secara mantap sebagai suatu standar. Ragam resmi ini pada dasarnya sama dengan ragam baku atau standar yang digunakan dalam situasi resmi. Contoh pada pembukaan pidato.

“Assalamualaikum, bapak/ibu staf Dinas Pendidikan ingkang kinurmatan. Sumangga kita sedaya kunjukaken puja lan puji syukur dhumateng Allah SWT ingkang maringi rahmat saha hidayahipun saengga kita sedaya saget kempal wonten acara rapat siang menika tanpa alangan menapa kemawon.”

3. Ragam usaha

Ragam usaha adalah ragam bahasa yang sesuai dengan pembicaraan- pembicaraan biasa di sekolah, perusahaan, dan rapat-rapat usaha yang berorientasi kepada hasil atau produksi, dengan kata lain ragam bahasa ini berada pada tingkat yang paling operasional. Wujud ragam usaha ini berbeda di antara ragam formal dan ragam informal atau ragam resmi. Contoh ragam usaha pada sekolah yang sedang memperkenalkan resep makanan yang baru:

“Wonten pepanggihan siang menika kita kelompok ekstrakurikuler saking boga badhe ngaturi pirsa menawi kelompok kita menika gadhah resep enggal inggih menika cake pohong. Supados para kanca sami mangertos raosipun sumangga dipun aturi dhahar cake pohong ingkang sampun cumawis menika”.

4. Ragam Santai

Ragam santai adalah ragam bahasa yang santai antar teman dalam berbincang-bincang, rekreasi, berolah raga, dan sebagainya. Berikut ini adalah ciri-ciri ragam santai.

  1. Kosa kata banyak memakai unsur leksikal dialek dan unsur bahasa daerah.

  2. Banyak memakai bentuk alegro.

  3. Memakai kata ganti tidak resmi.

  4. Sering kali tidak memakai struktur morfologi dan sintaksis yang normatif.

Menurut Poedjosoedarmo (1978) dalam ragam santai mempunyai kelainan-kelainan tertentu bila dibandingkan dengan bahasa yang dipakai dalam suasana resmi atau formal. Kelainan itu seperti pemakaian kalimat yang tidak lengkap atau berbenuk kalimat inversi. Bahasa yang digunakan dalam berbicara dengan lawan bicaranya juga sangat santai karena keakraban antara penutur dan lawan bicaranya. Contohnya :

X: “ Din kowe rep nandi ya?” (Din kamu mau kemana ya?)

Y: “aku arep nang pasar, arep tuku sandal. Njo tak jak nek gelem” (aku mau ke pasar, mau beli sandal. Ayo tak ajak kalau mau)

Dalam percakapan diatas terlihat bahwa bahasa yang digunakan dalam percakapan tersebut menggunakan ragam santai, terlihat pada pemakaian kata tak jak’aku ajak’ kosakata yang digunakan tidak lengkap seharusnya tak ajak’aku ajak’. Ragam bahasa yang digunakan di atas menggunakan ragam bahasa santai atau casual.

5. Ragam Akrab

Ragam akrab adalah ragam bahasa antar anggota yang akrab dalam keluarga atau teman-teman yang tidak perlu berbahasa secara lengkap dengan artikulasi yang terang, tetapi cukup dengan ucapan-ucapan yang pendek. Hal ini disebabkan oleh adanya saling pengertian dan pengetahuan satu sama lain. Dalam tingkat inilah banyak dipergunakan bentuk-bentuk dan istilah-istilah (kata-kata) khas bagi keluarga atau sekelompok teman akrab. Contohnya percakapan antar anak dengan ibu yang meminta ibunya untuk mengambilkan makanan hanya dengan ucapan “Bu maem”, dengan kalimat pendek tersebut ibu sudah memahami maksud dari anaknya yaitu meminta untuk mengambilkan makanan.