Apa yang dimaksud dengan zat besi (Fe)?

Apa yang dimaksud dengan zat besi (Fe) ?

Zat besi adalah suatu zat dalam tubuh manusia yang erat dengan ketersediaan jumlah darah yang diperlukan. Apa yang dimaksud dengan zat besi (Fe) ?

1 Like

Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini terutama diperlukan dalam hemopoboesis (pembentukan darah) yaitu sintesis hemoglobin (Hb). Hemoglobin (Hb) yaitu suatu oksigen yang mengantarkan eritrosit berfungsi penting bagi tubuh. Hemoglobin terdiri dari Fe (zat besi), protoporfirin, dan globin (1/3 berat Hb terdiri dari Fe).

Besi bebas terdapat dalam dua bentuk yaitu ferro (Fe2+) dan ferri (Fe3+). Konversi kedua bentuk tersebut relatif mudah. Pada konsentrasi oksigen tinggi, umumnya besi dalam bentuk ferri karena terikat hemoglobin sedangkan pada proses transport transmembran, deposisi dalam bentuk feritin dan sintesis heme, besi dalam bentuk ferro. Dalam tubuh, besi diperlukan untuk pembentukkan kompleks besi sulfur dan heme. Kompleks besi sulfur diperlukan dalam kompleks enzim yang berperan dalam metabolisme energi. Heme tersusun atas cincin porfirin dengan atom besi di sentral cincin yang berperan mengangkut oksigen pada hemoglobin dalam eritrosit dan mioglobin dalam otot.

Fungsi Zat Besi

Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh : sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh.

Rata-rata kadar besi dalam tubuh sebesar 3-4 gram. Sebagian besar (± 2 gram) terdapat dalam bentuk hemoglobin dan sebagian kecil (± 130 mg) dalam bentuk mioglobin. Simpanan besi dalam tubuh terutama terdapat dalam hati dalam bentuk feritin dan hemosiderin. Dalam plasma, transferin mengangkut 3 mg besi untuk dibawa ke sumsum tulang untuk eritropoesis dan mencapai 24 mg per hari. Sistem retikuloendoplasma akan mendegradasi besi dari eritrosit untuk dibawa kembali ke sumsum tulang untuk eritropoesis.

Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah (hemoglobin). Selain itu, mineral ini juga berperan sebagai komponen untuk membentuk mioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot), kolagen (protein yang terdapat di tulang, tulang rawan, dan jaringan penyambung), serta enzim. Zat besi juga berfungsi dalam sistim pertahanan tubuh.

Sumber Zat Besi

Sumber zat besi adalah makan hewani, seperti daging, ayam dan ikan. Sumber baik lainnya adalah telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah. Disamping jumlah besi, perlu diperhatikan kualitas besi di dalam makanan, dinamakan juga ketersediaan biologik (bioavability).

Pada umumnya besi di dalam daging, ayam, dan ikan mempunyai ketersediaan biologik tinggi, besi di dalam serealia dan kacang- kacangan mempunyai mempunyai ketersediaan biologik sedang, dan besi dalam sebagian besar sayuran, terutama yang mengandung asam oksalat tinggi, seperti bayam mempunyai ketersediaan biologik rendah. Sebaiknya diperhatikan kombinasi makanan sehari-hari, yang terdiri atas campuran sumber besi berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan serta sumber gizi lain yang dapat membantu sumber absorbsi.

Ringkasan

Departemen Kesehatan R.I. Program Penanggulangan Anemia Gizi pada Wanita Usia Subur (WUS); (Safe Motherhood Project: A Partnership and Family Approach). Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Depkes, 2001

Zat besi (Fe) merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia dan hewan, yaiotu sebannyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa. Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh, yaitu :

  • Sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jarungan tubuh
  • Sebagai alat angkut elektron di dalam sel
  • Sebagai bagian terpadu reaksi enzim di dalam jaringan tubuh

Absorpsi, Transplantasi, dan Penyimpanan Besi

Tubuh sangat efisien dalam penggunaan besi. Sebelum di absorpsi, di dalam lambung besi dibebaskan dari ikatan organik, sperti protein. Absorpsi terutama terjadi di bagian atas usus halus dengan bantuan alat angkut protein khusus. Ada dua jenis alat angkut protein di dalam sel mukosa usus halus yang membantu penyerapan besi, yaitu transferin dan feritin.

Besi dalam makanan terdapat dalan bentuk besih-hem seperti terdapat dalam hemoglobin dan mioglobin makanan hewani, dan besi non-hem dalam makanan nabati. Besi-hem diabsorpsi ke dalam sel mukosa sebagai kompleks porifirin utuh. Agar dapat diabsorpsi, besi non-hem di dalam usus halus harus berada dalam bentuk terlarut. Taraf absorpsi besi diatur mukosa saluran cerna yang ditentukan oleh kebutuhan tubuh.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Absorpsi Besi

Bentuk besi di dalam makanan berpengaruh terhadap penyerapan. Asam organik seperti vitamin c sangat membantu penyerapannya. Asala fitat dan faktor lain di dalam serat serelia dan asam aksalat di dalam sayuran menghambat penyerapan zat besi.

Tanin yang merupakan polifenol dan terdapat di dalam teh, kopi, dan beberapa jenis sayuran dan buah juga menghambat absorpsi besi dengan cara mengikatnya. Klasium dosisi tinggi berupa suplemen menghambat absorpsi besi namun mekanismenya belum diketahui dengan pasti. Bayi dapat lebih banyak menyerap besi yang berasal dari ASI daripada dari susu sapi.

Tingkat keasaman lambung meningkatkan larut besi. Kekurangan asam klorida di dalam lambung atau pengguna obat-obatan yang bersifat antasit menghalangi absorpsi besi.

Faktor intrinsik di dalam lambung membantu penyerapan besi, diduga karena hem mempunyai struktur yang sama dengan vitamin B12.

Kebutuhan tubuh akan besi atau kebutuhan besar terhadap absorpsi besi. Bila tubuh kekurangan besi atau kebutuhan meningkat pada masa pertumbuhan, absorpsi besi-non hem dapat meningkat sampai sepuluh kali,msedangkan besi-hem dua kali.

Akibat Kekurangan Besi

Defisiensi besi merupakan defisiensi yang paling umum terdapat di negara maju maupun berkembang. Defisiensi besi mayoritas menyerang golongan rentan seperti anak-anak, remaja, ibu hamil, dan menyusui serta pekerja berpenghasilan rendah. Secara klasik defiiensi besi dikaitkan dengan anemisa defisiensi besi. Namun banyak bukti menunjukkan bahwa defisiensi besi berpengaruh luas terhadap kualitas sumber daya manusia, yaitu terhadap kemampuan belajar dan produktivitas kerja. Kehilangan besi dapat terjadi karena konsumsi makanan yang kurang seimbang atau gangguan absorpsi besi. Selain itu, kekurangan besi dapat terjadi karena pendarahan akibat cacingan atau luka, dan akibat penyakit-penyakit yang mengganggu absorpsi.

Akibat Kelebihan Besi

Kelebihan besi jarang terjadi karena makanan tetapi dapat disebabkan oleh suplemen besi. Gejalanya adalah rasa enek, muntah, diare, denyut jantung meningkat, sakit kepala, mengigau, dan pingsan.

Referensi

W Festy, Pipit. 2018. Buku Ajar Gizi dan Diet. Surabaya : UMSurabaya Publishing.

Menurut Almatsier (2009), zat besi merupakan mikro mineral yang penting dalam pembentukan hemoglobin. Zat besi mempunyai fungsi yang berhubungan dengan pengangkutan, penyimpanan dan pemanfaatan oksigen. Metabolisme zat besi yaitu Fe3+ dan Fe2+ masuk ke lambung, lambung merubah Fe3+ menjadi Fe2+ dan kelebihan disimpan dalam bentuk ferritin. Besi akan dibawa ke dalam darah (alat transport transferin) dan beberapa zat besi disimpan di jaringan otot dalam bentuk mioglobin. Pembentukan sel darah merah dan hemoglobin terjadi di sumsum tulang, kelebihan zat besi disimpan dalam bentuk feritin dan hemosidorin. Hati akan memecah sel darah merah dan transferin akan mengangkut zat besi dalam darah (Whitney et al., 2004). Menurut Bakta (2006), proses absorbsi besi dibagi menjadi 3 fase, yaitu

  1. Fase Luminal. Besi dalam makanan diolah dilambung, karena pengaruh asam lambung besi dari ikatannya dengan senyawa lain, kemudian terjadi reduksi terjadi Fe3+ menjadi Fe2+ yang diserap diduedenum;

  2. Fase Mukosal. Penyerapan besi terjadi melalui duodenum dan jejenum proximal;

  3. Fase Koporeal. Proses transportasi besi dalam sirkulasi, utilasi besi oleh sel-sel yang memerlukan dan penyimpanan besi oleh tubuh.

Pada usia dini, anak yang kekurangan zat besi dapat menyebabkan gangguan kognitif dan fisik serta peningkatan risiko kematian. Hal tersebut dikarenakan zat besi memegang peran mengedarkan oksigen ke semua jaringan tubuh. Jika oksigenasi ke jaringan tulang berkurang, maka tulang tidak akan tumbuh secara maksimal sehingga resiko untuk mengalami gangguan pertumbuhan atau stunting lebih tinggi (Petry et al,. 2016). Pada umumnya zat besi di dalam daging, ayam, dan ikan mempunyai ketersediaan biologik yang tinggi.

Zat besi di dalam serealia dan kacangkacangan mempunyai ketersediaan biologik yang sedang. Sedangkan, zat besi yang terdapat pada sebagian besar sayur-sayuran terutama yang mengandung asam oksalat tinggi seperti bayam mempunyai ketersediaan biologik yang rendah (Almatsier, 2009). Sumber zat besi heme ditemukan pada produk hewani seperti daging, ikan dan unggas, sedangkan sumber zat besi non heme ditemukan pada kacang-kacangan, buah, sayuran, biji-bijian, tahu dan produk susu, keju dan telur (Gropper et al., 2009).